《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》65
Advertisement
Mark mengatur nafasnya, menguatkan dirinya sebelum melangkahkan kaki memasuki lorong. Ia sudah puas hati menangis semalaman, dan apa yang dikatakan oleh ayahnya ada benarnya, jika Mark terlalu lama berkalut dalam kesedihan dan kekhawatirannya, ia sama saja menyia-nyiakan waktu yang dia punya.
" Huft.... kira kira dia sadar tidak ya...."
Cicit Mark pelan menatap pantulan dirinya di pintu kaca pasalnya matanya cukup sembab. Mark berusaha menutup hitam pada kantong matanya tapi malah berakhir dengan Mark yang kembali menangis terisak karena mengingat saat Haechan melakukan hal yang sama dengan matanya.
" Kau harus kuat Mark!"
Mark menyakinkan dirinya setelah menepuk pelan pundaknya, berjalan perlahan memasuki lorong dan menuju ruangan Haechan.
" Kyaaa! Tolong aku!"
Haechan tiba tiba berlari menuju Mark saat Mark membuka pintu ruangannya dan berlindung dibalik punggung Mark. Mark yang tidak siap dengan hal itu hanya bisa melongo melihat seorang anak kecil tengah menodongnya dengan pistol mainan.
" Tembak saja kalo berani blee"
Haechan masih berlindung dibalik punggung Mark, sedikit berjinjit ketika ia meledek pria kecil yang tengah bermain bersamanya tadi. Mark masih diam ditempat, pasalnya Haechan memegang tubuhnya sebagai tameng.
" Kakak ini pemarah lho..... kau yakin mau menembak ku ?"
Pria kecil itu menatap Mark sedikit takut takut, Mark hanya tersenyum tipis.
" Kak Haechan jahat!"
" Loh kenapa aku yang jahat kau yang jahat! Seenaknya memakan camilan ku!"
" Kak Haechan pelit! Makanya aku ambil!"
Mark memutar matanya malas, telinganya benar benar sakit pasalnya Haechan berteriak benar benar di depan telinganya, belum lagi Haechan bertengkar dengan anak berumur 7 tahun.
" Chan... sudah lah..."
Mark berusaha menenangkan tapi yang Mark dapat malah satu geplakan dan Haechan menyuruhnya diam. Karena Haechan yang terus mengusili anak kecil itu, ia pun menjadi kesal dan menembakkan peluru-peluru mainan itu kearah Mark dan Haechan. Haechan dengan cepat bersembunyi dibalik tubuh Mark dan Mark dengan pasrah menutup matanya dan menjadikan tubunya sebagai tameng.
Walaupun ini hanya peluru mainan tapi tetap saja rasanya sakit jika ditembaki peluru itu berkali kali. Mark pun menjadi jengah, anak itu tidak akan kesal jika Haechan tidak memancingnya.
" Uhm"
Mark berdehem sambil membuka matanya perlahan. Baru saja Mark ingin menghampiri anak kecil itu untuk berdamai dengannya Haechan berulah dengan menakutinya.
" Hayo... pamannya marah kan hahah rasain" Haehan mencibirkan lidahnya pada anak itu
" Ck... Chann...." Kesal Mark sedangkan Haechan hanya menatap Mark kesal karena membela anak itu
Karena ditakuti oleh Haechan seperti itu, belum lagi memang perawakan tubuh Mark sedikit besar, membuat dirinya takut sehingga anak itu menangis menjerit.
Advertisement
" HUAAAAA PAPA.... HUAAAA"
Haechan dan Mark dengan cepat menutup kedua telinganya pasalnya teriakan anak ini sangat memekakkan telinga.
" Yak cepat bujuk dia!" Perintah Haechan pada Mark. Mark melongo menatap Haechan kesal, jelas jelas ini bukan kesalahan Mark, kenapa Mark yang harus membujuknya. Melihat Mark yang menatapnya kesal dan heran, Haechan pun mendorong tubuh Mark untuk mendekat kepada anak kecil itu.
" Cepat lah Mark! Telinga ku sakit"
Mark geleng geleng kepala melihatnya dan dengan pasrah berusaha mendekati pria kecil itu. Saat Mark mendekatinya, tangisannya pun semakin menjadi membuat Mark sedikit kewalahan.
" Hey... tenanglah... aku tidak marah kok... kau mau coklat?"
Mark berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu, mendengar kata coklat, tangisannya pun sedikit mereda, dan matanya sedikit berbinar ketika melihat Mark mengeluarkan beberapa camilan coklat.
" Ini... untuk mu...kemarilah aku tidak marah kok"
Perlahan ia pun berjalan kearah Mark, mengambil takut takut coklat pemberian dari Mark.Mark menjadi gemas karenanya, ia pun mengelus pelan kepala anak itu dan merangkulnya.
" Siapa nama mu? aku Mark... "
" Chenle..."
" Hooo nama yang bagus... Chenle kesal ya dengan ka Haechan?" Chenle mengangguk pelan
" Abisnya kak Haechan pelit! dia tidak mau memberikanku coklatnya!" Kesal Chenle mengadu pada Mark
" Yak! Kau yang seenaknya meng-"
" Shhht diam..."
Mark berbalik menatap Haechan mengancam. Melihat Mark yang menatapnya kesal, Haechan pun mengalah dan menutup mulutnya rapat-rapat.
" Hooo begitu... tapi yang chenle lalukan juga salah... tidak baik kan mengambil barang orang tanpa izin "
" Tapi kak Echan ngga mau ngasih aku!"
" Chenle mintanya baik baik ngga?"
Chenle hanya diam, menatap Mark dengan tatapan seolah untuk tidak memarahinya. Melihat itu Mark terkekeh pelan, membawa Chenle dalam pelukannya dan mengelus kepalanya pelan
" Hahaha aku tidak marah... lain kali kalo chele mau minta camilannya kak Echan minta aja baik baik... ya? Kak Echan juga pasti mau ngasih kalo Chenle mintanya baik baik, ya kan Haechan?"
Mark kembali berbalik menatap Haechan, memberikan tatapan memaksa agar Haechan mengatakan "Iya". Haechan menggelengkan kepalanya cepat sambil menatap Mark kesal.
" Ayolaah... please... nanti dia nangis lagi...."
Mohon Mark tanpa suara pada Haechan, tapi Haechan masih mengerti gerak gerik mulut Mark. Haechan pun mendecak kesal dan terpaksa mengiyakan ucapan Mark.
" Tuh kan... Jangan berantem lagi sama kak Haechan ya...."
Chenle mengangguk pelan Mark pun mengendong Chenle membawa anak itu mendekat kearah Haechan.
" Ayo minta maaf sama kak Haechan..."
Chenle menggelengkan kepalanya kemudian menyembunyikan wajahnya pada dada Mark. Sedangkan Haechan setengah mati menahan ekspresinya untuk tidak tersenyum.
Advertisement
" Uh?Katanya tadi ngga berantem lagi sama kak Haechan..Chenle anak yang baik kan?" Mark mengelus pelan kepala Chenle berusaha membujuknya, tapi sepertinya anak itu tidak akan mau berbaikan dengan Haechan.
" psst..."
Haechan mengangkat dagunya pelan, menanyakan maksud panggilan dari Mark. Mark menunjuk kepala Chenle dengan dagunya, menyuruh Haechan untuk minta maaf duluan. Haechan menggelengkan pelan kepalanya, mana mau dia meminta maaf pada anak umur 7 tahun itu. Melihat hal itu Mark menatap Haechan memohon, karena tidak tahan melihat wajah Mark yang menggemaskan bagi Haechan itu, ia pun mengalah.
" Chenle-ya... maafin kakak...."
" Tuh.. kak Haechan udah minta maaf... Chenle juga..."
Chenle menatap Haechan, masih menyandarkan kepalanya pada dada Mark. Haechan meliha itu ingin berteriak saja rasanya anak ini benar benar menggemaskan. Alasan kenapa Haechan selalu menjahili Chenle karena bagi Haechan anak itu sangat imut dan ingin rasanya Haechan mengangkatnya sebagai anaknya.
Melihat Chenle yang takut takut, Mark membantu Chenle dengan mendiktekan ucapannya.
" Ngga usah takut.... Iya kak.... Chenle juga minta maaf ya"
Chenle pun mengikuti kalimat Mark, Mark menatap Haechan dengan was was, takut jika anak itu berulah lagi.
" Aigooo.. pintar... ngga kenapa napa kan? Chenle ngga usah takut kalo minta maaf... ngga ada yang marah kan?" Mark kembali menenangkan sambil mengelus pelan kepala Chenle sedangkan Chenle kembali memeluk Mark.
Tak lama setelah itu, orang tua Chenle menjemputnya dan Chenle pun pamit pada Haechan dan Mark.
" Ugh... yang benar saja, aku mendamaikan anak umur 7 tahun yang bertengkar dengan remaja seperti mu?" Sarkas Mark
Haechan hanya menatap Mark kesal, tapi tanpa sepengetahuan Mark, sedari tadi Haechan benar benar tersenyum lebar. Melihat Mark menenagkan Chenle dimata Haechan lebih terlihat seperti Mark yang tengah menenangkan anak mereka.
Melihat hal itu membuat Haechan senang sekaligus sedih disaat yang bersamaan. Ia bahagia karena setidaknya ia mendapatkan protret bagaimana Mark jika menjadi seorang ayah nanti, dan ia sedih karena Haechan tau, hal itu tidak akan pernah terwujud.
" Yak untukku mana?"
" Apa?"
" Camilan! Kau tidak memberikan itu semua kepada chenle kan?!" Kesal Haechan
Mark benar benar heran dengan Haechan, bisa bisanya ia masih memikirkan camilan setelah kekacauan yang ia perbuat. Mark pun mengangkat satu kantong penuh berisi camilan ke depan wajah Haechan.
" Yeeees! Hah! Aku tidak akan membiarkan anak itu memakan camilan ku ini "
Mark hanya geleng geleng kepala, melihat Haechan yang kini sudah berada diatas ranjangnya membongkar semua camilan pemberian dari Mark. Melihat Haechan yang tersenyum, membuat Mark sedikit lega, menandakan anak itu baik baik saja.
Selang beberapa waktu seorang suster masuk kedalam ruangan lengkap dengan beberapa obat dan alat medis lainnya.
" Siang Haechan... kamu udah makan kan....?"
" Udah sus...."
Mengerti Haechan akan diperiksa, Mark pun menanyakan apakah ia harus keluar dari ruangan. Tapi suster itu bilang tidak perlu karena Haechan hanya diberi obat rutin.
" Seperti biasa kamu semangat terus ya..." Suster itu memberikan semangat sambil menyiapkan obat yang akan diberikan pada Haechan. Haechan hanya tersenyum sambil mengangguk pelan, merebahkan badannya menunggu suster itu selesai dengan pekerjaannya.
Haechan sedikit menatap Mark khawatir, pasalnya kini Mark tengah menundukkan wajahnya. Haechan tidak ingin sebenernya Mark melihat hal ini, tapi menyuruh Mark keluar ruangan juga percuma.
" Ini akan sakit jadi tahan ya..."
Haechan memicingkan matanya kuat kala suster itu mulai menyuntikkan obat pada tangan kiri Haehcan. Obat itu berfungsi untuk memperlambat laju pertumbuhan tumor di otaknya, akibatnya ketika obat itu masuk kedalam tubuh dan bereaksi, Haechan harus menahan sakit yang luar biasa di kepalanya.
" Aarrghh...."
Erang Haechan sambil meremas erat sprei, rasanya benar benar sakit. Kepalanya seolah ingin meledak. Haechan sudah melakukan pengobatan ini berkali kali, tapi tetap saja Haechan tidak bisa tahan dengan rasa sakitnya.
" Aarrgh...hiks.... sakit...." Tangis Haechan memegang kepalanya, kepalanya benar benar pening
" Tahan sebenatar ya Haechan... sedikit lagi.. sebentar..."
Setelah menyuntikkan semua cairan itu, suster itu dengan cepat mengambil obat penenang.
Mark sedari tadi hanya bisa menundukkan kepalanya. Mendengar Haechan yang mengerang kesakitan, ingin rasanya ia menghampiri Haechan menggengam tangannya dan menangkannya. Tapi lagi lagi, tubuh Mark kaku. Ia hanya terdiam tertunduk dengan mata yang berkaca kaca.
" Arrgh.. sus... ngga kuat... sakittt...."
" Iya... sabar yaa.. Haechan kuat...."
Mark tidak tahan lagi, ia pun dengan cepat berlari keluar ruangan begitu saja. Mendengar suara tangis dan erangan dari Haechan membuat hatinya benar benar sakit.
" Mark...."
Cicit Haechan pelan melihat punggung Mark yang sudah menghilang di ambang pintu dan perlahan Haechan menutup matanya, obat penanang itu bekerja dan Haechan benar benar mengantuk karenanya.
Dilain sisi, Mark dengan gusar mencuci wajahnya, berkali kali ia membasuh wajahnya, mengapus air matanya, tapi percuma saja, air mata itu terus mengalir.
" Arrgh... jangan sekarang... jangan menangis Mark! Kumohon jangan menangis..."
Mark mengadahkan kepalanya menguatkan dirinya untuk tidak menangis, tapi air mata itu terus mengalir. Mark kembali mengapus air matanya kasar, beberapa kali menampar pelan pipinya, tapi apapun usaha Mark, air mata itu terus mengalir.
" Ayolah berhenti menangis! Kumohon... Haechan menunggu mu! Ayo Mark berhenti menangis!"
Setiap kali Mark mengatakan pada dirinya untuk berhenti menangis, maka semakin deras pula air matanya keluar. Mark pun pada akhirnya menyerah, membiarkan isak tangisnya keluar.
Maafkan aku... tidak bisa menjaga mu
Tangis Mark sambil beberapa kali melayangkan tinjunya pada wastafel, menyalurkan kekesalan dan kekecewaannya pada dirinya karena tidak bisa melakukan apa apa diasaat Haechan kesakitan.
Advertisement
The Dragon of Rosemont High
Four months ago, the death of his parents sent Elias Drake from New York City to the small town of Rosemont. Living with his workaholic aunt and trying to fit into a new school is no small task, especially not when a string of murders turns out to have potentially supernatural origins. With the help of his best friend, Zoe Chung, a wannabe witch, it's up to Eli to unravel and mystery and stop the killer... as well as deal with some serious, monstrous changes of his own.
8 207Unexpected Text Messages : Slashers x Reader
Y/n gets pulled into some crazy shit when they get added to a gc they probably shouldn't have been a part of
8 164Calamity Star
10 Years ago the Rage Continent was in a state of total war. Not a single speck of life would have been spared if the war continued to spread throughout the land. But the war would not continue for long. The armies of every faction were defeated by a single creature, and a declaration was announced to all. "As long as I am here, don't bother making a commotion or I'll destroy this entire place." And so the varying factions all drew back their forces. The creature withdrew into the Abyssal mountains and seemingly dissapeared from the continent. 10 years later is when our story begins, in the very same Abyssal mountains.
8 155Re: Death's Melancholy
Rebirth- CheckDeath- CheckMelancholy- CheckThis is going to be good. Prepare for a story that questions your Morals, possibly your Sexuality, and Generally your ability to see what could possibly happen next. This is a world where Grey really doesn't explain anything. Vague yet interesting Summary- CheckNow Let's Begin.
8 149The Girl In Black
Nova can't escape the rich town of Riverside, where a tragedy follows her every step, but she can work to uncover who's been lying to her all these years. *****When seventeen-year-old Nova Nightingale returns to her late mother's hometown the last thing she expects is to be public enemy number one, but the rumors surrounding her mother's sudden disappearance fifteen years earlier follow Nova everywhere she goes. And to top it all off, the local rich boy, Isaac Royal, is adamant about making her life hell. Surrounded by rumors, lies, and a secret keeping the town on edge, Nova has to figure out why she's hated and why the boy hell-bent on making her suffer seems to be the only person she can trust.Content/Triggering Warning: this story contains themes of suicide and violence[[word count: 80,000-90,000 words]]
8 205၂။ ဗျူဟာခင်းတဲ့ အစ်မကြီးဇွန်ဘီ (Myanmar Translation)
Title : Zombie sister strategyAuthor : A Wisp of Netherworld InfernoCredit to all
8 199