《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》66
Advertisement
" Ha!"
" Shhht diam!"
Mark terlonjak kaget ketika Haechan tiba tiba menariknya bersembunyi di balik tiang, sedangkan Haechan masih setia menutup mulut Mark dengan tangannya sambil sesekali mengendap enap menatap sekitar
" Kabur dari Chenle?" Tanya Mark dan dijawab dengan gelengan pelan oleh Haechan.
" Aku kabur dar suster byun"
Mark pun menyeringitkan keningnya, ia ingin menanyakan kenapa tapi lagi lagi Haechan menyuruhnya diam, al hasil Mark pasrah dan menunggu Haechan.
" Huuft... akhirnya"
Titah Haechan lega melepas tanggan dari mulut Mark.
" Yak! Kau kabur kenapa?"
" Aku ingin jalan jalan... aku bosan! Byun sialan itu pasti melarangku! Makanya aku kabur"
" Dengan?"
" Dirimu lah siapa lagi!"
Mark juga baru sadar Haechan tidak lagi mengenakan pakaian yang biasa ia pakai di rumah sakit. Mark sebenarnya juga ingin membawa Haechan jalan jalan, tapi Mark tau Haechan butuh banyak waktu isirahat. Walaupun ia terlihat baik baik saja, tapi tubuh anak itu mudah lelah dan tenaganya cepat terkuras. Hanya sedikit berjalan saja Haechan bisa kelelahan.
" Ck! Jangan menatapku seperti itu. Aku tau kau pasti mengomel, menyuruhku untuk istirahat ini lah itu lah! Tapi aku bosan Mark! Ayo lah pleeease hari ini aja!"
Haechan memohon pada Mark, sesekali menggoyangkan tubuh Mark layaknya anak kecil yang sedang memohon. Karena tidak tega sekaligus tidak tahan dengan keimutan Haechan, Mark pun terpaksa mengiyakan
" Baiklah, tapi kalau kau kelelahan kita pulang ya?"
" Oke deal! kau bawa motor kan?"
" Uhhm... aku kesini pake mobil kenapa?"
Haechan memanyunkan bibirnya ketika mendengar Mark pergi menggunakan mobil. Mark pun terkekeh pelan melihat raut wajah kecewa dari Haechan.
" Mau pergi sama motor?" Haechan pun mengangguk dengan cepat
" Yaudah tunggu disini, aku ambil motornya"
Baru saja Mar ingin melangkahkan kakinya, Haechan dengan cepat menahan tanggannya
" Mau ikut...."
" Yaudah yuk..."
Haechan tersenyum sendu menatap rumah Mark, entah perasaaannya saja atau bagaimana rumah ini terkesan sepi dan sunyi, tidak hangat seperti yang dulu.
" Uhm Chan aku lupa naro kuncinya dimana mungkin di kamar ayah, jadi tunggu bentar ya"
Haechan hanya mengangguk pelan membiarkan Mark yang entah berlari kemana mencari kunci. Haechan menutup matanya, kala perlahan memasuki rumah, membiarkan memori-memori lamanya kembali.
Advertisement
Suara tawa, tangisan, teriakan, makian dirinya dan Mark
Semua itu Haehcan bisa mendengarkannya, bahkan saat Haechan perlahan membuka matanya, Haechan bisa melihat bayangan dirinya dengan Mark yang berlarian sambil tersenyum cerah. Haechan terkekeh pelan, ketika menatap dapur melihat dirinya dan Mark yang saling menyirami air cucian piring. Haechan masih ingat dulu mereka akan berhenti ketika Jaehyun memarahi mereka atau ada piring ataupun gelas yang pecah.
Kemudian Haechan perlahan menatap figura foto yang terpajang disana, ia kembali terkekeh pelan, ketika melihat bayangan Mark yang berteriak kesal pasalnya Haechan menggoyangkan tangga saat Mark ingin memasang figura itu.
Haechan mengadahkan kepalanya, beberapa kali mengedipkan matanya agar air matanya tidak jatuh.
" Huuuft.... sulit sekali"
Setelah menggelengkan kepalanya pelan, Haechan pun perlahan berjalan menuju tangga, Haechan sempat berhenti sebentar di depan tangga, mengingat bagaimana Mark menyatakan cintanya padanya, sedikit anarkis, tapi menghangatkan hati Haechan ketika mengingatnya.
Saat sampai di atas, Haechan kembali menatap rumah Mark dari sana, kembali tersenyum tipis pasalnya hampir disetiap sudut ruangan ini menoreh pengalaman yang begitu menyenangkan antara dirinya dan Mark. Hampir kesetiap sudut Haechan memangdang, terbayang bagaimana bahagianya dirinya dan bagaimana cerahnya senyumnya dan tawanya bersama Mark.
" Tidak ada yang berubah ya...."
Cicit Haechan pelan ketika membuka pintu kamar Mark.
" Aish.... menyebalkan"
Kesal Haechan ketika air matanya mengalir begitu saja. Dari semua ruangan yang ada dirumah ini kamar inilah yang paling banyak menoreh memori yang indah bagi Haechan. Mereka belajar bersama di kamar ini, bersantai, menonton film semua kegiatan yang menyenangkan Haechan lakukan bersama Mark disini.
Haechan tersenyum sendu ketika melihat bayangan Mark yang tengah memeluknya tenang dalam tidurnya. Mark memeluknya dengan sangat erat, seolah tidak ada yang boleh mengambilnya dari Mark. Haechan masih ingat Mark yang setiap malam terbangun untuk menenangkan Haechan saat membiasakan Haechan tidur di atas tempat tidur.
" Huuft.... kenapa berat sekali rasanya"
Haechan mengadahkan kepalanya berusaha menahan air matanya. Ia benar benar rindu dengan semua hal tenang rumah ini, tapi Haechan juga tidak bisa bersedih karena dengan menangis Haechan sama saja membuang waktunya.
" Chan?"
" Sudah? Ayo"
Ajak Haechan menarik Mark keluar kamar. Haechan sudah puas melepas rindu pada rumah ini. Mark sebenarnya berbohong, ia tau dimana letak kunci motor itu, ia hanya ingin memberikan Haechan waktu untuk berkeliling rumah. Mark bahkan melihat Haechan beberapa kali mengusap air matanya.
Advertisement
Mark ingin rasanya menghampirinya, memeluknya dan menenangkannya, tapi entah kenapa Mark takut untuk mendekati Haechan. Alhasil Mark hanya memperhatikan Haechan dari jauh, Mark tau Haechan juga sedang berusaha tersenyum untuknya, kerena itu Mark tidak ingin menjadi lemah di depan Haechan, ikut tersenyum di depannya, berlagak seolah tidak terjadi apa apa itulah yang Haechan mau dari dirinya.
.
.
.
" Huuuft"
Haechan beberapa kali menghela nafsnya, seharian ini ia benar benar senang, pergi ke disneyland, jalan jalan di taman, menonton film,membeli beberapa jajanan,Mark benar benar membawanya berkeliling. Haechan senang sangat senang tapi tubuhnya tidak, karena tubuhnya yang terlalu banyak diberi obat dan pada dasarnya Haechan memang sakit, tubuhnya tidak bisa bergerak dan berkerja terlalu keras. Alhasil kini Haechan benar benar lelah, kakinya seolah tidak kuat lagi berjalan.
" Capek?"
Tanya Mark sadar Haechan yang mulai memelankan langkah kakinya bahkan beberapa kali memegang lengan Mark untuk membantunya berjalan.
" Sedikit..."
Percuma saja berbohong pada Mark, wajahnya tidak bisa berbohong, Haechan benar benar sangat kelelahan. Mark yang mengerti Haechan kelelahan, berjongkok didepannya yang meminta Haechan untuk naik kepunggungnya.
" Masih ingin jalan jalan di taman kan? Naik lah ku gendong"
Haechan tersenyum tipis, ia pun menurut dan naik kepunggung Mark. Mark yang tadinya berfikir akan sedikit kewalahan menggendong Haechan terdiam saat menganggkat tubuh Haechan.
Ringan sekali....
Cicitnya pelan dalam hati. Mark sadar Haechan memang lebih kurus dari terakhir ia melihat Haechan. pipinya pun sangat tirus dan wajahnya terkesan pucat.
" Kenapa?"
Mark menggelengkan kepalanya dan mulai berjalan perlahan. Kemudian baru saja beberapa langkah Mark berjalan, Mark berhenti dan menurunkan Haechan.
" Kenapa lagi?" Tanya Haechan heran
" Udah malam... baju mu tipis... nih"
Jawab Mark santai sambil membuka jaket miliknya dan memberikannya pada Haechan
" Tck.... sok keren!" Senyum Haechan mengambil jaket pemberian Mark dan memakainya.
Mark kembali berjongkok dan Haechan kembali naik ke punggungnya, kemudian Haechan memeluk tubuh Mark erat yang membuat Mark terkejut. Mark pun hanya menoleh kebelakang sedangkan Haechan masih dengan tenang menyandarkan kepalanya pada punggung Mark.
" Bajumu juga tipis... jadi aku akan memelukmu supaya kau tidak kedinginan..."
Jelas Haechan santai sedangkan Mark terkekeh pelan.
Haechan sangat menyukai berjalan ditaman menikmati langit malam dengan lampu taman dan bintang-bintang di langit benar benar menenangkan kepalnya. Karena langkah kaki Mark yang pelan dan hawa tubuh Mark yang panas, membuat Haechan benar benar nyaman, ia pun mengantuk karena tubuhnya benar benar lelah.
" Chan...?"
Mark sempat khawatir pasalnya semenjak Mark menggengdong Haechan, anak itu tidak bersuara. Mark hanya takut kemungkinan buruk terjadi.
" Chan...."
Lagi Mark memanggil Haechan tapi anak itu tidak memberikan respon apapun. Mark pun semakin panik sedikit melonjakkan tubuh Haechan agar anak itu memberikan respon
" Haechan-ah... "
" Apasih! Aku mengantuk Mark!"
Jawab Haechan kesal tapi masih merebahkan kepalanya pada punggung Mark, ia benar benar tidak ada tenaga lagi untuk mengangkat kepalanya. Mark yang mendengar suara Haechan langsung menghela nafas lega.
" Ma..Maaf"
Jawabnya kikuk, sadar akan Mark yang kekutan, Haechan mengelus pelan kepala Mark dan kembali memeluk tubuh Mark erat
" Kau kan bisa mendengar suara nafas ku dasar bodoh! Bangunkan aku 10 menit lagi"
Perintah Haechan kemudian ia kembali menutup matanya. Mark yang mendengar hal itu sedikit malu, ternyata Haechan sadar akan ketakutannya. Mark tadi sebenarnya masih bisa merasakan Haechan yang masih bernafas, hanya saja ia panik karena itu ia terus memanggil nama Haechan.
" Hehe... tidurlah.... "
Senyum Mark sambil mengelus kepala Haechan tapi tanpa Haechant tau, Mark baru saja menitikkan air matanya. Mark diam sebentar, membiarkan Haechan tertidur, kemudian setelah dirasa Haechan terlelap Mark baru melangkahkan kakinya.
" Der.. ini aku boleh minta tolong?" Tanya Mark melalui ponselnya
" Yak Mark kau baik baik saja! aku cemas kau sering bolos"
Mark tersenyum mendengar suara Hendery yang khawatir padanya, Mark tidak menceritakan apapun pada Hendery bahkan saat Mark menangis dan Hendery tau akan hal itu, Mark hanya bilang ia sedang ada masalah. Melihat temannya yang sempat seperiti mayat hidup, Hendery hanya bisa memaklumi dan menghargai keputusan Mark yang tidak ingin bercerita. Walaupun sebenarnya Hendery sudah mendapat bocorand dari Jaehyun bahwa pacar Mark sedang sakit parah.
" Ya... baik baik saja.. maaf meninggalkan mu sendiri di kampus... aku akan menceritakannya nanti... ah benar juga aku ingin meminta tolong bisa jemput aku ke taman dengan mobil aku akan kirim lokasinya nanti"
" Baiklah... kunci mobilnya dimana?"
" Dikamar ku, diatas meja, sama bawa bantal ya"
" Got it bos"
Mark kembali berjalan menuju parkiran mobil agar Hendery tidak sulit menjemputnya nanti. Mark sempat berhenti sebentar, mengecek kondisi Haechan takut jika Haechan benar benar pergi, ia pun menghela nafasnya lega ketika bisa merasakan deru nafas Haechan
" Huuuft... sepertinya aku belum siap"
Cicit Mark pelan, sambil mengelus pelan kepala Haechan membiarkan air matanya mengalir.
Advertisement
- In Serial22 Chapters
A Fantasy in Time
Once World War III had finished ravaging the world, a greater, more technologically advanced civilization began to flourish. Humanity believed that they had endured their last great war and spared no expense in their new found freedoms which had opened up their advancement into the Virtual World. Violence and terror seemed a thing of the past while the idea of being able to live out your wildest dreams unrestrainedly had become the new sales pitch for living.As the lessons of the past were forgotten in a time when the world believed the past was outdated, the quiet seeds of corruption found fertile ground and new powers by which to accomplish their goals.All of this was hidden from a world so caught up in their own advancements. Yet there were those that weren't so convinced that everything was over. And so they refused to stay caught in the world of virtual reality and instead sought to make a positive difference in the real world. But what happens when the path they had chosen leads them back to that which they had discarded.This material is copyrighted © by David Baughman.
8 224 - In Serial17 Chapters
Ambition
"Will there ever be a world of peace?" This question rings across the continent for generations, until it is heard by one. This tale follows, the one who will usher the world into an era of prosperity and peace. The only one who is capable. The ambitious, the illustrious. Minamoto Yama. [wip]
8 62 - In Serial8 Chapters
Weep, for Sun is dead
Weep, for Sun is dead Rejoice, for Sun is dead The mantle lays empty Its carrier has been eclipsed The Sun blinked And the God clapped The mantle lays empty Rise and pick it up, Carry it to the shore And give it to another hand
8 117 - In Serial12 Chapters
Forerunner of Reincarnation
Suara Kurisol has woken up inside a game, and seems to be the only one stuck there. Her memories are gone, so her understanding of things around her is spotty, but she is determined to have fun no matter how much she has to learn. The problem is the game didn't even give her a full deck of ability cards! Now she has to learn her way around while collecting all the cards she can, so that she can explore the world of Accariam to her heart's content.
8 206 - In Serial6 Chapters
Grazing the Sky
Aspiring musician Lance awakes one night to hear a voice. Someone warning him of danger to come. Someone telling him to start running, now. Lance has no choice but to shrug off the event as something of his own imagination, but upon falling unconscious, he is kidnapped and injected with deadly cells from a race kept hidden from humans, a race kept secret. Zidane is a crossbreed of Razalek and Spiro, a breathing hybrid that shouldn't exist. There's too much hatred between the races; there's too much bad blood in his veins. But he needs to save Lance's life. He has too much death on his hands already. However, Lance isn't so easy to trust him. So, with a question, he's teleported into Zidane's mind and introduced to a world of magic, racism, and everlasting love. Memory by memory plays, giving Lance answers to his question. Giving him every reason to trust.He has no choice, after all. [THIS NOVEL CONTAINS SWEARING, VIOLENCE, & ABUSE] [Written from 2010 - 2017]
8 185 - In Serial14 Chapters
The Channeller
My name is Clark Kensway. I'm sorry to say it, embarrassed even, but here's the truth: I'm not MC material. I'm not all that brave, I'm not really strong, I'm a little smart, but not really. All my life, I've been fourth place pretty much. Good, but never able to break the mold of mediocrity that I seem forever stuck in. But today, the new VRMMO Blank Legends comes out. The company says if you conquer the game world, you get a special reward from them! This is going to be my new goal. I may be average, but average people have heir own way of fighting! And its time to show the world that.*Will contain blood and gore*
8 146

