《Soul In Seoul》#Part 33 (Karena Mereka Keluarga) 'Ending'
Advertisement
Sebuah gedung bertingkat 5 berdiri gagah di salah satu wilayah Seoul yang tak lain adalah SMA Meongso. Gedung itu berhalaman cukup luas dan berpagar besi warna perak. Tak jauh dari gedung bertingkat 5 itu, berdiri pula gedung bertingkat 6 yang tak kalah gagah. Ya, itu adalah gedung SMA Dongjo. Diantara kedua gedung itu, berdiri pula gedung bertingkat 3 yang merupakan gedung manajemen Yayasan Jinhyang.
Pagi yang cerah, berbanding terbalik dengan wajah para siswa-siswi kelas 3 SMA Dongjo dan SMA Meongso. Mereka berada di tingkat stress paling tinggi. Ya,.. di hari itu adalah tepat hari terakhir ujian akhir kelas 3 di kedua SMA itu. Pagi-pagi buta mereka sudah berada di sekolah untuk mempersiapkan diri dan terus mempelajari materi-materi yang mungkin saja akan keluar di ujian hari itu. Tidak sedikit dari mereka terlalu fokus kepada hafalannya sehingga sempat bertabrakan dengan temannya kala berjalan. Tidak mengherankan memang. Pendidikan di Korea memang sudah terkenal akan kompetisi ketatnya. Mereka benar-benar serius mengejar pendidikan, hingga tak jarang mereka justru saling iri dan bahkan saling membenci jika sudah dalam urusan peringkat di sekolah.
Di depan gerbang SMA Meongso ada sebuah mobil hitam berkapasitas 4 orang tengah terparkir. Di dalam mobil itu duduk Yong Ri Sa dan Yong Ri An di bangku belakang, dan Kang Jung Tae serta seorang bodyguard yang bertindak sebagai supir di barisan depan.
"Hari ini adalah hari penentuan. Hari ini pasti jadi hari yang sangat melelahkan buatmu." Ucap Yong Ri An seraya menolehkan kepalanya ke Yong Ri Sa.
Pandangan Yong Ri Sa sempat kosong dan merasakan sedikit gemetar di tangannya namun dia berusaha untuk mengabaikannya. "Ne, Bajja. Hari ini adalah hari terakhir. Tidak hanya hari terakhir ujian, tapi juga sekaligus hari terakhir RUPS. Kuharap pemaparan dan bukti-bukti yang kuajukan sebelumnya akan benar-benar menumbangkan mereka berdua." Ungkapnya lemah dan sangat menggambarkan diri Yong Ri Sa yang sudah sangat lelah.
"Tapi,.. hari ini materi ujiannya adalah matematika. Apa kamu yakin akan selesai secepat kemarin?" tanya Kang Jung Tae sambil melepas sabuk pengamannya.
"Justru karena hari ini adalah matematika, aku pasti akan selesai jauh lebih cepat dari dua hari kemarin." Jawabnya ringan diikuti keluar dari pintu yang telah dibukakan oleh bodyguard yang sebelumnya mengemudikan mobil itu.
Secepat kilat, Yong Ri Sa sudah menghilang ditelan kabut pagi itu.
Sementara itu Kang Jung Tae yang masih bersama dengan Yong Ri An, menenteng tas tangannya menyampir dibelakang punggungnya dan berkata, "Hya! Apa kamu sudah mengingatkan adikmu tentang racun yang akan dihidangkan padanya?" tanyanya.
"Sudah." Jawabnya singkat dan pergi meninggalkan Kang Jung Tae yang masih berdiri mematung di depan gerbang SMA Meongso.
###
Triiiing,... suara bel panjang itu menandakan berakhirnya ujian. Seluruh siswa-siswi yang mengikuti ujian itu sudah bisa sedikit bernafas lega. Ujian yang melelahkan dan memusingkan telah berakhir. Tidak sedikit dari mereka bersorak sorai atas berakhirnya ujian itu. Pemandangan sedikit berbeda terpancar di wajah Choi Moo Gak yang masih duduk di salah satu ruang ujian SMA Meongso. Tatapan nanarnya tertuju pada bangku nomor dua dari depan dan dari kiri, yang merupakan bangku ujian Yong Ri Sa. Ia yang duduk di belakangnya sangat tau betapa cepatnya Yong Ri Sa mengerjakan soal-soal ujian. Lebih tepatnya ia sangat terburu-buru menyelesaikannya. Yong Ri Sa seperti tidak terpengaruh oleh pandangan orang-orang yang melihatnya. Baik itu teman seruangannya maupun pengawas. Ia seperti sedang mengerjakan soal di ruangan seorang diri. Tangannya tanpa henti-hentinya bergerak diatas kertas di mejanya. Otaknya pun juga tak kalah aktif. Seakan tak sedetikpun ia membiarkan otaknya berhenti bekerja keras. Nafasnya seakan berhenti saat itu. Sedikitpun tak tampak ia menarik ataupun menghela nafas selama 20 menit ia mengerjakan semua soal ujian itu. Dan di hari terakhir ujian itu merupakan rekor tercepatnya mengerjakan soal ujian. Baru 15 menit ujian dimulai, ia sudah berdiri mengumpul lembar soal sekaligus lembar jawabannya. Jika di rata-rata, bisa jadi dalam 1 menit Yong Ri Sa berhasil menyelesaikan 3 soal matematika yang terkenal sangat rumit dan memusingkan itu.
Advertisement
Di tempat yang berbeda, Kang Jung Tae juga merasakan kegelisahan yang cukup besar. Saat itu ia berada di gedung SMA Dongjo, tepatnya didepan ruang kelas 3-2. Ia berdiri bersandar didekat pintu kelas tersebut, sambil melipat tangannya dan mengetuk-ngetukkan telunjuk kanannya ke lengan kiri. Berkali-kali ia mengecek ponselnya berharap ada yang menghubunginya. Akan lebih baik jika orang yang menghubunginya itu menyampaikan perkembangan RUPS di Cessa Hotel. Setiap kali ia membuka ponselnya, helaan berat selalu mengiringinya. Karena tak ada satu pun orang yang menghubunginya untuk mengabari perkembangan hal yang sangat ingin ia dengar. Yang ada hanyalah teman-temannya yang mengirimkan kata-kata candaan yang tidak ingin ia terima saat itu.
"Kamu nggak pulang?" tanya Heo Yoon Woo yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya dan membuatnya langsung tersentak dari lumpur isap fikirannya.
"Hya! Heo Yoon Woo! Sebenarnya kamu ada di pihak siapa? Pihak kakekmu, atau pihak Yong Ri Sa?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Aku hanya berpihak pada orang yang sepemikiran denganku."
"Kata-kata itu,... sepertinya aku pernah dengar." berusaha mengingat-ingat.
"Ya. Itu adalah kata-kata yang sering dikatakan oleh Yong Ri Sa." Potong Heo Yoon Woo.
"Apa itu artinya kamu berpihak pada Yong Ri Sa dan menjadi pengkhianat di keluargamu?" selidiknya.
"Bukankah istilah pengkhianatan itu hanya akan muncul ketika pernah ada kepercayaan? Dari kecil aku tak pernah diterima dan bahkan tak pernah dipercaya di keluarga itu. Satu-satunya hal yang menggambarkan aku anggota keluarga itu hanyalah marga yang ada di namaku. Dan sekarang bagiku marga 'Heo' yang ada di namaku tidak ada artinya sama sekali. Terlebih lagi setelah aku tahu, kakekku telah mengkhianatiku. Dulu aku sangat mempercayainya dan seakan tak ingin sedikitpun mengajukan protes ketika aku diharuskan tinggal di luar keluarga Heo. Sejak kecil aku sudah tinggal seorang diri dan mempercayai apapun yang dikatakan kakekku bahwa alasan aku harus tinggal jauh dari rumah keluarga Heo adalah untuk menyembunyikanku dari musuh dan mempersiapkanku sebagai penerusnya." Ungkapnya. "Sejujurnya,.. aku iri padamu. Meskipun kamu tidak menyandang marga 'Yong', kamu setidaknya masih diijinkan tinggal satu rumah dengan keluarga itu. Dan masih ada kesempatan diterima di keluarga itu." lanjutnya.
"Dan kesempatan itu diambil oleh dua orang tak tau diri itu." dumelnya yang masih terdengar di telinga Heo Yoon Woo.
"Jika kamu benar-benar mengenal mereka, kamu tidak akan mengatakan hal seperti itu. Bukankah dulu kamu juga pernah mengatakan itu padaku? Saat aku sempat meragukan sahabatku, bukankah kamu yang mengatakan hal itu padaku? Apa kamu lupa?" tegur Heo Yoon Woo.
"Ahhh,.. molla! (entahlah)" ucapnya kasar. Moodnya saat itu benar-benar sedang berada di tingkat terendah. Sehingga sedikit saja disinggung, dia akan semakin cepat tersulut emosi.
"Ternyata dia masih labil. Setengah menerima, setengah menolak. Ckckck,.." dumel Heo Yoon Woo.
Sejenak suasana berubah hening. Tak ada satupun kata keluar dari mulut mereka berdua. Hingga Heo Yoon Woo mendehem pelan untuk memecah keheningan itu. "Apa kamu sudah mendengar perkembangan RUPS hari ini?" tanyanya.
"Kalaupun aku sudah dengar, aku tak akan memberitahumu." Ucapnya dingin dan membelokkan badannya hingga membuatnya memunggungi Heo Yoon Woo.
Ketika akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba perhatiannya tertuju pada Yong Ri An yang sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sayup-sayup ia mendengar Yong Ri An bertanya pada orang diseberang sana, "Hyung,.. bagaimana keadaan disana?" *Hyung = panggilan 'Kak' dari laki-laki kepada laki-laki yang berusia lebih dewasa darinya.
Yong Ri An berhenti berbicara dan memfokuskan pendengarannya. Sesaat kemudian ia tampak terkejut, "Mwo? Jinjja-yo? (Apa? Benarkah?)" tanyanya pada orang yang di seberang sana.
Tak lama kemudian pembicaraan Yong Ri An dengan orang yang ia panggil 'Hyung' itu sudah berakhir. Dan tanpa aba-aba, Kang Jung Tae langsung memanggilnya. "Hya! Yong Ri An! Apakah yang barusan itu adalah sekertaris Park?"
Advertisement
Yong Ri An langsung mengarahkan perhatiannya ke sumber suara dan menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan pertanyaan itu.
"Jadi,.. apa katanya? Bagaimana keadaan disana?" tanyanya lagi sambil melangkah mendekat ke Yong Ri An.
"Disana masih proses penghitungan suara penentuan, apakah CEO Heo harus mundur atau tidak. Dan hasil sementara, saat ini 29 suara menolak pemberhentian itu dan 32 suara menerimanya. Jadi untuk sementara ini, kemungkinannya adalah CEO Heo diharuskan mundur dari posisinya." Jelasnya.
"Tapi kita masih belum bisa lega sekarang. Kemungkinan hasilnya berbalik itu ada. Setauku minimal quorum RUPS kali ini adalah 85. Dan ada kemungkinan yang datang hari ini jauh lebih banyak dari minimal quorum itu." ungkap Heo Yoon Woo.
"Kamu benar. Ini masih jauh dari kepastian." Ucap Yong Ri An membenarkan.
"Emmm,.. apa kita tidak sebaiknya menunggu kabar kepastiannya disana saja? Kalian tidak ada kegiatan lagi kan setelah ini?" tanya Heo Yoon Woo.
"Ide bagus. Tapi alangkah lebih baik kita kesana tidak memakai seragam ini. Kita pasti akan dianggap anak kecil kalau datang kesana masih pakai seragam." Celetuk Kang Jung Tae.
Mendengar itu Heo Yoon Woo dan Yong Ri An hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
###
Di Aula Cessa Hotel, proses penghitungan suara masih berlangsung dan masih berada di posisi 41 menolak pemberhentian dan 44 menerimanya. Semua orang diliputi harap-harap cemas penuh kegelisahan. Terutama terlihat pada Heo Joon Wang yang terancam posisinya dan Yong Ri Sa yang berusaha melengserkannya. Sesekali mereka saling melempar tatapan sinis dan dingin yang menusuk siapa saja yang melihatnya.
"Aku sudah sejauh ini. Kali ini tak boleh gagal. Banyak orang yang menggantungkan harapannya padaku. Aku tak boleh mengecewakan mereka." Kata dalam hati Yong Ri Sa yang berusaha menguatkan dirinya dengan sedikit melirik segelas air putih di hadapannya yang belum ia teguk sedikitpun. Kata-kata yang diucapkan Kang Jung Tae tentang adanya rencana peracunan terhadap dirinya di acara RUPS itu masih melekat kuat di otaknya sehingga membuatnya merasa was-was jika itu akan benar-benar terjadi. Meski itu tidak terbukti di dua hari sebelumnya. Karena di dua hari sebelumnya dia berani meneguk air putih yang dihidangkan padanya dan tidak ada reaksi apapun. Dan kemudian pandangannya beralih ke Heo Joon Wang yang ternyata juga tengah mengarahkan pandangannya kepada dirinya.
Sementara itu Heo Joon Wang juga membatin, "Jangan senang dulu. Penghitungan masih belum berakhir. Jangan kira kamu bisa melengserkanku dengan mudah. Kamu hanyalah rubah kecil yang bunuh diri jika melawan macan dewasa terbuas seperti ini, Yong Ri Sa!" sambil menyuguhkan tatapan tajam dan seringaian merendahkan.
Mendapat tatapan seperti itu, Yong Ri Sa kembali membatin, "Heo Joon Wang! Hari ini kastil anda akan hancur. Apakah anda sudah siap?" tatapan dinginnya kini berpindah ke papan penghitungan suara yang sudah berubah hasil lagi yakni 45 suara menolak pemberhentian dan 53 suara menerimanya, dan terus saja bertambah tak terkendali hingga sudah mencapai 65 dalam kurang dari satu menit sedangkan suara menolak pemberhentian tetap di angka 45. Sehingga itu artinya memang jauh lebih banyak orang yang menginginkan Heo Joon Wang untuk mengakhiri masanya. Terlebih lagi setelah melihat kinerja Yong Ri Sa selama setahun lebih kepemimpinannya. Selain itu, keputusan itu juga diperkuat dengan bukti-bukti kejahatan Heo Joon Wang yang sempat diajukan Yong Ri Sa dalam presentasinya di hari sebelumnya. Meskipun tidak semua kartu Heo Joon Wang dibuka olehnya, tapi ternyata itu cukup untuk meyakinkan para pemegang saham untuk memberikan suara guna melengserkan Heo Joon Wang dari posisi CEO.
Penghitungan itu tiba-tiba terhenti saat ada 3 orang dari kepolisian masuk ke ruangan itu. 3 orang itu berpenampilan khas seorang detektif yang memakai setelan baju berwarna gelap. Mulai dari baju, jaket hingga celananya berwarna gelap. Hanya sepatu ketsnya yang tidak berwarna gelap. 2 orang mengenakan sepatu warna biru dan 1 orang menggunakan sepatu warna putih bermotif garis hijau stabilo.
Ketiga pria itu langsung mendekat ke arah Heo Yong Min yang sedang duduk disamping kakeknya.
"Saudara Heo Yong Min. Anda kami tahan atas tuduhan usaha penculikan Heo Yoon Woo, Penggelapan dana pembangunan dan otak pembunuhan Han Seo Jin." Ucap salah satu pria itu. Sedangkan salah satu pria yang lainnya dengan sigap memborgol Heo Yong Min yang langsung tersulut emosi.
"Apa-apaan ini! Aku tidak melakukan apa-apa. Kenapa aku ditahan?!" berontaknya.
Heo Joon Wang yang berada tepat disampingnya langsung berdiri dan tak kalah emosi. "Tunggu! Jadi orang yang merencanakan penyerangan dan usaha penculikan cucuku waktu itu adalah kamu?" kemarahannya benar-benar tak bisa dibendung. Kemarahan itu menyembur dengan bebas pada orang yang membuatnya sangat marah.
"Apakah anda benar-benar tidak tau tentang ini, CEO Heo? Cucu-cucu anda sudah lama bermusuhan. Lebih tepatnya cucu yang didepan anda itu merasa iri atas rencana anda untuk menjadikan cucu anda yang lain menjadi penerus anda. Dan itulah motifnya melakukan usaha penculikan itu hingga harus ada orang yang jatuh koma atas tragedi tersebut. Dan,.. tak kusangka penyebab kematian nenek angkatku adalah salah satu anggota keluarga anda." Ucap Yong Ri Sa dengan nada dan tatapan yang sangat dingin mengerikan. Beberapa hari yang lalu ia baru mengetahui penyebab kematian Han Seo Jin adalah adanya racun yang disuntikkan di infus yang digunakan olehnya. Dan ia juga baru menyadari bahwa sebenarnya suntikan racun itu seharusnya ditujukan pada dirinya. Namun karena kesalahan orang suruhan yang dikirim itu, akhirnya yang mendapat suntikan racun itu adalah Han Seo Jin ketika mereka sama-sama masuk ICU.
Mendengar itu, Heo Joon Wang langsung mengarahkan tatapan tajamnya ke Yong Ri Sa, "Apa ini ulahmu?" berusaha menahan amarahnya.
"Saya memang yang melaporkannya. Setelah saya sudah benar-benar didukung oleh cucu yang anda khianati selama ini. Anda pasti tidak menduga sebelumnya, bahwa cucu anda mewarisi darah pengkhianat. Dan orang yang dikhianatinya adalah orang yang mewariskan darah pengkhianat untuknya."
"Mwora? (Apa?)" Heo Joon Wang semakin geram.
"Asal anda tau saja,.. orang yang turut andil memberikan beberapa bukti keburukan anda dan saya tunjukkan kemarin adalah cucu anda. Sebenarnya masih banyak bukti-bukti lain yang saya simpan. Yang saya tunjukkan kemarin hanyalah kurang dari setengahnya. Pastinya anda bisa mengira-ngira seberapa banyak kartu anda yang ada di tangan saya kan?" ucapnya dingin.
"Jangan main-main kamu, rubah kecil!" kemarahan Heo Joon Wang semakin memuncak.
"Bukankah anda juga sudah tau,.. Saya tidak pernah main-main dengan kata-kata saya. Dengan sangat menyesal, saya juga ingin mengatakan bahwa alat penyadap yang kalian pasang di ruangan saya dan di ponsel cucu anda tidak ada gunanya sama sekali. Dan mata-mata yang berada di sekeliling cucu anda pun tidak ada gunanya. Itu malah membuang-buang waktu kalian saja. Kami bukanlah anak kecil. Kami adalah rubah dan ular yang siap mengoyak siapapun lawan-lawan kami. Bukankah itu julukan yang anda berikan, CEO Heo? Mungkin ini adalah terakhir kalinya anda akan dipanggil dengan sebutan itu." Yong Ri Sa semakin garang dan tak dapat dikendalikan oleh siapapun. Sehingga itu membuat siapapun yang jadi lawan bicaranya cukup kualahan menghadapinya.
Nafas Heo Joon Wang semakin memburu, "Beraninya kau!!" emosinya semakin tidak terkendali hingga membuat nafasnya tersengal-sengal dan degup jantungnya semakin tak karuan hingga ia terduduk kembali di kursinya. Kemungkinan besar saat itu tekanan darahnya naik drastis.
Yong Ri Sa hanya menyuguhkan senyuman profokasi.
"Heo Yong Min-ssi,.. sekarang waktunya anda untuk mempertanggungjawabkan perbuatan anda. Hukuman untuk 3 kasus saja sudah cukup kan? Jika memang kurang, saya bisa langsung membuka kasus-kasus anda yang lain. Apakah perlu saya melakukannya?" Ucap Yong Ri Sa pada Heo Yong Min yang terus saja memberontak.
Yong Ri Sa menghela nafas lega namun tatapannya masih sangat dingin menusuk siapa saja yang ia pandang saat itu. Karena sudah terlalu panas di ruangan itu, tenggorokan Yong Ri Sa terasa sangat kering. Seakan lupa dengan peringatan yang diberikan oleh kakak dan sepupunya, ia langsung meneguk air putih yang ada di meja. Dan,.. beberapa detik setelah meneguknya, ia merasakan keanehan pada dirinya. Kepalanya seakan berputar-putar, tenggorokannya seakan tercekik, dan tangannya langsung gemetar tak karuan hingga ia menjatuhkan gelas yang masih terdapat sisa air minumnya.
Melihat keanehan yang terjadi pada Yong Ri Sa itu, semua orang langsung dilanda kecemasan dan kepanikan. Terutama sekertaris Park yang sedari awal berdiri di pinggiran ruangan. Ia langsung berlari mendekat ke Yong Ri Sa yang justru terlihat semakin kesulitan bernafas dan batuk-batuk. Tak disangka-sangka, ternyata ada darah di telapak tangan yang ia gunakan untuk menutup mulutnya saat batuk. Ia berusaha untuk tetap berdiri tegak dengan tangan kirinya sebagai tumpuan di meja. "Apa.. ini memang.. keahlian kalian? Mem..bunuh orang dengan.. racun." ucapnya dengan sisa-sisa tenaga yang masih tersisa. Matanya sudah sangat merah saat itu.
"Sepertinya nenek angkatmu ingin lebih cepat bertemu denganmu." Seringai Heo Yong Min.
Disaat yang bersamaan, Yong Ri Sa justru sudah kehilangan kesadaran dan jatuh di dekapan sekertaris Park yang sangat panik.
###
Yong Ri An yang masih dalam perjalanan menuju Cessa Hotel bersama Kang Jung Tae dan Heo Yoon Woo langsung terkejut ketika mendapat kabar dari sekertaris Park bahwa Yong Ri Sa jatuh pingsan setelah meminum air putih yang sudah ada racun didalamnya. Kang Jung Tae yang saat itu mengendarai mobil itu langsung banting setir dan mengarahkan mobilnya ke rumah sakit yang dimaksud oleh sekertaris Park.
Mereka bertiga dilanda kepanikan dan langsung berlari ke ruang UGD dan bertemu dengan sekertaris Park yang terlihat cukup kacau. Ini kali keduanya membawa atasannya ke rumah sakit dalam keadaan kritis seperti itu. Sehingga membuatnya merasa seperti pria yang tidak dapat melindungi wanita terlebih lagi dia adalah atasan yang sangat ia hormati.
"Hyung,.. apa yang terjadi? Kenapa bisa Yong Ri Sa,.." tanya Yong Ri An pada sekertaris Park.
"Maafkan saya! Tadi keadaan di ruang aula semakin memanas. Terlebih lagi saat direktur Heo ditangkap polisi. Emosi direktur Heo, CEO Heo dan direktur Yong langsung pecah. Mereka bertiga berdebat didepan semua orang yang ada di ruangan itu. Mungkin karena emosinya itu, membuat direktur Yong merasa kehausan dan tanpa pikir panjang langsung meminum air yang disediakan untuknya. Saya tidak bisa mencegah direktur Yong meminum air itu, karena saya berdiri cukup jauh darinya. Maafkan saya!" jelasnya dengan terus menunduk penuh rasa bersalah.
Advertisement
The Dungeon Traveler
I spent most of my life trying to get by with whatever happiness I could, that included alcohol, food, and porn.My death was unpleasant and humiliating. However, death is something we all need to go through. A bit like a proctology exam; necessary but never anything one wants to go through while it's happening.However, death was supposed to be the end of it. Either way, the pain, suffering, and failures were supposed to be over. I was supposed to wink out, or perhaps take a trip to a lovely afterlife!No, I ended up as a small stone, strapped to a table, while a pimple-faced teenager rubbed my facets and told me how 'lovely' I was. Last time I checked, birth wasn't supposed to be as embarrassing as death!Life as a dungeon core isn't all bad. I like watching lizard love triangles and snooping on militaristic dwarves; though there is that issue where I'm trying to free myself from the entanglements of the Gods....ok, yeah that last one is a bit of a problem. Completed and available on Amazon
8 89Monok's Bones: Discovery
Monok is gone, his soul residing in the moon, to forever look down upon the wolves of the small island. Until that day when a strange ship arrives, a thing never seen before by the wolves. Suddenly their world is thrown into turmoil as a forgotten history begins to catch up to them. And the young wolf Kabian is thrown into the middle of this. What happens when wolves and humans meet for the first time in centuries, when both believe the other something from legend, or have forgotten about them all together.
8 215World of Eclipse
[Eclipse], a world where the bright crescent moon never disappears in the sky is divided into two territories, [Katzenschatz] which is owned by the race [Katzen], a hybrid of humans and cats and [Hundschatz] which is owned by the race [Hund], a hybrid of humans and dogs. Since the beginning of time, the two races were fighting against each other. Each race has six [Constellation Deity] that helps them fight in the war but in every generation war, it always comes into a stalemate. Now, on the upcoming 8th generation war, what will be the outcome? After turning 18 years old, our protagonist Raiki, a [Katzen] who wants to become a high-ranking soldier, decided to take the entrance test to become one. But just after he arrived in the town where the test will be held, he saw a group of bandits trying to rob a certain girl. He couldn’t leave that alone and do nothing so he saved the mysterious girl named Ciana from them. Where will Raiki be led by this fateful encounter?
8 183Stokeley tingz
I hope yall enjoy this story
8 130ALIVE: The Aftermath Chronicles (Book 1)
(Currently being edited & Extended)☠ TWICE FEATURED ON WATTPAD!☠ "Viral Reads" list pick on WattZombie. A woman with rare immunity and an AWOL troubled soldier struggle to keep her secret from those who would exploit her in a tyrannical, zombie-ridden world.As the colony they seek refuge in keeps the dead at bay, other survivor groups ready to fight those within for the last remaining safe territories in the south.A disturbing cult moves in, lead by a serial killer from the old world. His distorted religious beliefs and those of his followers claim him as the savior of the new world, where only the purest of souls are deemed to live under his reign.Another group of mismatched survivors harbors a school-shooting survivor who will stop at nothing to ensure her friends see the next sunrise. Their own leader, an exile from the colony, seeks his revenge on the colony's current barbaric ruler, Russell Wolfe, and to take all he holds dear.As allies and enemies shift and form, only one thing is certain-the dead are coming for them all. ☣☣☣☣☣☣This is book one of an ongoing series.
8 163Poetry Of The Heart 2
"I want to do great thingsthat will have in heaven with angel wings,I live my life to see what it bringsI'm not going to lie I'm really just waiting until god rings,"- CTheCreatorPoetry From The Heart II1-20 Works Of CTheCreator*INCLUDES 10 BONUS POEMS*
8 154