《Soul In Seoul》#Part 32 (Racun)
Advertisement
Semua karyawan Cessa Hotel langsung berdiri dan membungkuk hormat ketika Yong Ri Sa dan Yong Ri An berjalan melewatinya. Tak sedikit orang tersenyum lega ketika melihat Direktur mereka telah kembali beraktivitas. Tapi, ada beberapa orang yang juga menampakkan wajah masam saat melihatnya. Ya, tentunya orang-orang itu adalah orang-orang yang berada di pihak yang berseberangan dengan Yong Ri Sa. Sekelompok orang yang merasa posisinya terancam jika si rubah kecil itu benar-benar mengeluarkan kartu-kartu yang selama ini dia simpan sangat rapi.
Ketika melewati meja sekertarisnya, Yong Ri Sa menghentikan langkah kakinya.
"Sekertaris Park,.. Sekertaris Jung,.. ikut saya!" perintahnya dengan pelan namun masih dengan aura penuh wibawa.
Mendengar itu, kedua sekertaris itu langsung saling pandang karena sangat bingung. Kenapa atasannya meminta mereka masuk ke ruangannya bersamaan? Tidak biasanya hal itu terjadi. Sebelumnya hanya salah satu dari mereka yang diminta masuk jika Yong Ri Sa membutuhkan sesuatu. Apakah ada sesuatu penting yang ingin dibahasnya bersama kedua sekertarisnya itu?
Tak perlu menunggu lama, akhirnya kedua sekertaris Direktur Utama itu langsung berjalan mengular di belakang atasannya memasuki ruang kebesaran atasannya itu. Mereka berempat duduk di sofa yang berbentuk 'U' di ruang Direktur Utama. Yong Ri An duduk disisi kiri sedangkan kedua sekertaris itu duduk tegang di sisi kanan sofa yang diduduki oleh Yong Ri Sa.
"Lama tak jumpa. Bagaimana kabar anda berdua?" tanya Yong Ri Sa ramah.
Mendengar itu, ketegangan Sekertaris Park dan Sekertaris Jung langsung luntur dan merasa lebih lega.
"Kami baik-baik saja. Dan kami sangat senang, anda telah kembali beraktivitas seperti biasa." ucap Sekertaris Park mewakili.
"Lalu,.. apakah ada masalah ketika anda berdua melayani kakak saya selama dia menggantikan saya?" sedikit melirik ke Yong Ri An yang ternyata tengah mengernyit masam.
"Tidak ada masalah. Emmm,.. Sejujurnya kami berdua sangat kagum, bagaimana bisa kemampuan dan karakter anda berdua tidak jauh berbeda. Dan meski ada sedikit perbedaan, tapi itu justru perbedaan yang saling melengkapi. Sehingga itu membuat kami tidak harus beradaptasi lebih ketika Yong Ri An-ssi menggantikan anda." Jelas sekertaris Park yang membuat Yong Ri Sa tertawa kecil.
"Baguslah jika memang seperti itu." mengangguk senang. "Ah ya,.. tujuan saya meminta anda berdua kesini adalah,.. saya ingin Sekertaris Park mengundurkan diri dari Cessa Hotel. Dan Sekertaris Jung yang akan menggantikannya." Ucap Yong Ri Sa yang langsung membuat ketiga orang di hadapannya menganga. Bagaimana bisa ia memecat seorang sekertaris yang selama ini selalu setia padanya dan bahkan tak ada sedikitpun kesalahan yang dilakukannya?
"Hya! Ri Sa-ya,.. kenapa kamu memecatnya? Apa sekertaris Park melakukan kesalahan?" Tegur Yong Ri An yang masih terkejut dengan keputusan yang diambil oleh adiknya di hari pertama ia kembali mengisi jabatannya.
"Ya. Sekertaris Park memang melakukan kesalahan. Kesalahan karena terlalu setia dan terlalu kompeten. Maka dari itu, saya ingin sekertaris Park mengundurkan diri sebagai sekertaris Direktur Utama Cessa Hotel, dan setelah itu saya dengan senang hati mengangkatnya sebagai sekertaris pribadi saya." Jelasnya dengan sangat tegas. "Bagaimana? Apakah anda keberatan, sekertaris Park?" tanyanya pada sekertaris Park yang saat itu terlihat cukup bingung dan tak percaya mendapat tawaran seperti itu dari seorang Yong Ri Sa.
Mendapati sekertaris Park hanya mengunci mulutnya karena efek keterkejutan, akhirnya Yong Ri Sa mengeluarkan suaranya, "Saya yakin, anda juga tau tentang tanggung jawab baru yang saya emban. Saya tidak lagi hanya berstatus sebagai pelajar SMA dan Direktur Utama Cessa Hotel. Tapi juga,.. sekarang saya mendapat tanggung jawab di yayasan Jinhyang dan restaurant Hong Diamond. Maka dari itu, saya membutuhkan seorang sekertaris pribadi. Bagaimana? Apakah anda bersedia?" tanyanya lagi.
Sekertaris Park menyebar pandangannya ke Yong Ri An dan sekertaris Jung, berharap ada komentar yang akan mereka keluarkan.
###
Setelah sekertaris Park dan sekertaris Jung keluar dari ruang Direktur Utama, suasana di ruangan itu hening sejenak meski di ruang tersebut masih ada Yong Ri Sa dan Yong Ri An yang masih duduk di posisi yang sama dengan sebelumnya. Yong Ri An masih merasa telah dipermainkan oleh adiknya, sedangkan Yong Ri Sa terlihat sedang menikmati ekspresi kekesalan kakaknya itu.
Advertisement
"Hya! Kukira kamu akan benar-benar membuang sekertaris Park. Kenapa sebelumnya kamu tidak bilang jika ingin mengambil sekertaris pribadi? Aku kan juga bisa melakukannya. Jadi tak perlu merombak posisi sekertaris direktur." Ucapnya yang masih cukup kesal karena tidak biasanya Yong Ri Sa tidak mengatakan sesuatu padanya jika merencanakan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan adiknya itu.
"Oppa kira, aku akan nyaman jika oppa harus terus melayaniku? Kegiatanku pasti akan lebih padat dari sebelumnya. Jadi aku yakin oppa akan kualahan jika jadi sekertaris pribadiku. Lagipula aku ingin oppa selalu berjalan disampingku, dan bukan di belakangku." Jelasnya dengan sisi remaja yang manis.
Yong Ri An langsung terdiam mendengar ketulusan yang disampaikan adiknya itu.
"Huhhh,.. baiklah. Aku ngerti. Dan aku sangat lega kamu memilih si paket komplit seperti sekertaris Park. Kompeten, setia, disiplin, gagah, tak rewel dan satu lagi,.. dia bisa sekaligus jadi bodyguard buatmu. Contohnya seperti kejadian penyerangan waktu itu. Jadi,.. selanjutnya aku tak perlu was-was kamu akan menggunakan kemampuan karatemu lagi. Karena sekarang ada orang yang bisa bela diri yang akan selalu bersamamu." Komentarnya.
"Jadi,.. Oppa tidak akan protes lagi dengan keputusanku untuk mengangkat sekertaris Park sebagai sekertaris pribadiku kan? Oppa bilang, sekertaris Park adalah paket komplit. Hahaha,.." disambung dengan tawa kecil.
"Ya ya ya,.. aku tak akan protes lagi." Singkatnya. "Tapi tunggu sebentar. Apa kamu menyukai sekertaris Park layaknya pria dan wanita?" selidiknya.
Mendengar itu, Yong Ri Sa langsung tertawa terbahak-bahak. "Omong kosong macam apa itu? aku memang menyukainya. Tapi bukan sebagai pria. Aku sudah menganggapnya sama seperti kakak bagiku. Jadi aku sekarang punya dua kakak. Tak apa kan? Hahaha,.."
"Benarkah?" selidiknya lagi dan langsung disambut dengan anggukan dari Yong Ri Sa yang masih tak dapat menahan tawanya.
###
Beberapa hari kemudian,..
Yong Ri Sa duduk seorang diri di ruang Direktur Utama dengan beberapa map berisi tabel dan grafik pengeluaran dan penerimaan Cessa Hotel. Dalam grafik itu terlihat pengeluaran dalam beberapa bulan terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar begitu pula dengan penerimaan. Untuk penerimaannya mengalami peningkatan yang lebih besar dan konsisten dari tingkat pengeluarannya. Dan itu adalah tingkat keberhasilan dengan rekor tertinggi sejak Hotel itu berdiri. Senyumnya semakin lebar ketika melihat grafik itu. Karena itu artinya usaha dan pengorbanan waktu serta tenaganya tidak sia-sia. Seluruh karyawan Cessa Hotel pun sudah benar-benar menerima dirinya sehingga itu membuat mereka juga memiliki semangat yang sangat besar agar tidak mengecewakannya.
Di tengah-tengah kesibukannya itu, tiba-tiba ponsel yang ia letakkan di mejanya berbunyi sekali, tanda ada sebuah pesan masuk di ponsel tersebut. Tanpa ragu ia langsung mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang mengirim pesan padanya. Di layar ponsel itu tertulis 'Sekertaris Park'. "Sekertaris Park? Kenapa dia harus ngirim pesan? Dia kan bisa langsung masuk kesini jika ingin menyampaikan sesuatu." Gumamnya seraya membuka pesan itu.
Ketika melihat isi pesan itu, Yong Ri Sa tiba-tiba mengernyit. 'Yong Ri Sa-ssi,.. ada yang ingin saya sampaikan pada anda. Maaf, Saya tidak bisa mengatakannya di ruangan anda. Bisakah anda datang ke tangga darurat lantai 20 sekarang?' itulah isi pesan singkat yang dikirim oleh sekertaris pribadinya. "Aneh. Memangnya apa yang ingin dia sampaikan? Kenapa tidak bisa mengatakannya disini?" batinnya sambil menutup map yang sedari tadi ia periksa. Dan kemudian ia langsung beranjak dari ruangan itu.
Yong Ri Sa baru keluar dari balik pintu ruangannya, ia tidak melihat sekertaris Park di tempat duduknya. Di balik meja itu hanya ada sekertaris Jung yang tengah sibuk dengan keyboard yang ada didepannya.
"Sajang-nim,.. apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sekertaris Jung ketika menyadari Yong Ri Sa telah berdiri didepan mejanya.
"Tidak ada. Lanjutkan saja pekerjaan anda." Jawabnya dan langsung melangkah menjauh dari hadapan sekertaris Jung.
Advertisement
Tak berselang lama, Yong Ri Sa sudah sampai di depan pintu darurat di lantai 20. Tanpa ragu ia membuka pintu itu dan memasuki area tangga darurat. Saat baru berada ditempat itu, ia langsung mengernyit heran. Sekertaris Park tidak ada di tempat itu. Yang ada ditempat itu hanya seorang wanita tengah berdiri membelakanginya. Wanita itu mengenakan jaket coat selutut warna coklat muda dan menggerai rambut lurus yang menjulang menutupi punggungnya.
Tanpa ada aba-aba, wanita itu membalikkan badannya dan sontak itu membuat Yong Ri Sa terbelalak. "Eonni?" lirihnya tanpa sadar karena efek keterkejutannya.
"Ya. Ri Sa-ya,.. ini aku." Ucapnya hangat dengan dibumbui senyuman yang sudah lama tak tampak dari diri Heo Yoon Woo jika bertemu dengan Yong Ri Sa.
"Apakah yang mengirim pesan itu adalah..." ucapannya menggantung.
"Maaf jika aku memintamu kesini menggunakan ponsel sekertaris pribadimu." Potongnya.
Yong Ri Sa terdiam sejenak.
"Maafkan aku, selama ini semua tindakan dan ucapanku telah melukai hatimu. Meski itu bukanlah kemauanku, tapi itu memang harus kulakukan untuk membantumu. Sama seperti yang kamu lakukan selama ini,.. Kamu berusaha melindungiku tanpa aku mengetahuinya hingga aku sempat salah paham padamu. Dan alasanku mengundangmu kesini adalah,.. aku ingin memberikan ini padamu." Menyerahkan sebuah flashdisk hitam pada Yong Ri Sa. "Di dalamnya ada sesuatu yang bisa kamu gunakan untuk menyerang Heo Yong Min dan kakekku. Aku tidak bisa menyerahkan ini saat di ruanganmu. Karena mereka terus mengawasi pergerakan kita berdua. Tidak hanya CCTV, tapi disana juga ada--"
"Alat penyadap suara." Potong Yong Ri Sa. "Jika memang alasannya adalah penyadap suara di ruangan itu, kenapa eonni menghubungiku lewat ponsel sekertaris Park? Bukankah tak masalah jika eonni menghubungiku lewat ponsel eonni sendiri? Dan kenapa selama diluar ruangan itupun sikap eonni benar-benar sangat dingin padaku? Tidak hanya di lingkungan ini. Di lingkungan sekolah pun tidak ada bedanya. Jadi itu membuatku berfikir, eonni benar-benar telah membenciku. Dan ini,.. kenapa eonni tiba-tiba memberikannya padaku?"
"Aku tau. Kamu pasti sangat bingung sekarang. Dan itu membuktikan bahwa Yong Ri An memang tidak mengatakan apapun tentang rencana yang telah kusiapkan sejak sebelum kamu terbaring koma, sesuai dengan permintaanku. Dan seperti yang dikatakan oleh Yong Ri An. Misi ini memang tak semudah dugaanku. Aku justru semakin sulit untuk menghubungimu sesuka hatiku. Mereka menempatkan mata-mata di sekelilingku dan memasang penyadap di ponselku. Mata-mata itu bergerak ketika di sekolah dan diluar lingkungan hotel. Sedangkan saat di lingkungan ini, mereka menggunakan CCTV dan alat penyadap lain untuk mengawasiku. Maka dari itu, mungkin memang tempat yang paling aman adalah tangga darurat ini. Itupun, kita tetap tidak bisa sering bertemu disini." Jelasnya. "Maafkan aku, atas segala sikapku selama ini." menundukkan kepalanya.
Mencoba perlahan menelaah kata-kata Heo Yoon Woo. "Jadi,.. Ri An Oppa sudah mengetahuinya dari awal?" Yong Ri sa sangat terkejut mendengar penjelasan dari Heo Yoon Woo.
"Ya. Awalnya dia melarangku melakukannya. Tapi aku sudah terlanjur sakit hati pada keluarga yang telah mengasingkanku sejak kecil." Jelasnya lagi. "Aku ada di pihakmu. Meski aku tak bisa terang-terangan, tapi aku berada di pihakmu. Aku akan membantumu. Aku akan mengirimkan bukti-bukti lain lewat sekertaris Park. Tidak hanya Heo Yong Min yang harus kamu tumbangkan, tapi tumbangkan kakekku juga. Aku mendukungmu." Yakinnya.
Yong Ri Sa menghela nafas berat. "Ini benar-benar sulit dipercaya. Jadi itu artinya eonni akan mengkhianati keluarga eonni sendiri?"
"Itulah darah yang mengalir dalam diriku. Darah sang pengkhianat dari Heo Joon Wang. Dan saat ini, dialah yang akan kukhianati. Tak masalah kan?" ucapnya ringan.
"Apakah eonni sudah benar-benar mempercayaiku?" tanya Yong Ri Sa, yang langsung disambut anggukan pasti dari Heo Yoon Woo dengan senyuman yang merekah dari bibirnya.
Tiba-tiba Heo Yoon Woo teringat sesuatu. "Ah ya. Bersikaplah seperti biasanya. Bersikaplah seolah-olah kamu tidak bertemu denganku dan tidak mendengar apapun yang kukatakan hari ini. Tetaplah jadi si rubah yang pandai mengelabui lawanmu. Arracci?"
"Itulah keahlianku eonni. Eonni juga harus hati-hati. Berada di wilayah lawan adalah tempat paling mematikan jika mereka menyadari niat eonni." Ucapnya hangat.
"Tentu aku sudah memperkirakannya. Aku tidak akan gegabah. Dan soal mata-mata di lingkungan sekolah, akan segera kuurus. Aku sudah tau siapa orangnya."
Senyuman Yong Ri Sa semakin lebar kala mendengar kata-kata yang dibalut nada hangat dari sahabatnya itu. Nada hangat yang sangat ia rindukan selama setahun belakangan.
###
Heo Yoon Woo yang masih mengenakan seragam SMA Dongjo, berjalan menuju kolam renang yang ada di SMA Dongjo. Dari awal ia melangkahkan kakinya, ia sudah merasakan pergerakan orang tengah mengawasinya. Meski ia sudah mengetahui hal itu, tapi ia tetap berjalan seolah-olah tidak merasakan apapun. Ia berusaha mengabaikannya dengan mengenakan earphone yang sedari tadi ada di genggamannya.
Saat baru melewati gedung basket SMA Dongjo, ia melihat ada Kang Jung Tae baru keluar dari gedung tersebut dan melihatnya yang tengah diikuti orang yang sangat ia kenal. Kang Jung Tae terlihat hanya mengernyit melihat pemandangan didepannya. "Dia ngapain terus-terusan mengular di belakang Heo Yoon Woo? Kayak nggak ada kegiatan lain aja." Celanya pelan namun masih bisa Heo Yoon Woo dengar.
Ketika sudah cukup jauh dari pintu lapangan basket, ia menyadari arah pandangan Kang Jung Tae yang masih tertuju pada dirinya dan orang yang mengikutinya, ia pun membatin, "Apakah ini saatnya?" tak lama kemudian, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan membalik badan, sehingga saat itu orang yang ada dibelakangnya dengan jarak kurang dari 5 meter itu langsung terkesiap salah tingkah.
"Hya! Hwang Hae Ra! Sampai kapan kamu akan terus mengikutiku? Dibayar berapa kamu?" ucapnya kasar.
"Ap-Apa maksudmu?" mencoba berkilah.
"Apakah kamu tidak punya kegiatan lain selain memata-mataiku? Hehh,.. kau fikir selama ini aku nggak tau segala pergerakanmu? Okey,.. sekarang laporkan pada Heo Yong Min, saat ini kamu sudah ketahuan. Dan juga bilang padanya, aku bukanlah anak kecil yang akan takut menghadapinya. Setelah itu, berhentilah memata-mataiku! Atau,.. akan kubuka rahasia tentang percobaan pembunuhan yang pernah kau lakukan. Aku bukanlah Yong Ri Sa ataupun Yong Ri An yang betah menyimpan kartu orang terlalu lama. Apalagi jika itu kartu milik orang yang menyebalkan seperti dirimu. Ingat itu!" ancamnya.
Hwang Hae Ra menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering akibat telah tertangkap basah oleh Heo Yoon Woo. "Jadi selama ini,.. kamu sudah menyadarinya?"
"Tentu saja. Kemampuanmu memata-matai orang itu sangat-sangatlah buruk. Bahkan aku sudah lama menyadarinya. Ternyata kamu juga tidak terlalu peka ketika sudah ketahuan seperti itu."
"Jadi kamu telah mengelabuiku? Dan kamu benar-benar sudah ada di pihak Yong Ri Sa?" menyeringai.
"Apakah itu harus? Apakah aku harus ada di pihak Yong Ri Sa untuk melawan Heo Yong Min? Jangan lupa katakan padanya, ular kecilnya telah bangkit dan siap mematukkan racun mematikan." Kembali membalikkan badannya sehingga sudah membelakangi Hwang Hae Ra.
Hwang Hae Ra menyeringai kembali, "Berbicara tentang racun mematikan, apakah kamu sudah dengar bahwa sepupumu dan kakekmu itu telah menyiapkan racun mematikan untuk Yong Ri Sa? Tepatnya saat rapat umum pemegang saham bulan ini. Bagaimana caramu menghadapi itu setelah kamu mengetahuinya? jika memang kamu tidak berada di kedua belah pihak, apakah kamu akan membantu kakekmu atau hanya diam menunggu kabar kematian sahabat lamamu?" Pancingnya.
Heo Yoon Woo yang mendengar kata-kata itu hanya diam dan berusaha untuk tetap tenang, meski sebenarnya hatinya terasa panas dan was-was mengetahui nyawa sahabatnya sedang terancam sedangkan dirinya masih tidak bisa terang-terangan berada di pihaknya. Setelah itu ia langsung kembali melangkahkan kakinya menuju kolam renang untuk mengikuti latihan renang di saat-saat terakhirnya sebagai siswa SMA Dongjo.
Sementara itu Kang Jung Tae yang juga bisa mendengar percakapan mereka berdua, sudah tak mampu berfikir jernih lagi. Apakah ia harus memberitahu Yong Ri Sa tentang hal itu? Dia memang mencintainya, tapi dia juga masih memendam kebencian padanya. Yang manakah yang lebih berkuasa? Rasa cintanya ataukah kebenciannya? Dia mengacak-acak rambutnya karena saking frustasi atas dilema dalam hatinya.
###
Kang Jung Tae terus mondar-mandir di depan meja makan yang hanya ada segelas air putih yang baru saja ia teguk sebelumnya. Deru nafasnya terdengar tak karuan dan menyiratkan saat itu fikirannya tengah melayang tak tentu arah memikirkan sesuatu hal yang benar-benar membuatnya pusing sepuluh keliling. Sesekali ia menggaruk-garuk ujung dahinya dan diiringi helaan nafas kasar. Di tengah-tengah perilaku anehnya itu, ia langsung tersentak ketika tiba-tiba di depannya sudah berdiri seorang Yong Ri Sa yang baru saja pulang dan masih mengenakan setelan kerja formal warna putih tulang.
"Hya! Neo wae? (kamu kenapa?)" tanya Yong Ri Sa.
"Niga wae? (aku kenapa?)" tanyanya balik dengan ekspresi sedikit linglung.
Mendengar itu, Yong Ri Sa hanya nyengir aneh. "Molla. (Entahlah)" ucapnya kasar sambil berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.
Sementara itu, Kang Jung Tae masih betah berdiri di tempatnya semula dengan ekspresi yang sama.
Ketika Yong Ri Sa sudah kembali dengan membawa segelas air putih, akhirnya Kang Jung Tae angkat bicara.
"Yong Ri Sa! Kapan RUPS Cessa Hotel?" tanyanya dengan nada gengsi.
Tertawa dingin. "Tumben ingin tahu. Ada angin apa ini? bener-bener kebelet ingin mengambil alih jabatan ya?" candanya.
"Mumpung aku baik seperti ini, jangan pancing emosiku." Ungkapnya kesal.
"Ya ya,.. 2 minggu lagi. Kenapa?" jawabnya singkat.
"2 minggu lagi? Bukankah itu pas ujian akhir?"
"Yups. Mereka memang sengaja memilih tanggal yang sama dengan tanggal ujian. Mereka berusaha menghalangiku untuk bisa hadir. Minimal menghalangiku datang tepat waktu." Jawabnya ringan.
"Jadi kamu akan tidak hadir di RUPS? Atau,.. kamu akan tidak mengikuti ujian?"
"Tidak ikut ujian? Aku tidak akan mengulang satu tahun di SMA. Tenang aja, aku juga tak akan mengacaukan usaha nenekmu mengangkatku jadi penerusnya. RUPS adalah momentum sangat penting. Dan aku juga tidak akan melewatkannya."
Advertisement
Just Don't Shoot the Quartermaster
Aliens are real! And monsters! But that's racist, don't call them that. And there's magic too! The life of humble, hard-working Carioca*¹² Rafael Barro is thrown into disarray when the interstellar Multi-Unity Alliance comes knocking. During the negotiations to take Earth in as a Protected Member-Planet for the glory of our AI overlords, the aliens ‘accidentally’ break the Veil that keeps the mythics protected from humanity’s knowledge, revealing the creatures of legend and myth that were hiding among us for millennia — from the doorman to global leaders. After a series of mishaps in his ever chaotic Brazil, our intrepid hero decides to join the Unity's Army, where he ends up as a inglorious… quartermaster. The Unity takes all recruits to make matters worse, including the mythics! And the cherry on the damn pie is Rafael Barro’s extra assignment: writing this historical first-hand report on the wonders of Earth’s diversity, the seamless adaptation of all its members, and on his gallant units’ first stellar expedition ever to defend another precious*³ world! Are we talking about the same planet? (Reader discretion is advised; Contains Graphic Language and Potentially Excessive Swearing) *¹ Carioca = demonym of someone from Rio de Janeiro, Brazil. *² humble and/or hardworking Cariocas = not necessarily mythics, ordinary ones actually exist. *³ precious = inasmuch every living planet is precious. Editor's Note: Someone disable his permission to edit the draft on UnityDocs, please! Hello, I'm McKing and I aim to write an original story with elements I've never seen put together before. Feel free to point out any mistakes you see — I'm not a native speaker, so I'm sure a few will pass me by. Sci-fi; Humor; (Brazilian) Urban Fantasy; faint shades of LitRPG. **Be warned it has a bit of an (absurd) slice-of-life beginning though the story is being subtly (I hope) worked on and eventually shifts gears (a bit). I planned to say that from the beginning, but I forgot to add it.** I hope that you enjoy it and that I can grow as a writer with your contributions. No Fixed Update Schedule. My inspiration comes in bursts and so will the Chapters. Sorry if that displeases you (I love regular updates too), but I'm afraid that's the best I can do for now. Keep in mind that it is a work in progress and things can eventually change a bit - I'll try to always note the changes. Sorry for the bad cover, it was the best my sorry skills could do! I hope you enjoy it,Mcking
8 85Pushers
Within the span of a few hours, the stability of Delilah's world is shattered. Her father has gone missing, leaving only a cryptic note as an explanation. Desperate to find her dad, she partners with the only people who may be able to provide some answers - the very people her father warned her of, who also happen to have abilities she wouldn't have believed if she hadn't seen them with her own eyes. Now caught up in an age-long, secretive war, and unsure who to trust, Delilah fights to unravel the mysteries surrounding her and discover the truth about her father - and herself.
8 104The Era of Dreams
What if everything you thought you knew flipped upside-down? What would you do? Where would you go? The Era of Dreams is an enticing high-fantasy adventure novel that follows a young teenage girl (Jasmine Verglass) through a journey to find out who she is and what her role is in life. Jasmine is a princess in the country of Tzitanu. When the war that her brothers and father are fighting comes to an end, a tragic event occurs that sends her life into a spiral. She begins an adventure that sends her through hell and back all the while traveling through dangerous territories and remote lands. Jasmine meets many friends and foes alike with the ultimate goal of trying to solve the mystery of who she is.
8 112When hell freezes over
An ancient seal has been broken and a forgotten power returns to the world gradually, upsetting the balance of normality. People used to say "I'll do that when hell freezes over" jokingly, but now that saying holds more weight in a changing world where people have to get used to the unusual. Ancient creatures hidden in the earth stir from their slumber of centuries, and humanity is not prepared for their ancient powers. Can the human race of steel and fire stand against the creatures created by the most ancient of powers? Is the human race pure enough to band together and form a closed fist as they did centuries ago? Find out in this adventure where Jacob starts off on his way on a normal day towards his job. "I get the feeling this story might be one of those 'diamonds in the rough'. The premise is quite solid, there's plenty of room to flesh out the characters. It's quite easy to get into and be engaged by at the moment, imo. I don't know where the story will go from here, but it's off to a good start me thinks." - Xenower Attribution: The cave picture in the book cover is made by Stanislav Sedov and is licensed under CC-BY-SA-2.0 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/2.0/ This picture was modified from the original with an overlaid moon and sea picture to be found at https://www.flickr.com/photos/ssedov/26342569905 The photographer has no affiliation to Tschallacka nor can be held accountable for the use of this picture the way as it is here.
8 164Galduta
What seperates beasts from men isn't the language we speak or any such drivel taught to us in school. It isn't the way we walk or our intelligence that sets us apart. Some would have you believe that it is our ability to think and reason that makes us fundamentally different from the creatures that inhabit the world. That way of thinking, my friends, is entirely wrong. What seperates us from them and them from each other, is simply the skin that we all wear
8 114World Conqueror
Imagine there is a world other then the world we know. Imagine in this world things happen which you wouldn´t understand in our world. Imagine in this world there is no daily danger because the USA and Russia might start a atomic war. And now imagine in this world there exists magic, what would you do? would you go insane and slaughter everybody on your way to power or would you remain silent and start training and in seclusion to get the power you want to slaughter everybody that harassed in that time with your newly gained power? Maybe you want to create a family and life happy until you die and let nobody know that you are a powerful being. In this world a baby is born into a happy and easy life, his family thinks he is a genuis after he gets 3 years old but why and why does he need to leave his family at age of 6? **************************************************************************************** In this story may be gore,sex,slavery and torture ~Dropped~
8 107