《Soul In Seoul》#Part 29 (Mata-mata)
Advertisement
Kurang lebih 30 menit berlalu. Kini Yong Ri An telah menginjakkan kaki di rumah sakit tempat adiknya mendapatkan perawatan. Setiap langkahnya tampak begitu cepat hingga ia sampai di ruangan adiknya dirawat dalam waktu singkat. Tapi ia sangat terkejut ketika tidak mendapati adiknya di ruangan itu. Ia bingung dan sangat khawatir. Apakah terjadi sesuatu padanya? Kenapa tidak ada yang memberikan kabar untuknya? Dimana Yong Ri Sa?
Tanpa ragu ia bertanya kepada dokter yang tengah berjaga di lorong ICU. Ekspresi panik dan cemas begitu jelas nampak di wajah rupawannya.
"Uisa-nim (Dokter), Pasien yang bernama Yong Ri Sa kenapa tidak ada di ruangannya? Apakah dia sudah dipindahkan?" berusaha mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
"Iya. Pasien telah bangun dari komanya. Jadi, sore tadi pasien telah dipindahkan ke ruang perawatan yang lain."
Mendengar itu, akhirnya ia bisa bernafas lega. "Ahh,.. gamsahamnida." Ucapnya dengan senyum penuh kelegaan.
Setelah mendapatkan informasi tempat perawatan adiknya yang baru, Yong Ri An langsung berjalan cepat menuju ruangan yang dimaksud oleh dokter jaga di ICU tersebut. Satu per satu lorong ia lewati hingga ia sampai di sebuah bangsal khusus untuk perawatan lanjutan pasien VVIP. Dengan tergesa-gesa, ia membuka pintu sebuah ruangan dan langsung masuk ke dalamnya. Senyumnya semakin lebar kala melihat adiknya tengah bersandar sambil membaca sebuah buku, meski di hidungnya masih terpasang selang alat bantu pernafasan.
"Hya! Ri Sa-ya,..! kamu benar-benar jago banget membuat jantungku berhenti detak tiba-tiba. Ckckck,.." candanya sambil berjalan ke arah Yong Ri Sa.
Yong Ri Sa justru tertawa pelan bahkan seperti ditahan karena luka di perutnya membuatnya meringis kesakitan sesekali.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Yong Ri An ketika sudah duduk di kursi samping ranjang yang ditempati oleh Yong Ri Sa.
"Aku sudah tak apa-apa. Jangan khawatir!" berusaha menyuguhkan sebuah senyuman meski masih tampak dipaksakan.
"Kapan kamu tak membuatku khawatir? Bahkan ini kali ketigamu koma. Rasanya jantungku benar-benar berhenti ketika mendengar kamu terkena luka tembak dan luka tusukan sekaligus. Ini yang terakhir. Okey?!"
"Ye,.. ye,.. (iya,.. iya,..)" jawabnya dengan setengah hati. "Emmm,.. memangnya saat dapat kabar itu, oppa ada dimana? Kata Kang Jung Tae, oppa bahkan tidak kunjung datang saat dapat kabar aku kritis. Apakah oppa tidak benar-benar khawatir padaku?"
"Bagaimana aku tidak khawatir padamu? Aku langsung kembali ke Seoul pas dapat kabar itu."
"Kembali ke Seoul? Memangnya oppa dimana saat itu?"
"Gangnam. Ada yang harus aku selesaikan disana." Jawabnya singkat.
"Tentang apa?" selidiknya.
"Sudahlah,.. kamu tak usah memikirkan banyak hal dulu. Lagipula masalah itu sudah kuselesaikan. Sekarang istirahatlah! Ini sudah lewat tengah malam. Tak baik untuk pemulihanmu, jika begadang begini." Nasihatnya dan berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Istirahat? Aku sudah terlalu lama istirahat. Bahkan ini adalah rekor baruku. Tidur hampir satu bulan penuh dan baru bangun hari ini. huhhhh,.. Cam,..(tunggu,..) mengenai masalah. Masalah apa yang membuat oppa harus jauh-jauh ke Gangnam? Kenapa sebelumnya tak memberiku kabar?"
Yong Ri An langsung nyengir mendengar pertanyaan adiknya, yang ternyata tak semudah itu dibelokkan olehnya. "Tak bisakah kamu tak sepenasaran itu?"
"Oppa,.. bukankah sudah janji, tidak akan ada rahasia diantara kita." Yong Ri Sa sedikit merajuk.
Menghela nafas. "Ye ye,.. aku ke Gangnam untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut kita dan Hwang Hae Ra. Kakaknya sempat mengancamku akan membuka identitas kita pada orang-orang Indonesia awalnya, makanya waktu itu ingin kuselesaikan secara langsung saja hingga aku memutuskan menemuinya di Gangnam. Kami bicara empat mata disana. Dan berakhir dengan sebuah perjanjian."
Alis Yong Ri Sa langsung terangkat. "Perjanjian apa?"
"Untuk tidak saling membuka rahasia. Yahhh,.. karena Hwang Hae Ra sudah terlanjur membuka rahasia kita sebelumnya, maka dari itu perjanjian itu hanya berlaku selama Hwang Hae Ra tidak membuat masalah lagi dengan kita."
Advertisement
"Lantas, jika Hwang Hae Ra membuat masalah pada kita, itu artinya kakaknya mempersilakan kita membuka rahasia adiknya? Perjanjian macam apa itu? apa kakaknya sebenarnya tidak memihak Hwang Hae Ra?" seringainya.
"Yang kulihat saat bertemu dengannya,.. sepertinya dia menyimpan kemarahan pada Hwang Hae Ra. Bukankah dia akhirnya harus melepas gelar jaksanya di Malaysia gara-gara menutupi kasus Hwang Hae Ra itu? Dan mungkin karena Hwang Hae Ra adalah adiknya, dia masih memberikan kesempatan padanya, sebelum benar-benar akan mengacuhkannya."
"Jika oppa punya adik seperti itu, apakah oppa akan melakukan hal seperti yang dilakukan kakaknya Hwang Hae Ra? Mampu mengacuhkan adiknya." Selidiknya lagi.
"Entahlah. Tergantung seberapa parah kesalahan yang diperbuatnya. Bisa saja, aku akan langsung mengacuhkannya." Ucapnya dengan nada yang tak begitu serius.
"Tapi kenapa oppa tidak mengacuhkanku? Bukankah gara-gara aku, oppa terdampar disini. Hingga harus kehilangan identitas, kehilangan semuanya, merintis dari awal dan bahkan begitu sering hampir kehilangan nyawa. Orang-orang berusaha bermain-main dengan nyawa oppa gara-gara aku. Bukankah itu bahkan lebih parah dari tingkat kehilangan yang dirasakan oleh kakaknya Hwang Hae Ra? Kenapa oppa masih tidak mengacuhkanku?"
Lagi-lagi Yong Ri An harus menghela nafas panjang untuk meladeni rasa penasaran adiknya itu. "Kamu tau kenapa? Karena aku akan jadi kakak terburuk di dunia, jika aku mengacuhkanmu. Dibanding diriku, kamu bahkan kehilangan jauh lebih banyak. Dan selain itu, kamu adalah satu-satunya keluargaku. Kalau terjadi sesuatu padamu, ayah dan ibu di surga sana pasti akan sangat marah padaku."
Mendengar itu, Yong Ri Sa tiba-tiba terdiam sejenak dan menghela nafas berat. "Berbicara tentang ayah dan ibu,.. sebenarnya saat aku koma, mereka masuk ke dalam mimpiku. Mereka menghampiriku. Dan bahkan tidak hanya mereka. Saat itu ada Halmeoni juga yang tiba-tiba muncul di dunia putih yang sangat aneh itu. Tapi itu tidak berlangsung lama. Mereka muncul sangat sebentar, memintaku untuk segera kembali. Dan tak lama kemudian mereka bergantian perlahan menghilang meninggalkanku di dunia putih yang aneh itu." tanpa sadar airmatanya menetes.
"Di tempat yang sama? Di waktu yang sama?" tanya Yong Ri An dengan sangat hati-hati.
Yong Ri Sa hanya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan kakaknya.
Sesaat suasana langsung hening, hingga suara dengkuran Kang Jung Tae yang tengah tidur di sofa ruangan itu terdengar jelas. Mendengar dengkuran itu, Yong Ri An langsung mengarahkan pandangannya ke tempat Kang Jung Tae berbaring. "Ckckckck,.. ini yang sakit siapa, yang tidur siapa." Gerutunya yang masih terdengar di telinga Yong Ri Sa.
"Sepertinya dia benar-benar kelelahan. Setelah latihan basket tadi, dia langsung mengurus kepindahanku ke ruang ini. Mungkin belum sampai 1 jam dia tidur disitu." Belanya.
"Huhhh,.. kadang aku bingung dengan sikap Kang Jung Tae. Dia itu sebenarnya sudah menerima kita sebagai sepupunya atau tidak? Kadang dia seperti membenci kita. Tapi, terkadang dia juga bisa sangat perhatian." Masih mengarahkan pandangannya ke Kang Jung Tae.
"Entahlah. Suka tidak suka,.. dia harus bisa menerima kita sebagai sepupunya. Sekarang hanya kita keluarganya yang tersisa."
Mendengar itu, Yong Ri An langsung tersenyum dan mengarahkan pandangannya ke Yong Ri Sa.
Yong Ri Sa mendehem sebelum berkata lagi, "Oppa,.. selama oppa menggantikanku, tidak terjadi masalah kan? Tidak ada keributan kan disana?"
"Jangan khawatir, semua aman terkendali." Jawabnya singkat.
"Lalu,.. bagaimana dengan eonni? Apa eonni tidak mempermasalahkannya?"
Mendadak wajah Yong Ri An langsung berubah gelisah dengan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Melihat tingkah aneh kakaknya, Yong Ri Sa langsung kembali bertanya, "Oppa,.. tidak terjadi sesuatu dengan hubungan kalian kan?"
Yong Ri An memejamkan matanya sejenak dan menghela nafas panjang untuk mengendalikan hatinya. Bagaimana cara menjelaskannya pada Yong Ri Sa? Yong Ri Sa masih belum mengetahui tentang Heo Yoon Woo yang telah mengetahui rahasia penyebab kematian kedua orang tua Heo Yoon Woo. Selain itu, sebelumnya dia telah mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan Heo Yoon Woo dan masih belum mengetahui rencana yang sedang dijalankan olehnya.
Advertisement
Tak lama berselang, ia kembali membuka matanya dan membasahi tenggorokannya, "Hubungan kami telah berakhir. Itulah keputusan kami. Kamu jangan khawatir, ini memang keputusan yang terbaik untuk kita semua. Dengan begini, kami tak harus merasa menyakiti dan disakiti nantinya, jika keluarga kita saling serang. Untuk mempertahankan sesuatu yang berharga, kita juga harus rela kehilangan yang berharga juga. Bukankah begitu?"
Mendengar penjelasan kakaknya, tanpa sadar mulutnya sedikit terbuka karena efek dari keterkejutannya. "Tapi,.. terus bagaimana cara kita melindungi eonni jika hubungan kalian berakhir? Saat ini eonni masih membenciku, dan sekarang hubungan kalian juga berakhir?"
"Sekarang kamu jangan berfikiran berat dulu. Pulihkan dulu kesehatanmu. Baru setelah itu kita bisa menyusun rencana selanjutnya."
Yong Ri Sa diam sejenak. "Sepertinya aku memang harus segera kembali ke posisiku. Dengan begitu oppa dan eonni tidak harus merelakan hubungan kalian berakhir seperti ini. Biar aku saja yang maju ke perang melawan Heo Joon Wang dan Heo Yong Min."
"Ri Sa-ya,.. kamu jangan memaksakan diri seperti itu. Aku akan membantumu. Aku akan membantumu melawan mereka."
"Apa oppa akan tega melawan eonni? Apa oppa tega menyakitinya? Biar aku saja yang melakukannya. Dengan begitu kalian tidak perlu saling melukai. Cukup aku aja. Ye?" pintanya.
Yong Ri An langsung terdiam mendapati kekeraskepalaan adiknya yang sudah semakin sulit untuk diluluhkan itu. Sehingga suasanya di ruangan tersebut hening seketika.
Dalam keheningan itu tiba-tiba Yong Ri An teringat akan sesuatu. "Ri Sa-ya,.. apakah di ruang direktur ada alat penyadap suara?"
Yong Ri Sa mengernyit, "Kenapa oppa tanya seperti itu? Apa oppa merasa ada keanehan di ruangan itu?"
Yong Ri An terdiam sejenak. Dalam fikirannya, mungkinkah Yong Ri Sa tidak menyadari di ruangan itu ada alat penyadap suara?
"Oppa,.." lirihnya yang langsung membuyarkan lamunan Yong Ri An.
"Kurasa di ruangan itu ada penyadap suara. Apa sebelumnya kamu tak menyadarinya?" tanyanya.
"Di ruangan itu memang ada penyadap suara yang dipasang oleh Heo Yong Min. Aku sudah tau sejak lama. Sepertinya alat itu dipasang sejak 2 bulan aku menggantikan Direktur Han."
"Sudah selama itu? kenapa nggak kamu lepas penyadapnya? Bukankah itu sangat berbahaya jika mereka selalu tau apapun pembicaraan di ruang direktur?"
"Selama ini aku pura-pura tidak tau. Terserah mereka ingin memata-mataiku seperti apa, yang jelas mereka tak akan mudah tau apa rencana yang tengah kususun selama ini. Mereka mungkin bisa menyadap suaraku, tapi tidak akan bisa menyadap otakku." "Emmm,.. oppa tidak mengatakan hal-hal aneh kan selama di ruangan itu?"
"Ya. Tak perlu ada yang harus kamu khawatirkan. Sekarang, kamu istirahat aja. Kamu bisa kembali mengisi posisimu setelah kesehatanmu benar-benar pulih. Okey?"
Mulut Yong Ri Sa hanya diam. Tapi tidak untuk otaknya. Didalam otak jeniusnya itu beradu begitu banyak hal. Mulai dari pertanyaan, analisa keadaan dan juga susunan rencana yang akan ia lakukan selanjutnya.
###
Heo Yoon Woo berjalan keluar lingkungan SMA Dongjo bersamaan dengan teman-temannya yang lain, karena memang jam sekolah dan jam latihan telah usai. Seperti biasa, ia mengenakan tas ransel cokelat yang selalu menemaninya dan masih lengkap dengan seragam SMA Dongjo. Saat baru keluar dari gerbang SMA Dongjo, ia mendengar lengkingan sahabatnya yang juga masih mengenakan seragam SMA Meongsonya.
"Eonni,..!!" suara lantang penuh keceriaan itu muncul dari mulut Yoon Yeom Mi sambil berlari menuju Heo Yoon Woo.
Mendengar suara lengkingan khas sahabatnya itu, ia langsung membalikkan badannya sehingga saat ini ia sudah berhadapan dengan Yoon Yeom Mi dengan senyum tipisnya. "Ada apa? Kenapa kamu lari-larian gitu?" tanyanya.
Yoon Yeom Mi masih berusaha mengatur nafasnya yang masih bertempo sangat cepat itu. "Eonni Eonni,.. Eonni sudah tau belum?" ucapan masih menggantung karena memang nafasnya belum bisa lebih tenang.
Heo Yoon Woo hanya mengernyitkan dahinya karena masih tidak mengerti kenapa sahabatnya bertingkah seperti itu.
"Eonni,.. Yong Ri Sa sudah bangun dari komanya. Kemarin sore dia bangun dan sudah dipindahkan dari ICU. Kita jenguk dia yuk,.." ajaknya.
Mendengar itu, Heo Yoon Woo hanya diam dengan ekspresi yang campur aduk. Sebenarnya sebelumnya dia sudah diberi kabar oleh Yong Ri An bahwa Yong Ri Sa sudah bangun dari masa kritisnya. Dalam hatinya ia ingin sekali mengunjungi sahabat yang telah rela mengorbankan nyawa untuk dirinya. Namun, otaknya terus memohon untuk menahannya, demi kelancaran rencana yang telah mulai ia laksanakan.
Melihat ekspresi dari Heo Yoon Woo, Yoon Yeom Mi merasa cukup kecewa. Apakah Heo Yoon Woo masih membenci Yong Ri Sa? Apakah pengorbanan Yong Ri Sa tak ada artinya bagi Heo Yoon Woo? Dan apakah memang sudah tak ada harapan persahabatan mereka bertiga menjadi satu lagi? Itulah fikiran-fikiran yang bersarang di otak Yoon Yeom Mi saat itu. Ia hanya bisa menghela nafas berat melihat ekspresi Heo Yoon Woo yang tak sedikitpun berubah sumringah kala mendengar ajakannya untuk menjenguk Yong Ri Sa. "Apa eonni masih marah padanya?" tanyanya lemas.
Setelah cukup lama mengunci mulutnya untuk bicara, akhirnya Heo Yoon Woo menghela nafas panjang sebelum mengiyakan ajakan sahabatnya, "Baiklah. Kita kesana." Itulah jawaban singkatnya.
Yoon Yeom Mi langsung melebarkan senyum manisnya dan menggandeng tangan Heo Yoon Woo, kemudian melangkahkan kakinya beranjak dari tempat mereka berdiri sebelumnya.
###
Selama berjalan menuju ruang perawatan Yong Ri Sa, Yoon Yeom Mi terus saja menggandeng tangan Heo Yoon Woo. Seakan ia tak ingin Heo Yoon Woo tiba-tiba mengurungkan niat dan kabur. Dalam hatinya sangat senang, karena masih ada kemungkinan persahabatan mereka bisa kembali seperti dulu. Saat sebelum marga yang melekat pada nama Ri Sa masih 'Lee' dan belum berubah menjadi 'Yong'. Ia sangat berharap bisa berkumpul dan bercanda tawa seperti saat itu.
Ketika mereka berdua sampai di ruang perawatan Yong Ri Sa, mereka berdua melihat Yong Ri Sa sedang tertidur seorang diri di ruangan itu. Senyum tipis sempat tampak dari wajah Heo Yoon Woo ketika mendapati Yong Ri Sa sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Meski saat ini selang oksigen masih menancap di hidungnya, ia sudah nampak jauh lebih baik dari sebelumnya.
Sayangnya, senyum Heo Yoon Woo tidak bertahan lama. Senyum itu tiba-tiba pudar ketika ia merasa ada yang mengikuti dan mengawasinya. Matanya sedikit melirik ke belakang dan melihat ada bayangan dari pintu ruangan tersebut. Sontak itu membuat dirinya langsung meningkatkan kewaspadaan.
"Sudah lihat keadaannya sekarang kan? Sekarang kita pergi aja dari sini. Lagipula dia masih tidur. Nggak bagus juga jika dia dibangunkan." Ajak Heo Yoon Woo pelan pada Yoon Yeom Mi.
"Tunggu sebentar lagi ya,.. kasian dia. Nanti dia sendirian lagi. Tunggu sampai ada orang yang datang menemaninya."
Heo Yoon Woo menghela nafas berat. "Ya sudah kalau begitu. Kamu disini aja. Temani dia. Aku pergi duluan."
Yoon Yeom Mi kembali merasa kecewa atas sikap Heo Yoon Woo yang terlihat masih acuh pada Yong Ri Sa. Mereka belum sampai 10 menit berdiri di ruangan itu. Tapi Heo Yoon Woo sudah berencana untuk pergi.
"Eonni,.. tak bisakah tunggu sebentar saja? Sudah lama kita tidak berkumpul bertiga seperti ini. Apa eonnie tidak merindukan masa-masa kebersamaan kita?"
Meski volume suara Yoon Yeom Mi sangat kecil, tapi itu mampu membuat Yong Ri Sa terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha mengumpulkan kesadarannya. Setelah cukup tersadar, ia mengarahkan pandangannya ke Yoon Yeom Mi dan Heo Yoon Woo yang masih berdiri tak jauh dari tempat ia berbaring.
"Eonni,.. Yeom Mi-ya,.. apa kalian sudah lama disini?" tanya Yong Ri Sa dengan sangat lemah.
Yoon Yeom Mi menyuguhkan sebuah senyuman, tapi Heo Yoon Woo tidak. Ekspresinya cukup dingin seakan acuh pada Yong Ri Sa.
"Belum terlalu lama. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kamu masih lama harus berbaring disini?" tanya Yoon Yeom Mi dengan berjalan mendekat ke Yong Ri Sa.
"Aku sudah tak apa-apa. Beberapa hari lagi mungkin aku sudah boleh pulang." tersenyum.
Sejenak suasana hening. Mendapati keheningan itu, akhirnya Yoon Yeom Mi mengalihkan perhatiannya ke Heo Yoon Woo yang berdiri disampingnya. "Eonni,.. apa eonni akan diam saja? Apa tak ada hal yang ingin eonni katakan padanya?"
Mendengar itu, Heo Yoon Woo menarik nafas panjang dan menghela pelan. Dalam benaknya terus beradu. Apa yang harus ia katakan pada Yong Ri Sa. Dia tak boleh gegabah. Apalagi saat ini ada orang yang tengah mengawasinya. Dan dia masih belum tau siapa yang memata-matainya saat itu. "Apakah kamu memang harus sejauh ini, Yong Ri Sa?" akhirnya pertanyaan itulah yang keluar dari mulut dinginnya.
Perhatian Yong Ri Sa dan Yoon Yeom Mi langsung mengarah pada Heo Yoon Woo. Mereka berdua langsung mengernyit heran.
"Apa maksud eonni?" tanya Yong Ri Sa pelan.
Heo Yoon Woo tertawa dingin. "Kamu fikir aku nggak tau rencanamu, Yong Ri Sa. Kamu dan Direktur Han yang merencanakan penyerangan itu kan? Dan kamu datang seolah-olah jadi pahlawanku, sehingga kemungkinan yang akan tertuduh adalah kakek atau sepupuku. Karena rencana itu sedikit meleset, akhirnya membuat Direktur Han terkena serangan jantung setelah mengetahui cucu kesayangannya kritis dan hampir kehilangan nyawanya."
Deg,... Yong Ri Sa terdiam mendengarnya. Dadanya serasa ada yang menekan, matanya pun juga sudah sangat mendung.
"Eonni,.. bagaimana bisa eonni mengatakan itu? kenapa eonni berfikiran seperti itu? eonni tau jelas seperti apa Yong Ri Sa kan? Dia tak mungkin punya fikiran untuk melakukan hal sekeji itu." Yoon Yeom Mi langsung emosi mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Heo Yoon Woo.
"Apakah kamu yakin, Yoon Yeom Mi? Banyak orang yang telah menganggap dia tak ada bedanya dengan rubah. Penuh dengan tipuan." Sorot matanya sangat tajam yang ia arahkan pada Yoon Yeom Mi dan Yong Ri Sa secara bergantian.
Advertisement
Kingdom Shattered
Harold Schultz is a young substitute teacher making just enough money to pay rent and fuel his gaming hobby. When the highly anticipated upcoming video game Kingdom Shattered announces a raffle to decide invites to private beta testing not only the game, but also the next generation of full immersion gear, he immediately applies and ends up winning a slot to become a beta tester. Leaving his apartment and part-time teaching behind he heads to the game company's headquarters where the entire event will be broadcast live, with each player earning money off of the amount of viewers they are able to obtain while alive. On top of that, the first place player will walk away with a one million dollar grand prize. With his eyes on the giant cash bonus, Harold is determined to do everything he can to make it to the end and walk away with the grand prize. Will he be able to conquer Kingdom Shattered and become its first King? Cover art is temporary and used with permission from the artist Morten Solgaard Pedersen.
8 100Heartseed: The fanged huntress
A World Reborn: The fanged huntress (Bonus Story)Mature! Involves death and violence.Follow Asiu, a huntress of the land of Cles as she comes to terms with the loss of self and her partner. As she flees her homeland in search of a new home to raise her son. As she travels into a distant land and a previously unknown realm; motherhood.
8 157Adopted by Bryce hall :)
A 3 year old girl named Oakley who's old parents abused her got taken to jail so she was in the orphanage for 7 months and then one day......... read and see :)
8 67Another World and I'm still rich?
This is the story about Colin Tyccus, a Pro-Gamer who also has an interest in the Otaku part of Japan... Colin Tyccus is a very rich person due to winning a lot of tournaments with high rewards. Now... He is transported to another world. How will he react to this world?
8 149His painful rejection
Kristen Matthews is a sweet and shy she-wolf who has been through a lot. Losing her parents at a young age and being the packs only punching bag you think that would be enough. She dreams about finding her mate. A mate who will protect her and save her from her horrible pack.But sadly what she expect doesn't turn out to be what she want. The day of her 16 birthday the mandatory year that a wolf shifts and finds their mate she becomes excited and full of hope but her hope soon vanishes when she finds out that her mate is none other than...Roy Weston soon to be alpha of the Blood moon pack.Always being beaten up is one thing but being rejected is another pain one that you can't help but try to forget. Being rejected pushes her to her limit. Without taking a single glance back to her horrible pack house she disappears into the forest in hope for a new life a new beginning.She doesn't know what will happen next or what she will do the only thing she knows is that she is finally free.*Go check out my new book* I'm not your possession Please and thank you
8 256Possessive Monster || KNJ
"If you want him to not rape you again or hurt you, be a good girl and do as he says." That is what you have to remember to not get hurt and survive while being with him.The thing is, will you survive?~~~Namjoon × readerMost Impressive Ranking/s#2 btsfanficDate started: Jan. 6, 2017Date completed: Jan. 18, 2017
8 176