《Soul In Seoul》#Part 28 (Sang Pengganti)
Advertisement
Kang Jung Tae terus memandang foto Han Seo Jin yang terpajang di samping peti jenazahnya. Tak sedetikpun pandangannya beralih dari benda tersebut. Matanya sudah terlihat sangat sembab akibat airmatanya yang menetes deras sebelumnya, dan selama berjam-jam ia berdiri mematung di dekat dinding cokelat muda itu. Di sampingnya juga berdiri seorang Yong Ri An yang sesekali sedikit membungkukkan badannya ketika ada orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada Han Seo Jin.
Yong Ri An masih belum bisa mempercayai kenyataan nenek angkatnya pergi begitu cepat dan bahkan di saat itu sang penerus masih koma. Dalam fikirannya masih terus beradu, apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Apakah dia yang harus melanjutkan perjuangan direktur Han dan Yong Ri Sa? Jika tanggung jawab selanjutnya diserahkan pada Kang Jung Tae, apakah dia akan dapat mengatasi lawan-lawan yang ditinggalkan oleh neneknya dan tak akan menghancurkan jerih payah Yong Ri Sa?
Tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada dua sosok pria yang langsung membuat hatinya memanas. Kedua orang itu datang dengan raut wajah yang menyiratkan kemenangan besar. Pria yang sudah memiliki uban di kepalanya itu berjalan didepan pria muda yang tak tak lain adalah cucunya. Mereka berdua memasuki ruangan dimana jenazah Han Seo Jin berada. Setelah mereka memberikan penghormatan terakhir pada jenazah Han Seo Jin, mereka menghampiri Yong Ri An dan Kang Jung Tae.
"Aku turut berduka atas meninggalnya nenek kalian. Dan terlebih lagi orang yang digadang-gadang sebagai penerusnya justru masih koma. Aku harap kalian tetap kuat menerimanya." Ucap pria beruban itu yang tak lain adalah Heo Joon Wang dengan sangat tenang.
Tanpa memandang wajah Heo Joon Wang, Yong Ri An mengeluarkan kalimat sindiran, "Apa anda datang kesini hanya untuk memastikan ancaman terbesar anda benar-benar telah berkurang?" setelah mengatakan itu, ia menyuguhkan tatapan tajam pada mata kakek tua itu. Seakan ingin menumpahkan kemarahan atas tragedi yang baru saja terjadi pada orang-orang yang disayanginya.
Mendengar sindiran dari seorang remaja, Heo Joon Wang justru tertawa pelan. "Berani juga kamu. Nampaknya aku melihat rubah lain muncul disini." Masih dengan ketenangannya. "Sepertinya kamu harus lebih hati-hati Kang Jung Tae,.." mengarahkan pandangannya ke Kang Jung Tae yang juga menatap tajam matanya. "Ada dua rubah di sekelilingmu." Lanjutnya sebelum membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menjauhi dua remaja itu.
Kang Jung Tae menggeratakkan giginya, "Ya. Dua rubah yang akan membantuku untuk menghancurkanmu. Heo Joon Wang!" Tegasnya yang masih dapat didengar oleh dua pria itu.
Ketika dua pria bermarga 'Heo' itu sudah tak terlihat lagi, Yong Ri An kembali bersuara, "Apa kamu benar-benar mempercayaiku dan Yong Ri Sa?"
"Entahlah. Apakah ada rubah yang dapat dipercaya?" itulah jawaban singkat bernada dingin yang dikeluarkan oleh Kang Jung Tae sebelum suasana kembali hening.
###
Tawa menggelegar di dalam ruang CEO Cessa Hotel. Tawa khas sang CEO itu terdengar jelas dari luar ruangan. Saat itu ia masih bersama cucu laki-lakinya. Heo Joon Wang berdiri di dekat jendela kaca yang mengarah ke pemandangan luar gedung sambil membawa sebuah gelas anggur yang telah kosong.
"Hahahahaha,.. hari ini langit sungguh sangat cerah. Benar-benar saaaaangat cerah. Tak kusangka keberuntungan mengarah padaku. Han Seo Jin mati dan Yong Ri Sa,.. hahaha segera menyusulnya." Ucap Heo Joon Wang penuh dengan tawa kemenangan.
"Harabeoji,.. bukankah secepatnya harus ada rapat pemegang saham? Tak mungkin kan posisi direktur pusat kosong seperti ini?" tanya Heo Yong Min yang juga berdiri didekat jendela.
Heo Joon Wang diam sejenak.
"Kita tak perlu buru-buru. Masih ada hal lain yang harus dilakukan untuk benar-benar memukul mundur keluarga Yong dari Cessa Hotel." Sangat tenang.
"Apa maksud Harabeoji?"
"Kita harus lihat dulu apa yang akan mereka lakukan. Siapa kira-kira yang akan maju berperang selanjutnya, baru setelah itu kita akan lebih mudah menyerangnya. Sekarang di keluarga itu hanya tersisa dua anak kecil. Itu merupakan keuntungan untuk kita." Senyumnya semakin lebar.
Advertisement
###
Kurang lebih satu minggu setelah kematian Han Seo Jin yang sangat mengejutkan, kembali terjadi keributan di Cessa Hotel. Sebagian besar karyawan hotel itu kembali riuh dengan topik terhangat menyangkut kelanjutan kepemimpinan pusat Cessa Hotel. Mereka sangat antusias menunggu kehadiran sosok yang akan menjadi pengganti sementara ketika Yong Ri Sa koma.
"Hya hya hya,.. apa benar pengganti sementara direktur Yong hari ini akan datang?" tanya salah satu wanita muda yang merupakan karyawan manajemen Cessa Hotel, pada teman-teman seruangannya.
"Ya seperti itulah kabar yang beredar. Bukankah itu bagus? jadi posisi direktur utama pusat Cessa Hotel tidak kosong terlalu lama." Jawab salah satu karyawan lain yang sibuk dengan komputernya.
"Tapi siapa kira-kira penggantinya? Aku harap dia seluarbiasa direktur Yong. Yah,.. meskipun direktur Yong jauh lebih muda dari kita, beliau benar-benar luar biasa kepemimpinannya setahun belakangan ini. Sungguh memiliki pengaruh yang sangat besar. Aku harap ini tidak akan lama. Aku benar-benar berharap direktur Yong segera kembali." puji karyawan lain.
"Si atlit basket dan si atlit lompat tinggi. Kalau kalian suruh milih, kalian pilih mana?" ucap karyawan yang sedari tadi sibuk dengan komputer di depannya.
"Apa maksudmu? Jangan bilang kedua kandidat pengganti sementara direktur Yong adalah seorang atlit." Wanita muda yang pertama mengeluarkan suara sebelumnya masih belum dapat menerima pengganti direktur yang sangat dihormatinya itu adalah seorang atlit.
"Dan mereka berdua juga masih seorang siswa. Di tingkat yang sama dengan direktur Yong. Bahkan mereka berdua berada di kelas yang sama dan,.. sebelumnya mereka pernah selisih paham."
"Apa mungkin mereka bersekolah di SMA Dongjo?"
"Itulah faktanya. 1 SMA Meongso, 2 SMA Dongjo. Yang dari SMA Meongso masih koma, itu berarti sisanya dari SMA Dongjo."
Semua orang di ruang itu langsung diam dan menelan ludah ketika mendengar kandidat pengganti direkturnya adalah seorang atlit di SMA Dongjo.
"Wahhhhh,... anak SMA lagi? Apa kita bisa percaya padanya? Apa dia bisa menggantikan direktur Yong?"
###
Sekertaris Park keluar dari mobil dengan cepat. Kemudian dia langsung membukakan pintu belakang mobil yang ia kemudikan sebelumnya. Setelah pintu mobil itu dibukanya, ia langsung membungkukkan badan tanda ia menghormati orang yang akan keluar dari mobil itu. Dan tanpa menunggu lama, nampak kaki seorang pria yang mengenakan sepatu hitam mengkilap muncul dari mobil. Beberapa detik kemudian telah keluar seorang pria yang langsung mengancingkan jas abu-abu yang ia kenakan dengan aura penuh wibawa. Sorot matanya menyiratkan sebuah keyakinan besar untuk melanjutkan perjuangan orang-orang yang telah memberinya kepercayaan. Meski ia harus rela kehilangan banyak waktu dan kesempatan untuk berlatih olahraga yang sangat dia sukai hingga ia mampu dikenal begitu banyak orang di negara baru baginya. Ya, dia adalah Yong Ri An.
Setelah prosesi penghormatan terakhir jenazah Han Seo Jin, ada 2 pria berusia 40an datang menghampiri Kang Jung Tae dan Yong Ri An yang masih mengenakan setelan pakaian duka. Mereka berdua langsung membungkukkan badannya ketika baru sampai di hadapan Kang Jung Tae dan Yong Ri An.
"Kami turut berduka atas meninggalnya direktur Han. Maaf, kami baru bisa datang sekarang."
"Tak apa-apa, pengacara Do. Terima kasih telah menyempatkan diri untuk datang kesini di tengah kesibukan anda." Ucap Yong Ri An.
"Sebenarnya kami datang kemari, juga ingin menyampaikan sebuah pesan yang sebelumnya diberikan oleh direktur Han untuk kalian berdua apabila terjadi sesuatu padanya." Jelas pengacara Do.
"Untuk kami berdua? Pesan apa?" tanya Kang Jung Tae.
Pengacara Do langsung memberikan isyarat pada pria yang berdiri di belakangnya untuk memberikan sebuah amplop warna merah dari tas yang dibawakan oleh pria itu, dan menyerahkannya pada Kang Jung Tae.
Cepat-cepat Kang Jung Tae membuka amplop yang baru diterimanya yang berisi sebuah kertas putih. Ia langsung membaca tulisan yang tertera di dalam kertas itu yang tak lain adalah tulisan tangan dari Han Seo Jin.
Advertisement
'hanya itulah tulisan yang tertera di kertas putih itu.
"Lakukan sesuai kamar kalian? Apa maksudnya?" ucap Kang Jung Tae yang bingung dengan maksud neneknya dalam surat tersebut.
"Apa ini berhubungan dengan kedudukan direktur Han?" gumam Yong Ri An.
"Tapi ini sesuai kamar? Apa maksudnya? Urutan penempatannya? Urutan dari tangga atau dari,.." dumel Kang Jung Tae yang masih mampu terdengar di telinga pengacara Do.
"Apakah kamar kalian memiliki warna yang berbeda?" tanya sekertaris Do.
Kang Jung Tae dan Yong Ri An terdiam sambil menelaah sesuatu.
"Sudah lama direktur Han membedakan suatu hal dengan warna yang berbeda-beda. Apakah warna kamar kalian memiliki warna mayoritas yang berbeda?" tanya pengacara Do kembali.
"Ne, bajja. (ya, benar). Kamarku berwarna cokelat hampir seperti warna perunggu."
"Kamarku diberi nama silver room karena mayoritas warna perak, sedangkan kamar Yong Ri Sa adalah golden room karena warnanya mayoritas warna emas. Jadi itu artinya, dari awal direktur Han telah mempersiapkan urutan sebagai penggantinya sesuai dengan warna kamar kami. Karena dia menempati golden room, itu artinya dia yang pertama dapat tanggung jawab menggantikan posisi direktur Han. Dan itu telah dilaluinya selama ini. Apakah seperti itu, artinya?" ucap Yong Ri An dengan fikiran kosong tanpa memandang lawan bicaranya. Pandangannya mengarah ke lantai karena masih cukup bingung.
"Nampaknya memang seperti itu. Orang pertama yang jadi penerusnya adalah orang yang menempati golden room, selanjutnya silver room dan yang terakhir adalah Bronze room." Ungkap pengacara Do.
Mendengar itu, tangan Kang Jung Tae tiba-tiba mengepal. Ia merasa tidak terima haknya sebagai cucu kandung satu-satunya di keluarga Yong diambil oleh sepupu angkatnya. "Tapi sayangnya,.. saat ini Yong Ri Sa masih koma. Apa itu artinya orang yang maju selanjutnya adalah Yong Ri An yang menempati silver room?" ucapnya dengan nada yang sangat dingin.
Yong Ri An menarik nafas panjang sebelum mengeluarkan kata-kata, "Aku tau apa yang kamu fikirkan saat ini. Kamu pasti merasa hakmu telah benar-benar direbut kan?" dengan mengarahkan matanya ke Kang Jung Tae.
Kang Jung Tae langsung tersentak dan membalas tatapan Yong Ri An dengan tatapan yang sangat tajam.
"Apapun yang kamu fikirkan, itu terserah kamu bagaimana menanggapinya. Tapi, satu hal yang harus kamu tau adalah urutan ini bukan urutan siapa yang memiliki hak yang lebih besar. Melainkan urutan siapa yang harus menanggung beban serangan yang lebih awal. Dengan kata lain, orang yang jadi tumbal pertama adalah adikku, Yong Ri Sa. Dan kamu telah melihat keadaannya sekarang kan? Itulah yang harus dihadapi ketika mendapatkan tanggung jawab ini. Nenekmu bukan menyerahkan hakmu pada kami. Nenekmu ingin menyerahkannya padamu dengan aman, tanpa kamu harus menghadapi orang-orang yang berusaha menyerangmu. Itulah arti pesan ini. Kamu mengerti sekarang?" lanjut Yong Ri An yang terbawa emosi karena merasakan ketidakadilan yang dirasakan oleh adiknya selama ini.
Kang Jung Tae menyeringai. "Apakah benar seperti itu? Apakah ada rubah yang bisa dipercaya? Bisa aja kan, kalian mengkhianatiku sebelum aku menerima hak-hakku." Tersulut emosi.
"Tunggu sebentar. Untuk pembagian hak warisan yang disiapkan oleh direktur Han, akan saya bacakan setelah Yong Ri Sa bangun dari komanya. Karena namanya juga tertera dalam surat wasiat itu. Sementara menunggu dia bangun, kalian lakukan saja seperti pesan dalam surat yang baru kalian baca sebelumnya itu." pengacara Do mencoba menengahi perdebatan Kang Jung Tae dan Yong Ri An.
Alis Kang Jung Tae langsung terangkat mendengar kata-kata yang diucapkan pengacara pribadi neneknya itu. "Apa Halmeoni menyiapkan surat wasiat yang lain? Jadi, surat yang tadi,.." emosi Kang Jung Tae sedikit mereda.
"Surat yang tadi kalian terima itu adalah surat yang harus diserahkan pada kalian jika terjadi sesuatu pada direktur Han dan disaat yang bersamaan keadaan Yong Ri Sa tidak memungkinkan untuk menjalani aktivitas biasanya. Seperti yang terjadi saat ini. Jika Yong Ri Sa tidak koma, surat tadi tak perlu saya serahkan pada kalian. Dan saya bisa langsung menyampaikan surat wasiat yang ditinggalkan oleh direktur Han. Itulah pesan yang disampaikan direktur Han pada saya tiga bulan yang lalu." Jelasnya.
"Jadi begitu rupanya. Dan untuk sementara Yong Ri An yang harus membackup segala tanggung jawab yang biasa dijalani oleh Yong Ri Sa. Sesuai dengan urutan warna kamarnya. Aku mengerti sekarang." Ucap Kang Jung Tae pelan tapi masih terdengar ada nada tak suka di ucapannya itu.
Yong Ri An berjalan menuju ruang kerja yang biasa dipakai oleh nenek angkatnya dan telah diserahkan kepada adik kesayangannya. Sepanjang jalan ia menuju ruangan tersebut, semua mata tertuju padanya. Tidak sedikit dari mereka yang memuji sosok Yong Ri An yang terlihat sangat cocok dengan setelah jas warna abu-abu yang ia kenakan dipadukan dengan wajah rupawan serta postur tubuh atletisnya. Lebih tepatnya mereka terpesona dengan pemandangan yang baru saja lewat didepan mereka. Pemandangan dua pemuda tampan berjalan beriringan, seperti idol group yang tengah naik daun.
"Wahhh,... kalau setiap hari ada pemandangan seperti ini, sudah pasti tak ada karyawan yang ingin cepat pulang. Kakak direktur Yong bersama sekertaris Park benar-benar wahhhh,..." histeria seorang karyawan wanita muda yang tengah berdiri tak jauh dari lift yang akan dinaiki oleh Yong Ri An dan sekertaris Park.
"Kakak dari direktur Yong memang sungguh tampan. Ditambah lagi postur atletisnya. Ahhh,.. nggak kebayang gimana bentuk roti sobeknya." Timpal wanita lain yang ada disebelahnya.
"Eh eh,.. kalian sudah dengar tidak? meski seorang atlit, IQ kakak direktur Yong itu hampir setara dengan IQ dari direktur Yong." Bisik wanita yang lain.
Kedua wanita yang disampingnya itu langsung mengangkat alisnya, karena memang mereka belum mengetahui tentang info tersebut. "Benarkah? Berapa IQ-nya?" tanya mereka yang hampir bersamaan.
"186. Hanya sedikit lebih rendah dari adiknya. Tapi tetap saja itu sangat luar biasa, ada orang yang memiliki IQ setinggi itu."
"Wahhhh,.. jadi kedua bersaudara itu benar-benar sama-sama jenius? Daebak. Pantas saja mendiang direktur Han berani mengangkat mereka jadi cucunya dan bahkan mempercayai mereka untuk menggantikannya. Kalau melihat dari tingkat IQ-nya itu, bukan tidak mungkin keadaan manajemen tidak terpengaruh goncangan selama direktur Yong masih koma."
###
Sementara itu di dalam lift, sekertaris Park melihat ekspresi cukup aneh dari Yong Ri An yang berdiri disampingnya. Saat itu Yong Ri An terus menatap pintu lift yang masih tertutup dan sesekali pandangannya beralih ke angka yang muncul di samping pintu itu yang perlahan berubah ke angka-angka berikutnya sesuai dengan lantai berapa mereka berada saat itu.
"Sajangnim, gwaenchasimnikka? (Pak, apakah anda baik-baik saja?)" selidiknya.
"Ne. Gwaenchanh-ayo" jawabnya singkat namun getar suaranya terdengar seperti orang yang sedang gugup. "Emmm,.. jika kita sedang berdua seperti ini, panggil saja dengan nama. Aku tak ingin ada jarak dengan orang-orang yang melayani adikku." Pintanya.
"Ye?" spontannya yang cukup terkejut dengan sikap atasan barunya itu. Bagaimana bisa permintaan orang itu sama seperti permintaan adiknya dulu? Sepertinya memang kedua kakak beradik itu sangat dekat. Banyak sikap dan perilaku mereka yang tak jauh berbeda. Dalam hati, sekertaris Park merasa beruntung bisa melayani dua orang yang hangat seperti kedua kakak beradik itu. Meski di situasi lain mereka berdua akan benar-benar berubah sangat dingin dan mengerikan. Hingga orang-orang bisa langsung bergidik ngeri ketika melihat ekspresi kemarahannya. "Eeeeem,... Maaf sebelumnya. Apakah anda merasa gugup? Dari tadi saya perhatikan anda tidak terlihat seperti biasanya."
Mendengar pertanyaan itu, Yong Ri An langsung menolehkan kepalanya ke sekertaris Park dan tersenyum. "Ternyata anda benar-benar memiliki rasa peka yang tinggi. Sejujurnya saya memang merasa gugup. Apakah saya bisa bertindak seperti dia? Dia memiliki keberanian yang sangat besar. Sedangkan saya,.. saya sering lebih memilih untuk menahan diri."
"Adik anda memang sangat pemberani dan sangat aktif. Tapi adakalanya menahan diri itu akan jauh lebih baik. Karena menahan diri itu juga sebuah keberanian, keberanian untuk tidak menambah masalah dan musuh. Emmm saya tidak mengatakan bahwa adik anda salah telah memiliki keberanian yang sangat besar. Tapi adakalanya memang harus ada yang mengimbanginya seperti anda, yang lebih memilih menahan diri." Komentarnya.
"Ya, anda benar. Setidaknya saya masih tetap harus bisa menahan diri agar tidak menambah musuh dan beban untuknya. Akan lebih baik jika hal itu bisa mengurangi beban-beban yang dirasakannya selama ini."
Sekertaris Park hanya tersenyum mendengar sedikit curhatan atasan barunya, dan ia membatin. "Pantas saja selama ini musuh-musuh direktur Yong menggunakan kakaknya untuk melemahkan keberaniannya. Mereka berdua memang sangat dekat. Mereka juga berusaha saling melindungi. Terkadang memang hubungan yang terlalu dekat jadi sebuah kelemahan yang cukup besar. Itulah yang kuperhatikan dari kedua bersaudara ini."
###
Yong Ri An tengah duduk di ruang kebesaran milik adiknya. Ia tengah sibuk dengan tugas barunya sebagai pengganti sementara adiknya selama koma. Sesekali tangannya beralih dari map-map di meja itu ke ujung kedua alis dan memijatnya. Nampaknya pekerjaan barunya memang benar-benar melelahkan. Ini baru 2 minggu sejak ia resmi menggantikan adiknya selama koma. Ia merasa semakin kasihan pada adiknya yang melakoni kegiatan melelahkan ini setiap hari di usianya yang bisa dibilang, seharusnya masih fokus dalam kegiatan sekolah dan bermainnya.
Di tengah-tengah kegiatan itu, tiba-tiba telepon yang ada di meja kerja itu berbunyi. Cepat-cepat ia memencet sebuah tombol untuk menerima panggilan itu. "Ada apa, sekertaris Park?"
"Ada yang ingin bertemu dengan anda. Apa dia boleh masuk?"
"Siapa?" tanya Yong Ri An dan tiba-tiba ia tersentak ketika mendengar suara pintu itu dibuka seseorang, bahkan sebelum sekertaris Park memberitahukan siapa yang ingin bertemu dengannya.
"Apakah aku tidak boleh bertemu denganmu, direktur baru?" ucap orang yang baru masuk itu dengan tatapan cukup dingin.
Melihat orang itu sudah berdiri didepannya, Yong Ri An hanya bisa terdiam dalam keterkejutannya.
"Apakah kamu menikmati kegiatan barumu ini? hingga telah mampu melupakan lompat tinggi dan kekasihmu?" ucapnya lagi dengan nada yang masih cukup dingin.
"Yoon Woo-ya,.. apa yang kamu lakukan disini?" berdiri dari tempat duduknya. Ia masih terkejut melihat kekasihnya berdiri di tempat itu dengan masih menggunakan seragam SMA Dongjo.
Advertisement
A Castle in a Teacup
One might say that to anger forces beyond the ken of fragile breakable mortals is a bad idea, others might say that meddling in dark forces with little chance of gain is also a bad idea, they would both be right by on all counts but they forget to mention also how incredibly stupid combining both of those things are. Stupid people don’t last so long on the mystic side of things, normal folks who wander over to the other side have a tendency to do one of two things, either A. figure out that the best thing to do is keep their head down and not draw attention from any entity that refers to humanity as “you mortals” , or B. something horrifying happens to them. As you may have guessed I fell into the second category, mostly because I thought there was a third option. See I though there must be an option C, an option where I got to end up not as some shitty back ally wizard cowering at the chance of discovery, praying that one of my wards or spells wouldn’t be noticed by something that goes bump in the night. No I would be the one who rose above all that. I would never have to be afraid. Well I made a good attempt at it that’s for damn sure, but unfortunately for me it turns out there is not an option C. At least not for me…
8 92Godfather World
In a world ruled by criminals, civilians live a shit life. A cook gets shot to death for saving a man's life and gets an audience with God. “Civilians are humans too!” he complained. As compensation, God shoved him into the body of Zen Taro - the Taro Family’s useless third young master. Given the ability to learn at hyperspeed, Zen has to find a way to survive this crazy deathtrap of an academy. Armed with only his superior gaming, civilian common sense and cooking skills, watch him survive the crazy VR battle royale in true Zen Fashion. Advanced chapters on Patreon!
8 171Cyber Mage
Veiss is the heir to a cult hacker group despite not being a believer himself. He eagerly awaits the day he can take his rightful place on the throne. (Perhaps too eagerly to wait.) What seemed like another simple undercover assignment to root out dirty cops, takes Grieselda into the darkest pits of Gau City's corruption. Ray Dawn leads his cybercrime unit on a relentless chase against a notorious hacker but his motives for catching the outlaw aren't as pure as he would have his colleagues believe. The Collective are a simple entity. They want freedom. They want vengeance. And they'll risk any amount of their members for just one of them to attain their goals because they are many in one and one in many. Follow our "heroes" as their lives intertwine and they clash as each pursues their own goals. But most of all, observe how each perceives their dystopian world within their own biases.
8 62Tear a Path
The world is changing, ushering an era of both boundless beauty and unspeakable monstrosities. Wang Zhao Hui, a man singled out by the great cataclysm forges a road towards the things that were taken away from him as the trapper with a broken system. (as in it doesn't work.)
8 194Majestic Fiend
There are many creatures and monsters inhabiting this magical world. Nanza-cats, gremlins, dwarves and so on, they come in a wide variety. Some are big and strong while some are quick and agile. Some possess intellect to match or surpass human level and some live for hundreds of years Yet, at the peak of creation throned the humans, disdainfully looking down on the rest of the world. During a night chase, the animal Ssyba is poisoned, assaulted from the cover of darkness and left dying in the streets. But as consciousness streams from the head wound, she is met with a destiny that she can't deny. With meticulous methods and great ambition, Ssyba will stop at nothing to achieve her own ends and overcome the many enemies along the true path to heaven.
8 187One More Time
Ranked 1 in #asian on 09.05.2020 1 in #forced marriage on 29.06.2020 1 in #hope on 20.2.2020 1 in #Kolkata on 24.10.2019 1 in #second marriage on 16.10.2019 1 in #bengali on 25.10.2019 1 in #marriageproblems on 15.10.2019 1 in #positive on 14.1.2020 1in #patience on 15.1.2020 1 in #onesidedlove on 20.2.20Koustav Mallik,27, lost his wife and unborn child in a road accident 3 years ago.Ria Basu,21, a student....she had a crush on Koustav...but her dreams were shuttered after koustav's wedding...After 3 years, Ria and Koustav are married .....Checkout this book to see Ria and Koustav's journey together.
8 91