《Soul In Seoul》#Part 25 (Ancaman)
Advertisement
Pagi itu Yong Ri An sangat sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa untuk keluar kota. Yong Ri An sudah mulai aktif kembali di dunia lompat tinggi setelah cedera parah pada pinggang dan kakinya yang diakibatkan oleh pengeroyokan geng Kang Jung Tae beberapa bulan yang lalu. Selama berbulan-bulan ia rajin mengikuti proses pemulihan dan berbulan-bulan juga dia harus absen dari seluruh kejuaraan lompat tinggi. Dan kejuaraan lompat tinggi tingkat Korea Selatan yang diadakan di Daegu ini adalah comebacknya di dunia lompat tinggi. Senyum terus merekah dari wajah rupawannya. Sebuah senyuman yang menandakan dia sangat bahagia menyambut kembalinya dirinya di cabang olahraga kesukaannya itu.
"Oppa,.." panggil Yong Ri Sa yang baru memasuki Silver Room. Saat itu ia sudah lengkap dengan seragam SMA Meongsonya.
Yong Ri An hanya menolehkan kepalanya ke arah adiknya sejenak dan menyuguhkan senyuman yang semakin lebar, kemudian kembali fokus dengan kegiatan sebelumnya. Tangannya masih tak berhenti dengan kesibukannya memasukkan barang-barang bawaannya.
Yong Ri Sa duduk di tempat tidur Yong Ri An, berhadapan dengan kakaknya, "Sudah siap comeback?" tanyanya dengan nada bahagia.
"Seperti yang kamu lihat. Aku sudah siap mengukirkan prestasi lagi. Jadi kamu tak perlu mengkhawatirkanku lagi. Okey?"
Yong Ri Sa menganggukan kepalanya tanda mengiyakan. "Untuk awal comeback ini, tak masalah jika Oppa tak juara. Tetap sportif, okey?" mengacungkan ibu jarinya dan mengedipkan sekali mata kirinya.
"Oppa akan melakukan yang terbaik. Oppa ingin mengurangi beban yang ada di pundakmu selama ini."
"Jika belum sanggup, tak perlu dipaksakan. Dengan melihat Oppa sudah kembali ke dunia lompat tinggi saja, itu sudah meringankan beban dan rasa bersalahku pada Oppa." Yakinnya. "Emmm Oppa akan berapa hari di Daegu?" tanyanya.
"Mungkin 1 minggu. Paling lama." Jawabnya singkat sambil mereslestingkan tas yang sedari tadi di hadapannya. "Kapan kamu akan ke Gangnam?" tanyanya.
"Besok pagi-pagi aku akan berangkat. Kuusahakan urusan disana bisa selesai paling lama 3 hari. Aku nggak mau terlalu lama meninggalkan sekolahku." Jelasnya. Ya, proyek pembangunan cabang Cessa Hotel di Gangnam yang dipercayakan padanya benar-benar semakin menyita waktu istirahat dan belajarnya. Karena Yong Ri Sa adalah tipe orang yang tak akan setengah-setengah mengerjakan sesuatu, ia pun harus siap kehilangan banyak waktu dan tenaga untuk menjalaninya.
"Dengan siapa kamu kesana?" tanya kakaknya.
"Hanya berdua dengan sekretaris Park. Wae-yo?"
Yong Ri An menggelengkan kepalanya tanda tak ada komentar mengenai itu. "Satu pesanku. Jaga dirimu baik-baik. Okey? Usahakan tetap makan teratur dan jangan lupa istirahat. Kuperhatikan akhir-akhir ini kamu seperti tak pernah tidur. Itu membuatku semakin khawatir."
"Siapa bilang aku tak pernah tidur, aku tidur kok. 1 jam sehari itu sudah cukup. Hehehe.." jawabnya seraya bercanda pada kakaknya.
"ck. 1 jam itu sangat kurang. Bagaimana aku tak khawatir jika seperti ini? Kamu terlalu memforsir tenagamu. Aku nggak mau kamu malah sakit. Dan nanti malah bisa mengganggu aktivitas sekolah dan tugasmu di Cessa Hotel. Apa kamu ingin membuatku terus mengkhawatirkanmu?" Nasihatnya.
"Geogjeongma,.. (Jangan khawatir). Di perjalanan nanti kan aku bisa tidur. Jadi ada waktu istirahat tambahan." Menyuguhkan senyum manisnya, berharap dapat mengurangi rasa khawatir kakaknya itu.
Yong Ri An hanya bisa menghela nafas mendengar kata-kata yang keluar dari mulut adiknya. Dalam hatinya masih penuh dengan kekhawatiran pada adik kesayangannya itu.
Selama 3 hari penuh Yong Ri Sa disibukkan dengan aktivitas dalam proyek pembangunan cabang Cessa Hotel di Gangnam, kemanapun ia pergi selalu ditemani sekretaris Park. Ya, pria 26 tahun itu selalu setia meladeni segala sesuatu yang diminta atasannya itu. Kelincahan dan keaktifan Direktur muda tersebut sempat membuat pria itu cukup kualahan. Bagaimana tidak? Disaat banyak orang sudah istirahat, ia masih terus bekerja. Dan ketika orang-orang belum bangun, dia sudah kembali sibuk dengan kerjaannya. Direktur muda itu seakan manekin yang terus bekerja 24 jam nonstop. Pagi memeriksa kemajuan proyek, siang hingga malam bertemu dengan banyak klien di berbagai tempat.
Advertisement
Di siang yang sudah menjelang sore itu Yong Ri Sa bersama Sekertaris Park sudah berada di perjalanan kembali ke Seoul. Saat perjalanan, adalah saat Yong Ri Sa untuk mengistirahatkan raganya. Sehingga selama perjalanan dari Gangnam ke Seoul tak ada suara obrolan dari mulut kedua orang itu. Sekertaris Park terus fokus dengan kemudinya sedangkan sang Direktur fokus menyambut mimpi tidurnya. Satu-satunya suara yang terdengar dalam mobil itu adalah lantunan lagu-lagu di radio mobil. Sesekali sekretaris Park mengarahkan pandangannya pada sang Direktur yang sudah terlelap dan setiap kali melihatnya ia hanya bisa menghela nafas berat. Ia seakan bisa merasakan betapa lelahnya orang yang disampingnya itu.
Ketika hari sudah hampir malam, mereka berdua sudah kembali menginjakkan kaki di pusat Cessa Hotel. Tangan kanan Yong Ri Sa tidak henti-hentinya memijat keningnya yang terasa berat. Bahkan ketika baru keluar dari lift lantai 20 pun ia masih terus memijat keningnya.
"Sekretaris Park, mungkin anda sangat lelah. Jadi anda bisa pulang lebih awal hari ini." ucapnya pada sekretaris Park yang berjalan di belakangnya. "Ahhh,.. mungkin sebelum pergi, tolong bawakan kopi ke ruangan saya." Pintanya.
"Apa hari ini anda akan lembur lagi?" tanyanya.
"Sepertinya, begitu." singkatnya.
"Sajang-nim,.. saat ini Direktur Heo telah menunggu di ruang anda." Ucap Sekretaris Jung yang awalnya duduk di balik mejanya dan langsung berdiri ketika menyadari Direkturnya sudah datang dari luar kota.
"Direktur Heo Yong Min?" tanyanya pelan.
Sekretaris Jung hanya mengangguk cepat tanda mengiyakan.
"Sudah berapa lama dia menunggu?"
"Sekitar 15 menit."
Mendengar itu wajah Yong Ri Sa langsung berubah lebih tegas dengan penuh wibawa. Ia bergegas masuk ke ruangannya dan melihat Heo Yong Min dengan santainya duduk di kursi kebesaran Direktur pusat Cessa Hotel. Hatinya terasa cukup panas kala melihat pemandangan itu. Kakinya berhenti beberapa langkah di depan meja kerjanya.
"Itu bukan kursi anda. Beraninya anda duduk disitu. Apa anda buta?" ungkap Yong Ri Sa dengan sangat tenang.
"Wah wah wahhh,.. jadi kamu masih berani mengangkat kepalamu? Sebentar lagi kursi ini bukan lagi kursimu. Mana ada perusahaan yang akan terus mempertahankan seorang anak kecil sebagai Direktur? Terlebih lagi fakta tentang identitas ganda yang dia punya. Hehh kamu sebaiknya siap-siap ditendang dari sini Yong Ri Sa!"
Mendengar itu tangan Yong Ri Sa sempat mengepal sejenak untuk menahan emosinya. "Mungkin anda benar, kursi itu bisa saja akan bukan kursi saya lagi. Tapi kursi itu pun juga bukan kursi anda. Jadi anda tidak berhak duduk di kursi itu. Jika ada yang ingin anda bahas dengan saya, anda bisa duduk di sofa. Dan jika sudah tak ada lagi yang ingin anda bahas dengan saya, sebaiknya anda keluar dari ruangan ini." usirnya masih dengan penuh ketenangan.
Heo Yong Min perlahan berdiri dengan sangat angkuhnya. Ia berjalan menuju sofa tamu. "Menurutmu, untuk apa aku jauh-jauh datang dari Daegu jika tidak ada yang ingin kubahas denganmu?" ungkapnya sambil dengan santainya duduk di sofa.
Yong Ri Sa diam sejenak dan menghela nafas sebelum melangkahkan kakinya menuju sofa. "Jadi, apa yang ingin anda bahas?" tanyanya tegas sambil duduk di sofa itu.
"Jadi, kamu begitu serius mengerjakan proyek Gangnam untukku, Yong Ri Sa?" ucap Heo Yong Min tiba-tiba.
Yong Ri Sa tertawa dingin, "Untuk anda? Sepertinya anda bermimpi."
"Aku sama sekali tidak bermimpi. Aku pastikan, kamu akan suka rela menyerahkan proyek itu padaku."
"Bukankah sebelumnya saya sudah mengatakannya pada anda, saya tidak akan memberi jika saya tidak menerima. Jadi jika anda ingin mengambil Gangnam, saya hanya ingin anda menyerahkan Daejeon pada saya. Mudah kan?" jelasnya sangat tenang.
Heo Yong Min justru menyeringai mendengarnya, "Apakah kamu masih akan setenang itu ketika tau akan terjadi sesuatu pada Yong Ri An?"
Advertisement
Wajah Yong Ri Sa langsung datar ketika mendengar nama kakaknya disebut oleh Heo Yong Min.
"Bukankah saat ini dia sedang ikut kejuaraan lompat tinggi di Daegu? Dan kamu tau, di hotel mana seluruh atlit dan officialnya bermalam saat ini?" lanjut Heo Yong Min.
Yong Ri Sa hanya diam dan menunggu kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut Heo Yong Min.
"Mereka ada di Cessa Hotel cabang Daegu. Cabang yang kutangani saat ini. Pastinya,.. sangat mudah untukku bermain-main dengannya. Apa kamu ingin melihat kejuaraan ini menjadi kejuaraan terakhir untuknya?" tersenyum puas penuh kemenangan.
Hati Yong Ri Sa terasa panas, tangannya langsung mengepal dan giginya menggeretak penuh emosi. "Jangan sentuh kakakku!" ucapnya yang masih berusaha menahan emosi.
"Mudah saja. Aku tak akan menyentuhnya jika kamu menyerahkan Gangnam padaku. Itu saja. Bagaimana?" Kata Heo Yong Min dengan sangat ringan tanpa beban.
Yong Ri Sa menutup matanya menahan segala amarah yang ingin membakar apa saja yang ada didepannya. Betapa tidak, dia susah payah mengerjakan proyek sampai seperti tidak tau kapan waktu siang ataupun malam, tiba-tiba proyek itu terpaksa harus ia serahkan pada orang yang sangat ia benci. Terlebih lagi saat itu ia baru saja menyelesaikan segala masalah yang menyangkut proyek itu dan baru saja kembali menginjakkan kakinya di ruang kebesarannya tanpa bisa mengistirahatkan raganya terlebih dahulu. Bukan hanya itu yang membuat dia sangat emosi, hal yang mendasari emosinya adalah nama kakak kesayangannya telah disebut-sebut oleh orang itu dan hidup kakaknya kembali berada dalam bahaya.
"Kenapa kamu diam? Ahhhh,.. akan kuberi waktu kamu sampai jam 12 malam ini. jika sampai saat itu kamu tidak menyerahkan Gangnam padaku, maka nyawa Yong Ri An sebagai taruhannya." Ancam Heo Yong Min sebelum beranjak dari tempat duduknya.
Lagi, Yong Ri Sa hanya bisa menghela nafas berat mendengar ancaman nyawa lagi yang ia terima dan ia pun membatin, "Apakah ini waktunya aku bertindak? Apakah ini benar-benar saatnya aku membuka kartu-kartu mereka?"
Perlahan Yong Ri Sa membuka matanya dan berkata, "Apapun yang anda rencanakan, orang yang akan menghentikannya bukanlah saya. Tapi kakek anda. Heo Joon Wang. Jadi berhati-hatilah merencanakan sesuatu, Direktur Heo!" ucapnya tenang namun penuh emosi dan tanpa mengarahkan pandangannya ke Heo Yong Min yang saat itu sudah berdiri tak jauh dari pintu.
Tanpa menghiraukan kata-kata Yong Ri Sa, Heo Yong Min langsung keluar dari ruangan itu. Sedangkan di sisi lain, Yong Ri Sa yang mengetahui Heo Yong Min telah pergi, masih duduk diam di tempat semula. Kedua tangannya mengepal sangat erat. Matanya memerah penuh amarah.
Ting,... suara pintu lift terbuka. Tak lama kemudian muncul sosok Heo Yoon Woo yang masih mengenakan seragam SMA Dongjo dan tas ransel hitam keluar seorang diri dari lift itu. Saat itu ia berada di lantai 24 pusat Cessa Hotel yang tak lain adalah lantai dimana kakeknya kerja. Ketika baru melangkahkan kakinya beberapa meter dari lift, ekspresinya langsung berubah penuh selidik ketika melihat sekelebat sosok Yong Ri Sa yang baru keluar dari lift lain dan langsung melangkah cepat menuju ruangan CEO tanpa mengetahui keberadaan Heo Yoon Woo di tempat itu. Tanpa ragu Heo Yoon Woo mempercepat langkahnya dan bertanya pada salah satu sekretaris yang berada di depan ruangan CEO Heo.
"Apa yang barusan masuk tadi adalah Yong Ri-- ahh maksud saya, apa dia Direktur Yong?"
"Ne (ya). Geundeuh,.. nuguseyo? (tapi,.. anda siapa?)" tanya sekretaris itu penuh selidik. Hal itu memang tidak mengherankan. Sosok Heo Yoon Woo memang baru pertama kali muncul di tempat itu. Selama ini memang tidak ada yang tau bahwa dia adalah cucu Heo Joon Wang.
"Saya Heo Yoon Woo. Cucu CEO Heo Joon Wang. Emm,.. tapi jangan katakan pada siapapun tentang kedatangan saya. Saya tidak akan lama disini." Setelah mengatakan itu ia langsung berjalan mendekat ke pintu ruangan dan berusaha menguping pembicaraan Yong Ri Sa dengan kakeknya.
Sementara itu di dalam ruangan CEO, aura panas sangat terasa. Kemarahan dari diri Yong Ri Sa yang berdiri di hadapan Heo Joon Wang tampak jelas dari raut wajahnya. Sesekali tangannya pun mengepal. Matanya pun tampak merah penuh amarah yang membuat siapapun melihatnya bergidik ngeri.
"Apa anda yakin tidak akan menghentikan rencana Direktur Heo?" tegas Yong Ri Sa setelah sebelumnya sudah ada berdebatan kecil dengan atasannya itu.
"Kenapa aku harus menghentikannya? Itu tidak ada ruginya buatku jika memang Heo Yong Min merencanakan itu. Aku yakin dia tidak akan melakukan kesalahan yang membuat nama Cessa Hotel jadi tercoreng. Jadi berhentilah memintaku menghentikannya. Karena itu tidak akan ada berhasil."
"Jadi itu artinya, anda memang menyetujui rencana Direktur Heo yang ingin bermain-main dengan nyawa kakak saya. Dan jangan salahkan saya jika saya juga menghubungkan sesuatu yang bisa mengusik keluarga anda." Sorot matanya sangat tajam.
"Memangnya apa yang bisa dilakukan anak kecil sepertimu? Apalagi sekarang kamu hanyalah singa kecil yang sudah kehilangan taring dan kukunya setelah rahasia identitas gandamu terbongkar."
"Anda jangan puas dulu. Selama ini saya diam bukan berarti saya telah kehilangan taring dan kuku. Saya diam untuk melihat sejauh mana si burung pemakan bangkai mendekat. Seperti ikan Cichlids yang menjadikan pemangsanya jadi mangsa buruannya. Sebagian besar kartu anda sudah ada di tangan saya. Apakah saya harus membukanya sekarang? Atau setidaknya apakah saya harus mengatakan pada cucu anda tentang kematian kedua orangtuanya, sekarang? Menurut anda bagaimana reaksinya jika ia mengetahui fakta tentang terbunuhnya kedua orangtuanya dan sedangkan selama ini dia seakan diasingkan dari keluarganya tanpa tau fakta yang sebenarnya. Bahkan, keluarganya pun berencana untuk menyingkirkannya juga. Menurut anda, apa yang akan terjadi pada anak itu? apa yang akan dilakukannya pada si pembunuh kedua orangtua yang tak pernah ia temui sejak bayi itu?" sindirnya dengan sorot mata yang masih sangat tajam.
Kini wajah kemarahan berpindah ke Heo Joon Wang. "Apa menurutmu dia akan percaya dengan kata-katamu? Memangnya kamu punya bukti?"
"Kenapa saya mengatakannya pada anda, jika saya tidak punya bukti? Itu seperti saya suka rela masuk ke mulut buaya. Saya tidaklah sebodoh itu." nada bicara semakin tenang dan menampilkan sebuah senyuman.
Heo Joon Wang langsung terdiam kala menyadari ia telah diterkam oleh orang yang telah kembali jadi rubah kecil yang sangat licik baginya.
"Karena anda mengusik keluarga saya, maka saya juga akan mengusik keluarga anda, CEO Heo. Dan ketika ada sekecil apapun goresan pada kakak saya, saat itulah saya akan menganggap anda telah mengijinkan saya untuk membuka seluruh kartu anda. Jadi, anda harus bersiap-siap kehilangan semuanya. Termasuk posisi anda sebagai CEO Cessa Hotel. Bukankah sebenarnya posisi ini bukanlah milik anda?"
"Memangnya milik siapa jika bukan milikku?" terpancing emosi.
"Yong Jae Suk. Dialah CEO Cessa Hotel yang sebenarnya. Dia adalah kakek angkat saya. Dan dialah orang yang juga anda bunuh untuk mengamankan posisi kebanggaan anda ini. Apakah saya salah?"
Lagi, keberanian Yong Ri Sa mampu mencekik leher Heo Joon Wang sehingga tak mampu mengeluarkan kata-kata balasan.
"Saya tekankan sekali lagi, saya tidak akan menyerahkan Gangnam pada Direktur Heo. Dan jika terjadi sesuatu pada kakak saya, maka saya menganggap anda telah meminta saya membuka seluruh kartu anda. Permisi." Membungkukkan badannya dan kemudian bergegas pergi dari hadapan Heo Joon Wang yang masih terbakar emosi.
Baru saja ia membuka pintu ruangan CEO, Yong Ri Sa langsung dikejutkan oleh sosok Heo Yoon Woo yang sudah berdiri melipat tangannya dan menatapnya tajam.
"Eonni?!" lirihnya karena sangat terkejut.
"Bisa kita bicara berdua sebentar?" ajaknya dengan nada bicara masih cukup dingin.
Yong Ri Sa hanya diam dan menyuguhkan ekspresi datar efek dari keterkejutannya melihat orang yang ia anggap sahabat itu, telah muncul di tempat dan waktu yang tak terduga.
>> Part 26
Advertisement
- In Serial30 Chapters
Darke Mag'yx
The dread visage of the lord necromancer, sending forth a sea of rotting flesh to mould the world in his image. This wonderful picture flickers and dies as Lucien's undead construct stumbles and promptly melts into an unmentionable slurry. As Lucien struggles to become the dread necromancer he knows he should be, he gets swept up in nationwide conflict that he wants no part in.
8 220 - In Serial36 Chapters
Daily life of reincarnated goblin [Dropped]
This is the story about a selfish person, the one who seeks peace around him, yet cares none of surroundings Even if he does something unbefitting for his character, it will still be for his selfish desires, no matter how bad or good it seems from the outside He dies because his perfect world of hikkomori is ruined, not because it was other's fault, but due to his own selfishness Dylan did not need the world and the world did not need him so he was erased from his world as if he had never existed, like unneeded game character And there was the new beginning from the end God of games and sovereign of four realms reincarnates him in another world, viewing his growth, refusing to help as he is not worthy yet Despite uncaring nature of sovereign, he wonders whether he will show his full potential in the world that is more befitting for him or not Sovereign has nothing to lose, the eternity and a single second is the same because the time is always ''present'' for a being such as him, as for Dylan he's not the first and also probably not the last person to be candidate of sovereign's ambassador Will he reach the qualifications to reach the end and participate in sovereign's 3 deadly games? Only the time can tell, yet sovereign has sealed his own future foresight, just because he wants to feel more entertained and see the struggle of yet another mortal, who has no idea how dangerous things might get if he ascends and gains the power, qualification to destroy the ???
8 160 - In Serial6 Chapters
Nend Ardhon Chronicles
In a future not so far away, a young female pilot was flying back to her home Planet transporting the junior team of Chess, that was returning victorious from a Galaxy tournament.Upon being hit by a small meteorite, she had to do an emergency landing on a moon of a desertic Planet. With all her effort and resolution, she managed to land everyone safely, except for her. A huge chunk of metal was stuck on her chest and the team’s Teacher held her hand on her last breath.When she woke up, she was surrounded by darkness. Reaching out with her hands, she felt a surface that she scratched. A hole opened, that she made bigger and bigger. Around her, water everywhere. In front of her, was a big smiling Dragon. That was when the young pilot noticed that she was reborn with claws and a tail. She was now a Water-Dragon. The chock of the events that followed her exit from the egg, blocked her former life memories.Join Byia Calla on her new life as a Water-Dragon. Will her memories help her in her new life? Or will they become a burden too difficult to endure?
8 125 - In Serial41 Chapters
His Innocent Fox... BoyXBoy
Little snippet of the story below... Hope you enjoy!××Willowed_Wisp××××××××××××××××××××××××××××××××××××My breath hitches in my throat, as deep crimson eyes bore into mine through the inky, yet comforting, darkness, and a hand, pale and large compared to my own tiny little paw, begins to reach out for me. A tiny chirp of fear leaves my lips, as I scoot further back until my back hits the cold wall, and flatten my ears against my head." Come on Angel... We won't hurt you." The man soothes, his already thick voice, due to his sexy British accent, sounding thicker due to his long, ivory fangs that gleam silver in the Moonlight, as he tries to coax me out from under the bed.I shake my head violently, my nose twitching wildly, as my fluffy red tail curls around my dark brown paws, and I lower my head until my chin bangs lightly against the wooden floor. I realize, with a jolt of fear, that the Vampire is gone! Leaving Robyn and myself alone. My glowing amber eyes widen, as his hand suddenly whips out from my left, and closes around the back of my neck.I look to Robyn for help, my claws scraping across the floor, creating scratches in the polished wood, only to see the spot where he once was empty. I give a series of terrified yelps, as the man gently pulls me out by the scruff of the neck, and holds me up in front of him.My tiny, dark brown paws churn wildly in the air, my ears flat, and my tail waving around wildly, as he looks me up and down, and then pulls me into his muscular chest... Wrapping a small blanket around my wriggling body to calm me down.I begin to chirp and yelp softly, calling out to Robyn, as the man throws the corner of the blanket over my face, and everything goes black. One question rings in my head as I am carried from our home...××××××××××××××××××××××××××××××××××What is going to happen to us?
8 555 - In Serial23 Chapters
Chaotic Pens
A diverse poem collection, centering on nothing but also everything . You might wanna stay glued to your seat while you read this .
8 129 - In Serial25 Chapters
The Fish and the Riverman (Mchanzo fanfiction)
This will be another Mchanzo fanfiction where McCree is a fisherman and Hanzo is a merman. This book will be a completely different story line than my other books. Hanzo is my favorite Overwatch character and my main.Ps. the art and characters are NOT mine.
8 124

