《Soul In Seoul》#Part 22 {Cichlids (1)}

Advertisement

Mian

"Ada urusan apa kamu memintaku kesini?" tanya Yong Ri Sa sedikit dingin pada Hwang Hae Ra.

Saat itu mereka duduk berdampingan di sebuah bangku yang ada di atap SMA Dongjo.

"Kenapa kamu begitu dingin? Tak boleh kah aku mengundangmu kesini? Aku hanya ingin kita semakin dekat."

"Semakin dekat? Boleh saja. Asal kamu tak ada maksud lain." Sedikit senyum namun masih dalam kehati-hatian.

Tertawa kecil, "Maksud lain? Maksud lain apa maksudmu?"

"Molla (Entahlah)." Jawabnya ringan.

"cam,.. (oh ya,..) boleh kah aku tanya sesuatu?" Hwang Hae Ra kembali membuka percakapan.

Yong Ri Sa hanya diam menoleh ke arah Hwang Hae Ra.

"Apa alasan kamu berhenti dari karate?"

Yong Ri Sa masih diam menatap tajam Hwang Hae Ra.

"Wae? (kenapa?). Aku hanya ingin tau. Kenapa kamu malah menatapku seperti itu?" menahan tawa.

"Berhenti dari karate? Apa kamu bercanda? Bahkan aku tidak memulainya, gimana bisa aku berhenti?" kilahnya.

"Tak usah bohong. Kakak dan sahabatmu aja sudah mengakui kemampuan karatemu. Apa karena kakakmu, kamu berhenti karate? Sepertinya kamu nggak sepenurut itu. Pasti ada alasan lain kan?"

"Tak usah membahasnya." Berdiri dan berusaha menahan emosinya. Yong Ri Sa sangat tau saat itu Hwang Hae Ra berusaha memastikan tentang dirinya.

"Apa kamu rela berhenti dari karate karena ingin sembunyi? Memangnya kamu tak sedikitpun rindu bertanding melawanku? REYKA." Menekankan nama Reyka, yang sontak membuat mata Yong Ri Sa membola dan memerah menahan emosi.

"Sepertinya kamu salah orang. Aku adalah Yong Ri Sa. Bukan Reyka." Menolehkan kepalanya kearah Hwang Hae Ra yang masih duduk di bangku itu dan menatapnya dengan tatapan mengerikan.

Hwang Hae Ra ikut berdiri dan tak sedikitpun gentar melihat tatapan Yong Ri Sa. "Yahhh,.. apa boleh buat. Sayangnya aku tak salah orang. Meski wajahmu sangat berbeda dengan Reyka, tapi matamu sama sekali tak ada perubahan. Tatapan saat bertahan dan ingin menyerang, tak ada perubahan sedikitpun. Terlebih lagi aku semakin yakin ketika memperhatikan wajah Yong Ri An yang begitu mirip dengan Romi, sang atlit lompat tinggi di Indonesia. Yang tak lain adalah kakak kandung Reyka. Apa kamu masih mau mengelaknya?" merasa sudah mampu men-skakmat Yong Ri Sa saat itu.

"Okey,.. kubiarkan kau menyerangku sekarang. Tapi setelah ini jangan terlalu berharap untuk dapat berdiri tegak didepanku." Batin Yong Ri Sa.

"Jangan pernah mengganggu kakakku! Ini adalah urusan kita. Jadi jangan libatkan dia." Tegas Yong Ri Sa.

"Arasseo (aku mengerti). Lagipula apa gunanya melibatkan dia jika kamu sudah ada di genggamanku."

"Apa maumu sebenarnya?" tanya Yong Ri Sa.

"Mauku? Kamu sungguh ingin mendengarnya?"

Yong Ri Sa hanya diam menatap Hwang Hae Ra.

"Mauku adalah kamu kembali ke karate lagi dan menjadi lawanku saat perayaan ulang tahun yayasan. Aku sudah lama menunggu saat-saat itu. Saat dimana aku bisa mengalahkanmu."

"Apa kamu yakin bisa mengalahkanku? Bukankah kamu tak pernah sekalipun menang melawanku? Seharusnya sebelum merencanakan untuk melawanku, kamu harus ingat rekor pertemuan kita. Jadi jangan terlalu berharap untuk menang."

"Ya, itu dulu saat kamu masih rutin latihan. Bukankah sekarang kamu sudah tak pernah lagi menjajal jurus karatemu lagi? Apa kamu yakin masih setangguh dulu?"

"Yah,.. aku sangat menyesal harus mengatakannya. Jika kamu berfikir seperti itu, maka kemenanganmu bukanlah kemenangan sesungguhnya. Bagaimana bisa kamu bangga saat mengalahkan orang yang sudah sangat lama tak pernah berlatih? Dan jika kamu kalah, itu juga lebih memalukan." Kekuatan Yong Ri Sa sudah tumbuh lagi.

"Terserah kamu mau bilang apa. Tapi yang jelas, kembalilah ke karate dan jadilah lawanku saat perayaan ulang tahun yayasan Jinhyang." Hwang Hae Ra menahan emosi.

"Aku akan mengikuti kemauanmu, tapi jangan pernah ganggu kakakku."

"kakakmu yang mana? Yong Ri An atau Romi Firmansyah?" senyum licik.

Advertisement

"Keduanya." Singkat Yong Ri Sa sebelum melenggang pergi dari hadapan Hwang Hae Ra.

"Aku tak akan membiarkanmu bebas Reyka. Gara-gara dirimu, semua orang selalu meremehkanku dan memandangku sebelah mata meski aku sudah berkeringat darah. Hanya karena dirimu, aku tak pernah bisa menginjak podium juara tingkat internasional dan karena itulah aku semakin diabaikan oleh keluargaku. Bahkan saat kamu tiba-tiba menghilang pun tak ada ruang untuk diriku di hati mereka. Hanya karena aku belum mengalahkanmu, mereka tak mengakui kemampuanku. Inilah saatnya aku menghancurkan dirimu. Reyka!" Batin Hwang Hae Ra yang berusaha menguatkan dirinya. Tuntutan dari kedua orangtuanya lah yang membuat ia semakin membenci rival terkuatnya itu. Kedua orang tuanya mengharuskan dia untuk menjadi juara di setiap kejuaraan. Namun setiap bertemu Reyka di pertandingan, ia tak pernah berhasil menang.

Beberapa minggu kemudian, Perayaan ulang tahun yayasan Jinhyang yang ke-21 digelar di auditorium yayasan. Satu per satu persembahan dari siswa-siswi SMA Meongso dan SMA Dongjo diperlihatkan. Mulai dari pertunjukan pesenam, angkat besi, balet, dance, band, solo song dan masih banyak lagi bakat-bakat yang ditampilkan. Mereka bergantian menunjukkan kebolehan dan memberi semangat kepada teman-temannya untuk mempersembahkan sesuatu yang menarik di acara itu. Setelah banyak penampil menunjukkan kemampuan terbaiknya, kini giliran kelas 3-1 SMA Meongso akan mempersembahkan drama musikal.

Sebelum memulai pertunjukan, Jo Dae Wook berkata di tengah teman-teman sekelasnya, "Katanya Yong Ri Sa akan memberikan semangat buat kita. Mana nih? Dari tadi tak sedetikpun batang hidungnya muncul ke permukaan. Dasar pembohong."

"Mungkin dia ada di salah satu bangku penonton." Bela Choi Moo Gak.

"Bangku penonton? Dari tadi mataku berkeliling ke setiap deret, tapi tak ada nongol batang hidungnya. Kamu tau kan, mataku sangat jeli meski jaraknya sangat jauh." Keluh Jo Dae Wook.

"Terus kemana dia?" tanya Choi Moo Gak.

Tiba-tiba terdengar suara Kim Se Jong yang tak lain adalah ketua kelas 3-1, "Inilah saatnya. Ayo kita tunjukkan kemampuan kita! Kemampuan kelas favorit yang benar-benar tak boleh diremehkan."

Mendengar itu, teman-temannya langsung bergegas meraih perlengkapan penunjang penampilan mereka dan beranjak ke panggung.

Sementara itu, ternyata sosok Yong Ri Sa yang sedari tadi dicari teman-temannya berada di depan kaca toilet wanita tak jauh dari ruangan acara. Saat itu ia sudah memakai dogi dan tak ketinggalan obi warna hitam yang telah melingkar di pinggangnya. Ia juga sudah mengikat rapi rambutnya yang menjulang panjang itu. Ia terus menatap dirinya yang telah memakai baju yang selama hampir 3 tahun ini tak pernah ia sentuh, dan ia pun berusaha menguatkan jiwa dan raganya.

*dogi = baju karate

*obi = sabuk karate

Perhatian Yong Ri Sa langsung teralihkan ketika mendengar suara riuh tepuk tangan penonton dan seruan pembawa acara.

"Wahhhhh,.. drama musikal yang sangat luar biasa telah dipersembahkan oleh siswa-siswi kelas favorit SMA Meongso. Benar-benar favorit dan memberikan semangat buat kita semua. Okey, selanjutnya ada penampilan yang tak kalah spesial dari sebelumnya. Kita akan menyaksikan pertandingan yang tak pernah kita saksikan sebelumnya. Langsung saja, saya panggil Hwang Hae Ra dari SMA Dongjo dan si jenius SMA Meongso, Yong Ri Sa, untuk keatas panggung." Kata pembawa acara itu.

Hwang Hae Ra dan Yong Ri Sa memasuki panggung dari pintu yang berbeda setelah sebelumnya lebih dulu muncul wasit yang akan memimpin pertandingan itu. Saat Yong Ri Sa yang memakai dogi dan obi hitam baru terlihat di panggung itu, semua orang langsung tercengang dibuatnya.

"Sabuk hitam? Apa ini benar-benar si jenius SMA Meongso?" tanya pembawa acara itu.

Tanpa mengeluarkan suara, Yong Ri Sa hanya mengangguk sekali dan mempersembahkan senyum manisnya.

"Ini akan menjadi pertandingan karate yang sangat luar biasa. Pertama kali dalam sejarah yayasan Jinhyang, mempertemukan perwakilan SMA Dongjo dan SMA Meongso dalam satu arena pertandingan karate. Siapakah yang akan meraih kemenangan kali ini? langsung saja saya serahkan ke wasit yang akan memimpin pertandingan yang diberi waktu tidak lebih dari 15 menit ini. Selamat menyaksikan." Pembawa acara itu pun beranjak dari arena itu.

Advertisement

Hwang Hae Ra dan Yong Ri Sa saling berhadapan dan bersiap untuk memulai pertempuran itu. Mereka berdua memberikan hormat pada satu sama lain. Wasit pun sudah siap siaga di antara mereka berdua. Tak perlu menunggu lama, pertandingan singkat itupun dimulai. Hwang Hae Ra sudah mulai melayangkan pukulan sedangkan Yong Ri Sa masih dalam sikap bertahan. Setiap jurus yang dilayangkan oleh Hwang Hae Ra berhasil dimentahkan oleh Yong Ri Sa.

Sementara itu di bangku penonton Kang Jung Tae yang duduk disamping Yong Ri An berkata pelan, "Pantas saja dia berhasil dengan mudah mengalahkanku hanya dengan satu tangan. Ternyata dia memiliki spesifikasi yang tak dapat diremehkan."

"Hya! Yong Ri An! Sebenarnya kamu benar-benar kakaknya atau bukan? Bagaimana bisa kamu mengizinkan Yong Ri Sa tampil setelah sebelumnya kamu mati-matian melarangnya beradu tenaga. Apa yang sebenarnya kalian rencanakan?" tanya kasar Kang Jung Tae.

Mendengar itu Yong Ri An langsung melirik ke arah Kang Jung Tae. "Ini adalah pilihannya sendiri. Aku tidak memaksanya untuk tampil. Aku hanya memberikan izin. Dan pilihan ada padanya." Jawabnya.

Heo Yoon Woo yang juga duduk disampingnya langsung menoleh ke arah kekasihnya itu.

"Jelas saja dia akan tampil jika kamu telah mengizinkannya. Sampai kapan kamu bersembunyi dalam perlindungannya? Apa kamu benar-benar kakaknya? Dan apa kalian tidak berfikir telah memberikan potongan puzzle pada semua orang? Bukankah kalian mati-matian menjaga rahasia itu?" ungkap Kang Jung Tae tanpa mengalihkan pandangannya dari Yong Ri Sa yang masih berhasil mementahkan setiap jurus yang dilayangkan oleh Hwang Hae Ra dan sesekali ia pun melayangkan jurus yang tidak dapat dihindari olehnya.

Yong Ri An dan Heo Yoon Woo langsung mengarahkan pandangannya ke Kang Jung Tae karena cukup terkejut.

"Apa mungkin,.. dia sudah tau tentang identitas lama kami?" ungkap batin Yong Ri An.

Sedangkan Heo Yoon Woo yang juga mendengar kata-kata yang meluncur bebas dari mulut Kang Jung Tae itu langsung teringat dengan kata-kata Kang Jung Tae beberapa minggu yang lalu.

"Apa kalian tidak terlalu egois? Bagaimana bisa kalian menuntut Yong Ri Sa memberitahukan rahasianya sedangkan kalian sendiri juga menyimpan banyak rahasia darinya? Aku mengatakan ini tidak hanya sebagai sepupunya, kamu tau kenapa dia berada di posisi ini? posisi dimana dia dianggap sebagai pengkhianat sahabat-sahabatnya meski dia tidak melakukan pengkhianatan? Kamu tau, betapa frustasinya dia? Dia yang paling anti dengan alkohol justru sudah menghabiskan 2 kaleng bir dalam waktu kurang dari 1 jam. Apa kalian tidak menyadarinya? Dia seperti ini karena kalian. Karena keegoisan kalian." Ucap Kang Jung Tae penuh emosi, yang saat itu sedang berdiri berhadapan dengan Heo Yoon Woo di balkon lantai 3 SMA Dongjo.

"Keegoisan kami? Apa itu tidak terbalik? Dia yang egois. Dia yang memilih untuk mengkhianati sahabatnya untuk keuntungannya sendiri." Ikut emosi.

"Keuntungannya sendiri? Harusnya kamu berfikir seribu kali, sebelum berkata seperti itu. Dia justru tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Jika memang dia seperti itu, sudah pasti dia membiarkan kakaknya yang mengambil resiko sebagai penerus Direktur Han. Asal kamu tau, saat ini bahkan dari awal dia seperti ini karena untuk melindungi seseorang. Ah tidak, bukan hanya seseorang. Tapi dua orang yang susah payah dia lindungi saat ini. Dia sampai tidak peduli telah dianggap sebagai pengkhianatnya orang yang dia lindungi."

DEG,... "Apa maksudmu?" Heo Yoon Woo berusaha mencerna kata-kata yang meluncur dari mulut Kang Jung Tae.

"Aku juga nggak ngerti dengan jalan fikirannya. Harusnya dia langsung menyingkirkanmu jika dia tau kamu adalah penghalangnya, tapi dia justru melindungimu. Mungkin hanya ada satu alasan, dia mengetahui hal mengerikan yang tidak kamu ketahui, atau dia melindungimu karena hubunganmu dengan Yong Ri An. Jika bukan karena itu semua, mungkin saja dia memang benar-benar menganggapmu sahabatnya." Melenggang pergi.

"Apa yang diketahui Kang Jung Tae? Dan hal besar apa yang tak ketahui? Kenapa dia juga harus melindungiku?" tanya batinnya dengan menatap tajam ke arah Yong Ri Sa yang ternyata tangannya baru diangkat oleh wasit sebagai tanda ia sudah memenangkan pertandingan singkat itu.

"Pertandingan singkat yang sangat luar biasa. Seperti sebelumnya telah bertemu arena karate." Komentar pembawa acara yang tiba-tiba berhenti berbicara dan memegang earphonenya tanda sedang diberikan arahan.

Saat Yong Ri Sa dan Hwang Hae Ra akan beranjak dari posisi berdirinya, pembawa acara itu menghentikannya, "Tunggu sebentar! Sepertinya juara kita kali ini langsung mendapatkan sebuah kejutan dari penggemarnya. Dalam kiriman tertulis, video ini harus ditampilkan ketika Yong Ri Sa berdiri sebagai juara pertandingan kali ini. Jadi, langsung saja kita saksikan video kiriman itu."

Yong Ri Sa tampak bingung, sedangkan Hwang Hae Ra langsung tersenyum seperti menyambut sebuah kemenangan besar.

"Profil si Jenius yayasan Jinhyang." Pembawa acara itu membaca tampilan awal video itu dari layar besar yang ada di kedua sisi panggung. "Sepertinya menarik." Komentarnya.

Semua mata langsung tertuju ke layar besar itu. Satu per satu foto tentang masa kecil Yong Ri An dan terutama Yong Ri Sa terpampang jelas. Senyum manis gadis kecil polos yang penuh dengan medali dan piala tersebut langsung membuka memori masa lalu Yong Ri Sa. Tangannya langsung mengepal, giginya menggeretak dan matanya menahan kemarahan yang ditujukan pada Hwang Hae Ra yang terus tersenyum puas. "Sudah kuduga kamu akan melakukan ini." batin Yong Ri Sa dengan menatap tajam Hwang Hae Ra.

Ketika muncul slide terakhir, semua orang langsung melongo dibuatnya. Pasalnya, dalam slide itu ditampilkan perbandingan foto sebelum dan sesudah kedua bersaudara itu masuk ke Seoul.

"Bukankah salah satu foto itu, adalah foto yang ditunjukkan Kang Jung Tae dulu? Apa maksud semua ini?! Ap--apakah kamu dan Romi itu benar-benar orang yang sama?" tanya Heo Yoon Woo pada Yong Ri An terbata-bata karena saking terkejutnya.

Tak ada jawaban dari mulut Yong Ri An. Matanya menahan kemarahan pada Hwang Hae Ra dan menahan rasa bersalah pada adiknya. "Kamu memang benar-benar sangat berani mengambil resiko sebesar ini. Harusnya aku yang berdiri ditempat itu, bukan kamu, Reyka." Jerit batinnya.

Ekspresi yang kurang lebih sama ditunjukkan oleh Kang Jung Tae yang sudah lama tau tentang rahasia itu. Tangannya mengepal dan menatap tajam Hwang Hae Ra. "Kenapa mereka berdua harus mengikuti permainan licik Hwang Hae Ra? Apa mereka tidak menyadari kemungkinan ini? semua orang sudah tau tentang rahasia mereka. Apa yang terjadi selanjutnya?" dumel batinnya.

Sementara itu di panggung masih terlihat Yong Ri Sa dan Hwang Hae Ra dengan ekspresi yang sama dengan sebelumnya. Sedangkan pembawa acara yang memandu acara itu juga sangat terkejut dan diselimuti rasa tidak percaya dengan apa yang baru dilihatnya.

"Yong Ri Sa,.. apa itu benar-benar dirimu?" tanya pembawa acara itu hati-hati.

Mendengar itu, Yong Ri Sa diam sejenak dan menatap sisi bawah panggung untuk mengatur nafasnya. Tak lama kemudian, ia langsung menegakkan kembali kepalanya menatap para penonton yang menanti jawaban darinya. "Ne, Bajja-yo. (ya, benar)" singkatnya.

Semua orang semakin tercengang dibuatnya.

"Foto-foto yang baru saja anda semua lihat adalah foto saya, kakak saya, dan keluarga saya, sebelum kami berdua menginjakkan kaki di Korea, tepatnya Seoul dan bertemu dengan anda semua disini. Selama ini kami tidak bermaksud untuk menyembunyikan fakta tentang identitas kami yang berbeda dengan yang sekarang dari anda semua. Kami telah terikat janji untuk harus bisa membuka lembaran baru ketika meninggalkan Indonesia dan kini tak kusangka ada orang yang terobsesi ingin membuka identitas lama itu. Sejujurnya, selama ini kami selalu was-was dan merasa tidak tenang ketika ada orang yang mencurigai kami. Terkadang kami frustasi dan ingin sesegera mungkin memberitahukan tentang fakta ini. Terlepas dari semua itu, saya ingin berterimakasih pada orang yang tetap bersedia menerima kami sebagai cucu angkatnya, meski sebelumnya telah mengetahui siapa kami sebenarnya. Terima kasih telah memberikan kekuatan dan angin segar untuk kami. Selain itu, kami ingin memohonmaaf pada anda semua yang merasa selama ini telah kami bohongi. Sekali lagi kami mohon maaf." Menundukkan kepalanya tanda benar-benar meminta maaf. "Dan satu lagi, di momen ini saya pribadi juga ingin memohonmaaf pada semua guru yang mengharuskan saya untuk datang ke lab, karena selama ini saya tidak pernah sedetikpun memasuki lab dan mengikuti materi yang anda ajarkan saat di lab. Sejujurnya, sampai sekarang saya masih takut untuk memasuki lab. Saya kehilangan wajah yang anda lihat di layar itu ketika di lab. Air keras itu meluncur bebas dan merenggut wajah asli saya." Tiba-tiba suaranya tercekat karena sudah tak mampu menahan tangisan itu. Ingatan tentang insiden penyiraman air keras ke wajahnya masih melekat kuat di otak jeniusnya. Ia mengalihkan pandangannya ke kiri, berharap tidak ada yang melihat airmatanya telah jatuh saat itu.

"J-Joesonghamnida (M-Maafkan saya)" ucapnya pelan namun gemetar suaranya masih jelas terdengar. Dia berulang kali menundukkan kepalanya hingga akhirnya pembawa acara itu mempersilakannya untuk meninggalkan panggung.

"Rasanya aku merinding mendengar kejujuran Yong Ri Sa tadi. Wajah itu bukan wajah aslinya? Dan sampai sekarang dia masih trauma memasuki lab? Wahhhh,... sungguh kenyataan yang menyedihkan." Ucap salah seorang siswi berseragam SMA Meongso bersama dua orang temannya di depan kaca toilet tak jauh dari ruang acara.

"Iya. Benar-benar menyedihkan. Yong Ri Sa yang selama ini terlihat sangat kokoh ternyata malah mampu dibuat nangis diatas panggung." Timpal temannya sambil mencuci tangannya.

"Hya! Kalau difikirkan ulang, dia tetaplah orang yang kokoh. Saat rahasianya terbongkar bahkan didepan banyak orang seperti itu dia masih gamblang memberikan penjelasan. Coba kalau kita di posisinya, apa kita bisa berdiri tegak dan menatap penonton seperti itu?" bela temannya yang lain.

"Aku masih penasaran, siapa kira-kira yang mengirimkan video itu? sepertinya orang itu ingin cari masalah. Aku yakin, Yong Ri An dan Yong Ri Sa tidak akan diam gitu saja."

Pembicaraan mereka terpotong ketika tiba-tiba Yong Ri Sa keluar dari salah satu bilik toilet. Mereka langsung salah tingkah, seperti baru ketahuan telah melakukan kejahatan. Cepat-cepat mereka pun bergegas pergi tanpa memberikan sapaan pada Yong Ri Sa.

Yong Ri Sa mencuci muka dan kemudian menatap lekat-lekat wajahnya yang terpampang di kaca. Matanya masih terlihat sembab karena air mata yang berhasil meluncur bebas dari golden eyes-nya itu. "Gwaenchanh-a (tidak apa-apa), semua akan baik-baik saja. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun Reyka. Kamu telah melakukan hal yang benar." Ungkap batinnya berusaha menguatkan kembali dirinya.

    people are reading<Soul In Seoul>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click