《Soul In Seoul》#Part 12 (Awal sebuah bencana)
Advertisement
"Mudah saja. Kalian cukup tinggal disini, itu lebih baik." Tawar Han Seo Jin.
Mendengar itu, tidak hanya Lee Ri Sa dan Lee Ri An yang terkejut, Kang Jung Tae yang sedari tadi berdiri disamping tangga pun tak kalah terkejut, "Halmeoni! (Nek!) Jangan bercanda! Aku nggak mau tinggal satu rumah dengan mereka." Berontaknya.
"Apa kamu tidak ingin membalas kebaikan orang yang telah menolongmu dari ambang kematian?" ucap Han Seo Jin pada Kang Jung Tae yang langsung mendesis karena saking jengkelnya ketika mendengar kata-kata itu. "Lagian aku nggak minta dia menolongku. Jadi untuk apa aku membalasnya?" sahutnya.
Mendengar kata-kata itu Lee Ri An langsung menoleh ke arah Lee Ri Sa berharap mendapat penjelasan dari adiknya dan saat itu ia melihat Lee Ri Sa mengalihkan pandangannya dan nyengir tanda dia telah ketahuan melanggar janjinya.
"Aku harap kalian bersedia untuk tinggal disini." Ujar Han Seo Jin pada Lee Ri An dan Lee Ri Sa.
Mereka berdua hanya diam dan saling pandang.
"Jika memang itu yang anda inginkan, kami tidak dapat menolaknya." Kata Lee Ri Sa yang sebenarnya masih ragu untuk mengambil tawaran itu.
Senyuman Han Seo Jin semakin lebar.
"Pelayan Kim, antar mereka ke kamar." Pinta Han Seo Jin pada salah satu pelayannya.
"Semoga kalian betah tinggal disini." Ucapnya sambil memberi isyarat kepada Lee Ri Sa dan Lee Ri An untuk mengikuti pelayan Kim menuju kamar khusus untuk mereka.
Tanpa pikir panjang lagi, Lee Ri Sa langsung membantu kakaknya berjalan di belakang pelayan Kim. Satu per satu anak tangga susah payah ia lalui hingga mereka telah sampai di lantai 3 yang terdapat 3 pintu kamar berwarna putih seperti halnya pintu-pintu yang lain.
"Ini kamar anda tuan. Silakan masuk!" ucap pelayan Kim sambil membukakan pintu kamar yang berada tak jauh dari tangga.
Langsung saja mereka masuk ke kamar yang bercat berbeda dari ruangan yang lain itu. Cat perak dan berbagai macam buku menghiasi dinding kamar itu. Tirai jendela dan Bad cover pun warna perak. Ya, kamar itu dipenuhi perabot warna perak kecuali cover buku-buku yang tertata rapi di dinding.
"Oppa istirahat aja ya,.." sambil memakaikan selimut tebal pada Lee Ri An yang langsung disambut senyuman dari kakaknya itu.
"Agassi (nona),.. mari saya antar ke kamar anda."
"Ah ye,.. (ah ya)." Sahutnya diikuti menoleh ke arah kakaknya dan menyuguhkan senyuman agar Lee Ri An merasa lebih tenang.
Advertisement
Setelah dari kamar Lee Ri An, Lee Ri Sa berjalan ke kanan mengikuti pelayan Kim yang ternyata sudah melewati satu pintu kamar yang berada di tengah. Ketika berada di pintu paling ujung, pelayan Kim langsung membukakan pintu tersebut. "Ini kamar anda. Silakan masuk!" serunya.
Lee Ri Sa pun langsung melangkahkan kakinya di kamar barunya yang dipenuhi dengan warna emas yang langsung membuatnya terpaku seketika.
"Jika anda membutuhkan sesuatu, anda bisa memanggil saya. Silakan beristirahat dan permisi." Jelas pelayan Kim.
"Ah ye,..gamsahamnida. (ya, terima kasih)"
Tak lama setelah pelayan Kim meninggalkan kamar Lee Ri Sa, muncullah seseorang yang langsung mampu merubah mood Lee Ri Sa saat itu.
"Omong kosong apa ini? kenapa dari banyak rumah, kamu milih rumah ini dan kenapa dari 3 lantai, kamu berada di lantai yang sama denganku?" ucap Kang Jung Tae sebal.
"Mwo? Lantai yang sama? Apa maksudmu? Emmm,... jangan bilang kalau kamar yang di tengah itu adalah kamarmu. Huh."
"Ya. Itu benar. Dan kamu tau itu apa artinya? Aku adalah pemisah kalian. Jadi sekarang kamu yang harus hati-hati." Yakinnya sambil melenggang pergi ke kamarnya.
###
Keesokan harinya saat istirahat di taman belakang yayasan Jinhyang. Heo Yoon Woo, Yoon Yeom Mi dan Lee Ri Sa duduk berhadapan dengan sebuah meja yang memisahkan mereka. Di meja itu juga terdapat satu bungkus makanan ringan ukuran jumbo yang sudah terbuka dan tangan mereka bergantian mengambil isinya untuk dimakan sambil berbincang-bincang.
"Ri Sa-ya,.. jadi benar kabar itu? Kalian benar-benar tinggal satu atap dengan Kang Jung Tae?" tanya Yoon Yeom Mi sebelum menyantap kembali cemilan itu.
"Ne, bajja (ya, benar). Dan bahkan kamar kami berada di lantai yang sama. Hanya ada 3 kamar di lantai 3." Jelasnya santai.
"Jinja? (benarkah?)" tanya Heo Yoon Woo yang terlihat tak sehangat biasanya.
Lee Ri Sa mengangguk dengan pasti. "Dan ada yang aneh. Rumahnya dinamakan White House, seperti rumah kepresidenan Amerika saja. Semua ruangan interiornya berwarna putih. Tapi, hanya kamar kami bertiga saja yang berwarna beda-beda. Kalau memang rumah itu dinamakan White House, bukankah seharusnya semuanya serba putih? Ini kamar Oppa warna perak, kamar Kang Jung Tae warna coklat dan kamarku warna emas. Apa artinya? Dan terlebih lagi kamar Kang Jung Tae berada ditengah-tengah kami." Jelasnya kesal.
"Apanya yang aneh? Itu memungkinkan kalian agar saling akur. Kalau kamarmu berdampingan dengan kamar Ri An Oppa, otomatis kamu akan lebih mudah mengacuhkan Kang Jung Tae. Mungkin itu alasan penempatan kamar kalian." Tebak Yoon Yeom Mi.
Advertisement
"Terus soal warnanya?" Lee Ri Sa yang masih bingung.
"Apa mungkin kalian akan diangkat sebagai anggota keluarga itu?" celetuk Heo Yoon Woo.
Lee Ri Sa terdiam dan langsung memikirkan kemungkinan itu.
"Jika memang itu benar, itu berarti kamu yang memiliki kesempatan paling besar untuk menggantikan Direktur Han, Jika itu dihubungkan dengan warna kamar. Mungkin kamu juga sudah tau, jabatan Direktur Han tidak hanya Direktur di yayasan Jinhyang. Di Cessa Hotel beliau sebagai salah satu dewan direksi dan di Hong Diamond, pemilik saham terbesar." Jelas Heo Yoon Woo yang terlihat lebih dingin ketika menyinggung tentang Direktur Han.
"Aku nggak pernah berfikir akan jadi seperti itu nantinya. Lagipula Direktur Han masih punya cucu. Untuk apa mengangkat orang lain sebagai anggota keluarga lagi?" ucap Ri Sa pelan masih sambil mengunyah camilannya.
"Apa yang bisa diandalkan dari Kang Jung Tae? Pembuat onar, tak bisa diatur, keras kepala. Meskipun dia seorang atlit basket, tapi itu tidak dapat menjamin dia bisa diandalkan. Mungkin itulah yang difikirkan oleh Direktur Han hingga harus mengambil orang lain sebagai pewarisnya kelak." Semakin dingin.
"Eonni,.. kenapa eonni berfikir sejauh itu? ini juga aku baru sehari tinggal di tempat itu. Barang-barangku saja masih banyak di rumahku yang lama." Sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru taman dan tanpa sengaja ia bertemu mata dengan Choi Moo Gak yang berjalan ke arah mereka dengan membawa minuman di tangannya. "Eonni,.. Yeom Mi-ya,.. sepertinya aku harus segera pergi. Tadi Direktur Han memintaku ke ruangannya." Hindarnya yang langsung berdiri dan memutar badannya ke kanan yang membuatnya langsung menjauh dari Choi Moo Gak yang datang dari arah sebaliknya.
Dengan masih berdiri, Choi Moo Gak terus memandang punggung Lee Ri Sa yang semakin menjauh dari matanya. "Apa ini hanya dugaanku saja atau emang dia selalu berusaha menghindariku?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa dia harus menghindari Oppa? Memangnya kalian punya hubungan terlarang di belakangku?" ucap Yoon Yeom Mi sebal ketika melihat cara tatap Choi Moo Gak kepada Lee Ri Sa yang tak biasa.
Mendengar itu, Choi Moo Gak langsung mengalihkan pandangannya ke Yoon Yeom Mi karena terkejut akan kemungkinan tertangkap basah.
"Dia tidak sedang menghindarimu. Dia diminta ke ruang Direktur." Jelas Heo Yoon Woo yang sudah tidak sedingin sebelumnya. "Lagipula, mana mungkin dia tega mengkhianati sahabatnya ketika dia tau kamu adalah calon tunangan sahabatnya itu." lanjutnya. "Ya, dia tak akan mungkin mengkhianati sahabat-sahabatnya. Sebenarnya apa yang tengah kufikirkan tadi tentangnya?" kata dalam hati Heo Yoon Woo menyadarkan dirinya karena baru saja berprasangka tidak baik pada Lee Ri Sa.
Sementara itu di ruang Direktur yayasan Jinhyang telah duduk Han Seo Jin bersama dua pria berjas biru tua dan abu-abu di sofa tamu yang telah disiapkan di tempat itu.
"Jadi apa rencana anda selanjutnya, Hoejang-nim (ketua)?" tanya pria berjas biru tua yang tak lain adalah Park Ji Woon, salah satu dewan direksi di Cessa Hotel.
"Aku tau kekhawatiran kalian. Heo Joon Wang semakin bertengger diatas angin karena memiliki pewaris yang potensial. Sedangkan aku hanya memiliki Kang Jung Tae yang tak dapat diandalkan." Ucap Han Seo Jin sangat tenang.
"Joesong-hamnida Hoejang-nim, bukan maksud kami--" ucapan pria berjas abu-abu yang tak lain adalah Jin Woo Jin, yang juga salah satu dewan direksi di Cessa Hotel terpotong oleh kata-kata Han Seo Jin, "Sekarang kalian tak perlu khawatir. Kita sudah mendapatkan amunisi yang tak kalah potensial. Meskipun sekarang dia masih SMA, tapi potensi itu sudah sangat terlihat."
"Apa maksud anda? Bukankah anggota keluarga anda hanya Kang Jung Tae?" tanya Jin Woo Jin.
Han Seo Jin tersenyum seraya berkata, "Aku dari awal memang tidak akan menyerahkannya pada Kang Jung Tae maka dari itu sampai sekarang dia belum menyandang marga keluarga Yong. Dan sekarang aku sudah menemukan anak yang akan menyandang marga itu yang otomatis telah berada dipihak kita."
"Siapa dia? Dari keluarga mana? Dan apakah dia bersedia?"
"Namanya Lee Ri Sa yang akan berubah jadi Yong Ri Sa. Saat ini dia adalah salah satu siswi SMA Meongso. Menurut ramalan 20 tahun yang lalu, hanya anak ber-IQ 193 yang akan membalikkan keadaan. Dan Lee Ri Sa lah yang ber-IQ 193. Jadi dialah amunisi kita. Sebelum Heo Joon Wang mendapatkan anak itu, kita harus lebih dulu menahannya. Jika itu tidak bisa, maka anak itu harus mati. Karena sangat berbahaya jika anak itu hidup dengan tidak berada di pihak kita." Yakin Han Seo Jin yang membuat Lee Ri Sa yang sedari tadi mendengar percakapan mereka dari balik pintu ruangan langsung gemetar tak karuan.
"Apa maksud semua ini? mereka akan menggunakanku sebagai senjata? Senjata melawan siapa? Dan kenapa aku harus mati?" gumamnya.
>> Part 13
Advertisement
Book Of The Dead
With one touch of the stone, Tyron receives his Class and his life changes forever. In an instant his bright and promising future as the scion of two powerful Slayers is torn apart and he must make a decision. Will he allow his Class to be purged from his soul, or will he cling to it, abandon all that he knows, and rise to power?
8 203Delvers
Meet the Delvers, a small community of humans that have been selected for entry in the dungeons that lay beneath the surface of our world. By clearing objectives they can gain money and power, but should they fail all will be revoked. This story follows these Delvers as it switches between various POVs and their adventures both inside and outside the dungeons. So grab some food and gear and enter, there's plenty to gain. Provided for your viewing pleasure by Delvers Inc. Disclaimer: I am writing this series as a hobby. It is something that has been inside my head for a while and have wanted to do this for a while. I hope you enjoy, commentary is always welcome. I hope to be updating this series semi-regularly as I continue.
8 92Kill or Die
If you are presented with just those two choices, what would you do? Would you kill in order to survive? Or would you die to preserve your humanity? One day, the world changed. The System was implemented. Duels became routine. Killing became a reality in people's life.. I didn't ask for it. I didn't want it. I despise it with my whole being. But still, I don't want to die.
8 80Tree Spirit
The journey of a lonely Tree Spirit. Unceasing laughter, happiness, and bliss played themselves before it... before...him? But alas, he was only but a spectator relishing in their delight, their warmth, their care. When they went, darkness ensured. But, maybe he would find a place he truly belonged? A place where he would be cared for, and a place that he could be ...happy? ...But firstly, I'm a male okay. A proud male tree spirit. No matter what you do, that won't change! A Bl story... but mostly fantasy. The romance is still far away...
8 81A New Kind of Freak (A dragon evolution story)
For dragons, those who dominate the food chain, growth is always a troublesome time. Left to fend for oneself with only a library of memories passed down as their inheritance, no fate is worse than being a failure before birth. What can a small mutated hatchling do in such snowy outskirts? With few options besides magic, the Nexus provides a quick source of power, but that does not mean his enemies were without strength. Levels and stats are available to all in this dragon eat dragon wor- "So... am I really made of Ice-cream?" * * * This is a Progression fantasy where the main concept is about the growing protagonist actually focusing on their own growth without passing through constant hoops for the sake of it. He stays out of trouble, albeit not always successfully, and only cares about evolving enough that he can hold his own weight in the world. Showing that being made of ice-cream isn't a weakness, but a strength when nurtered properly. Also it doesn't end in a protagonist who becomes/kills god, because that just doesn't fit the theme.
8 3257The Goose, the golden egg and the end of the world
After excreting golden eggs for a number of months, Robert is visited by a talking goose who informs him that he's been selected to go on a pilgrimage to awaken the earth's Guardians and stop the machinations of the Raven. A novel about the nature, manifestations and dangers of belief set against the backdrop of environmental apocalypse and global political turmoil.
8 207