《Soul In Seoul》Soul In Seoul #Part 7
Advertisement
Ketika Lee Ri Sa ingin beranjak dari tempat itu, tangan Choi Moo Gak menghalangi jalannya dengan meletakkan tangannya di rak samping Lee Ri Sa.
"Wae-yo Sunbae?" tanya Ri Sa.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu." Sedikit lebih dingin dari sebelumnya.
"Mwo? Wae-yo?" menghadap ke arah Choi Moo Gak.
"Panggil aku dengan sebutan Oppa!" pintanya.
Tangan Moo Gak yang masih di posisi yang sama membuat perasaan Ri Sa sedikit terganggu, pasalnya posisi mereka saat itu benar-benar sangat dekat sehingga terlihat seperti sedang bermesraan.
"Sunbae,.." lirihnya namun langsung dipotong oleh Choi Moo Gak.
"Aku bilang berhenti memanggilku dengan sebutan itu." Sedikit membentak yang membuat Ri Sa tersentak.
"Wae-yo sunbae? Wae-yo? Bukankah kita adalah senior dan junior. Jadi sudah seharusnya saya memanggil dengan sebutan sunbae. Dan selama ini juga tidak ada masalah kan?"
"Itu cukup menjadi masalah buatku. Jujur, aku ingin lebih dari sekedar saat ini. aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu. Tidak hanya sebagai teman, tidak hanya sebagai juniorku, tapi sebagai seseorang sangat penting dalam hidupku. Kamu benar-benar membuatku tidak bisa tenang ketika kamu jauh dariku. Entah sejak kapan, tapi yang jelas aku sudah sangat menyukaimu." Jelas Choi Moo Gak.
"Mian sunbae,.. I can't do it." Mencoba menghindar ke arah yang lain.
Namun saat itu tangan Choi Moo Gak lebih sigap untuk meletakkan tangan kirinya di rak itu, sehingga gerakan Lee Ri Sa terkunci seketika.
"Wae? Kenapa tidak bisa? Apa aku punya salah sama kamu? Atau kamu tidak menyukaiku? Apa kamu membenciku?" sedikit terpancing emosi.
"Ani-yo,.. saya masih tidak ingin memikirkan tentang itu. Masih banyak hal yang harus saya lakukan daripada memikirkan tentang perasaan itu. Mian-hae Sunbae,.."
"Apa lagi yang kamu fikirkan? Kamu sudah berhasil membayar janjimu pada Direktur yayasan Jinhyang untuk menorehkan prestasi, sekarang sudah tak ada masalah lagi tentang sekolah dan tentang Kang Jung Tae, dia sudah tidak pernah berbuat ulah lagi kan? Jadi apalagi yang ingin kamu fikirkan?"
Memberanikan diri menatap lekat mata Choi Moo Gak, "Ini masih tidak ada apa-apanya,.. masih banyak hal lain yang harus aku fikirkan dan lakukan. Aku tidak ingin merasakan itu dua kali. Karena masalah tahun lalu aku harus mati-matian merintis ulang hal yang sudah susah payah aku bangun sejak kecil, tapi ujung-ujungnya aku kehilangan itu. Cukup tahun lalu saja aku kehilangan semuanya dan hanya tersisa Ri An Oppa. Jadi aku nggak ingin memikirkan hal yang lain selain mengembalikan namaku yang dulu. Walaupun tidak semuanya kembali, setidaknya aku masih bisa berusaha. Dan aku juga nggak ingin akhirnya nanti ada orang yang tersakiti." Airmatanya sempat jatuh membasahi pipinya.
Melihat air mata Lee Ri Sa jatuh membuat Choi Moo Gak langsung merasa bersalah. "Lee Ri Sa Mian-hae,... aku tidak bermaksud untuk membuatmu menangis."
Tanpa mengatakan sesuatu, Lee Ri Sa langsung mendorong tangan Choi Moo Gak sehingga ia bisa keluar dari posisi terkunci tangan Choi Moo Gak. Setelah itu Choi Moo Gak langsung terdiam penuh kebingungan dengan sikap yang ditunjukkan Lee Ri Sa dan ia pun merasa bersalah telah membuat orang yang ia sayangi meneteskan air mata kesedihan seperti itu.
Advertisement
###
Saat itu, Lee Ri Sa yang masih mengenakan seragam SMA Meongso, baru datang ke tempat kerjanya yang tak lain adalah restaurant Hong Diamond dan langsung saja ia menuju ruang ganti.
"Eonni,.." sapanya pada Heo Yoon Woo yang lebih dulu selesai mengganti baju ketika ia baru masuk ke ruang itu.
"Oh baru datang?"
Lee Ri Sa hanya mengangguk tanda mengiyakan sambil mengambil baju kerja di loker miliknya.
"Tumben telat. Baru bertarung dengan gangster lagi?" sedikit bercanda.
"Ani,.. (tidak)" sedikit melirik jam yang masih melingkar di lengannya. "Bercanda ya? Ini juga belum waktunya pergantian shift. Eonni saja yang terlalu cepat datang."
"Hehe,.. iya tadi latihannya jauh lebih cepat dari biasanya. Tadi niatnya mau ngerjain kamu eh tetap aja nggak bisa." Sambil menggaruk belakang telinganya yang tak gatal itu.
Mendengar itu, Ri Sa hanya tertawa kecil. Ia merasa sangat bahagia telah menemukan sahabat sebaik dan seceria Heo Yoon Woo.
"Aku duluan ya,.." ucap Yoon Woo bergegas membuka pintu dan keluar dari ruangan.
Sementara itu dengan masih di posisi yang sama yakni menghadap lokernya yang masih terbuka, tiba-tiba ia teringat,..
"Sunbae,.."
"Aku bilang berhenti memanggilku dengan sebutan itu." Sedikit membentak.
"Wae-yo sunbae? Wae-yo? Bukankah kita adalah senior dan junior. Jadi sudah seharusnya saya memanggil dengan sebutan sunbae. Dan selama ini juga tidak ada masalah kan?"
"Itu cukup menjadi masalah buatku. Jujur, aku ingin lebih dari sekedar saat ini. aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu. Tidak hanya sebagai teman, tidak hanya sebagai juniorku, tapi sebagai seseorang sangat penting dalam hidupku. Kamu benar-benar membuatku tidak bisa tenang ketika kamu jauh dariku. Entah sejak kapan, tapi yang jelas aku sudah sangat menyukaimu."
Ya itu adalah percakapannya dengan Choi Moo Gak beberapa hari yang lalu dan masih melekat kuat di ingatannya.
"Kenapa aku jadi kepikiran itu terus? Sadarlah,.. sadar. Sekarang masih bukan waktunya memikirkan soal hati. Dan tak seharusnya dia terlibat tentang masalahku nantinya." gumam Lee Ri Sa yang berusaha menyadarkan diri dari pikirannya tentang Choi Moo Gak.
Setelah dari ruang ganti, Lee Ri Sa langsung bergegas ke samping meja kasir bersama pelayan yang lain untuk menunggu pelanggan yang akan dilayaninya. Satu persatu pelanggan pun datang ke Hong Diamond bahkan tidak hanya sendirian namun juga bersama dengan keluarga maupun pasangannya.
"Maaf, anda mau pesan apa?" tanya Ri Sa sebagai pelayan kepada tamu di meja nomor 17. Seharusnya meja itu terisi untuk keluarga besar karena memang telah tersedia 10 kursi namun baru terisi tiga orang yakni sepasang suami istri dan anaknya yang terlihat 4 tahun lebih tua dengan Ri Sa yang duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.
"Menu spesial hari ini untuk 8 orang." Ucap Ahjussi itu.
"Ada yang mau ditambahkan lagi?" tanyanya kembali.
"Eomma,.. bukankah seluruh keluarga Choi suka masakan jepang? Kenapa kita tidak pesan masakan jepang saja? Terlebih lagi calon iparku sangat suka dengan Sampe-jiru." kata gadis bernama Yoon Ham Mi yang memakai dress warna pink tanpa lengan itu.
Advertisement
"Kebetulan hari ini menu spesialnya adalah masakan jepang. Dan setiap ada pesanan dengan menu masakan jepang kami selalu menghidangkan sup miso sebagai pelengkapnya, salah satunya Sampe-jiru." Jelas Ri Sa dengan sangat ramah.
*Sampe-jiru adalah sup miso yang berisi ikan Salmon asin.
"Ah,.. baiklah. Kami pesan yang tadi saja."
"Menu spesial hari ini untuk 8 orang." Mengkonfirmasikan kembali pesanannya.
Ahjussi itu hanya tersenyum memandang Ri Sa.
"Hidangan anda akan segera datang. Mohon tunggu sebentar." Ucap Lee Ri Sa yang segera beranjak dari meja 17.
Ketika masih di samping meja kasir, Lee Ri Sa melihat gadis yang cukup familier di matanya yang baru datang dengan keluarganya dan langsung disambut hangat oleh keluarga yang duduk di meja nomor 17. Gadis itu mengenakan pakaian dress warna ungu selutut sedangkan disampingnya berdiri juga pemuda yang jauh lebih familier di matanya yang memakai setelan kemeja biru muda garis-garis dengan lengan biru polos dan celana biru tua yang langsung membuat Lee Ri Sa terpaku di tempatnya berdiri.
"Bukankah itu keluarga Yoon dan keluarga Choi? Sepertinya mereka akan benar-benar berbesan." Ucap Heo Yoon Woo pelan namun tetap berhasil mengejutkan Lee Ri Sa.
"Neo, Wae-yo? gwaenchanh-ayo?" tanya Yoon Woo yang sedikit bingung dengan reaksi Lee Ri Sa.
Lee Ri Sa tersenyum manis menatap Heo Yoon Woo, "Niga wae?"
"Molla. Ditanya malah balik nanya." Sedikit sebal.
"Kamu yang melayani meja nomor 17?" tanya Heo Yoon Woo.
Ri Sa mengangguk tanda mengiyakan "Wae-yo?"
"Wahhh,... kamu sangat beruntung. Kamu dari awal selalu melayani orang-orang penting."
"Sama saja eonni,.. Setiap hari eonni melayani tamu kan? Dan bukankah semua tamu itu adalah orang yang penting?" jawabnya ringan.
"Bukan itu maksudku. Mungkin kamu sangat tau tentang latar belakang keluarga Choi. Suami senator dan istri pemilik mall terbesar di Seoul dan ditambah lagi, Choi Moo Gak sebagai anak pertama memiliki IQ yang sangat tinggi. Ya,.. walaupun akhirnya rekornya berhasil kamu pecahkan. Sedangkan keluarga Yoon adalah keluarga yang memiliki perusahaan perkapalan terbesar ke-2 di Korea Selatan. Keluarga yang sangat perfect."
"Terus,.. apa aku harus membeda-bedakan tamu menurut daftar itu?"
"Ani,.. kamu cukup harus tau aja biar tak ada kesalahan dalam melayani mereka. By the way,.. sepertinya di keluarga Yoon masih kurang satu personil lagi. Kenapa Yeom Mi tak ada?" sambil terus memperhatikan meja nomor 17.
Mendengar itu, Lee Ri Sa langsung mengangkat alisnya. "Yeom Mi? Apa yang eonni maksud Yoon Yeom Mi teman kita?"
"Apa kamu belum tau kalau Yeom Mi itu adalah anak bungsu pengusaha perkapalan terbesar ke-2 di Korea Selatan?" perhatiannya beralih kepada Lee Ri Sa.
Lee Ri Sa cukup terkejut mendengar fakta tentang temannya yang sudah ia anggap sebagai sahabat itu. Tiba-tiba Ri Sa ingat dengan kata-kata, "calon ipar" yang diucapkan gadis yang memakai dress pink yang ternyata adalah kakak sahabatnya.
Lee Ri Sa berusaha menyadarkan dirinya. "Eonni,.. aku antar ini dulu ya,.." ucapnya sambil mendorong pesanan ke arah meja nomor 17.
Ketika sudah sampai di meja nomor 17 dan baru mulai meletakkan gelas pertama, gadis yang memakai gaun warna ungu menyapanya. "Eonni,.. jadi eonni kerja disini? Sudah lama tak berjumpa."
"Mi Rae-ya, kamu mengenalnya?" tanya nyonya Choi.
"Eomma (ibu), bagaimana tak kenal? Berkat Ri Sa Eonni sekarang nilaiku semakin meningkat." Ucapnya sangat senang.
Ri Sa hanya tersenyum diam tanpa kata. Ia terus meletakkan minuman-minuman yang telah dipesan di meja itu. Dan di sisi lain, Choi Moo Gak yang duduk disamping adiknya itu merasa sangat canggung ketika mengetahui orang yang melayani mejanya adalah Lee Ri Sa, orang yang saat ini berhasil memasuki hatinya.
"Benarkah?" tanya Yoon Ham Mi.
"Untuk tingkat IQ, Oppa masih kalah jauh dengan Ri Sa Eonni. Prestasinya sangat luar biasa. Dalam dua bulan saja sudah dapat 3 piala tingkat nasional dan internasional." Puji Choi Mi Rae yang memang masih cukup polos.
"Berhenti membahasnya. Dia hanya seorang pelayan." Ucap nyonya Choi yang kelihatan sedikit terganggu dengan bahasan yang diucapkan oleh anak bungsunya itu.
Mendengar itu Lee Ri Sa merasa hatinya seperti disayat-sayat dan ketika selesai menghidangkan minumannya, Lee Ri Sa langsung bergegas pergi mengambil makanan yang telah dipesan.
"Eomma,.. kenapa harus mengatakan itu? Eomma tega sekali. Dia pasti sakit hati mendengarnya." Ujar Choi Moo Gak yang sedikit terpancing emosi.
Ucapan Choi Moo Gak masih terdengar jelas di telinga Lee Ri Sa yang baru melewati satu meja disamping meja nomor 17 yang membuat jantungnya semakin tak karuan.
Beberapa menit kemudian Lee Ri Sa kembali ke meja nomor 17 dengan mendorong hidangan-hidangan yang telah dipesan yakni masakan jepang menu spesial Hong Diamond hari itu. Ketika sudah sampai di meja itu, Lee Ri Sa melihat orang yang sangat ia kenal sudah duduk berhadapan dengan Choi Moo Gak. Ya dia adalah Yoon Yeom Mi yang mengenakan gaun warna hitam dan terlihat sangat berbeda dari biasa yang ia lihat di sekolah. Saat itu Yoon Yeom Mi terlihat seperti seorang putri dengan penuh keanggunan. Mereka berdua sempat bertemu mata ketika Lee Ri Sa meletakkan hidangan-hidangan itu di meja. Namun, tak ada sepatah katapun terucap di bibir mereka dan yang ada gemetar bibir Yeom Mi seperti ingin menyampaikan sesuatu perasaan tak enak pada sahabatnya itu.
"Appa (ayah),.. kenapa kita harus berkumpul disini? Kenapa tidak di tempat yang lain saja?" tanya Yoon Yeom Mi pada ayahnya.
"Kenapa harus tidak disini? Apa kamu merasa tidak nyaman disini, sayang?" tanya nyonya Yoon pada Yeom Mi.
"Ini adalah restaurant paling terkenal di Seoul dan Appa dari dulu sangat ingin mengajak kalian semua untuk semeja disini." Jawab Tuan Yoon.
Tanpa menjawab, Yoon Yeom Mi hanya menunduk seakan tak berani menampakkan wajahnya di hadapan sahabatnya yang saat itu sedang melayani keluarganya.
Melihat reaksi yang ditunjukkan Yoon Yeom Mi, Choi Moo Gak akhirnya angkat bicara, "Kenapa kamu nggak menyapanya? Bukankah kalian bersahabat?"
>> Part 8
Advertisement
- In Serial106 Chapters
Dungeon Core Chat Room.
This is a slower-paced "experiment and dungeon building" web novel that tries to use the idea of peer-to-peer communication with Dungeon Cores instead of Dungeon to slave monster communication to break up the detailed dungeon building. Rank 1 description: (minimum met for system initialization...detailed description as follows) Each race was given a system by the gods to make up for their shortcomings and balance their place in this world. Humans: Abysmally bad at understanding and using magic unable to use more than the lowest of magic were given the "Skill System" magic in the form of premade skills with use, study, and mastery tied to experience. Elves: Intuitively understand magic and have long lives leading to vast knowledge and skill in their chosen fields. However, as a species, they have nearly zero sex drive and less than low fertility, so they were gifted the "World Tree System" with experience gained through the care of natural areas – gifting the chance of children to increase their numbers without dirty copulation. All “natural” or “wild” monsters are given an "Evolution system" designed around killing and consuming as many creatures as possible, slowly increasing strength and, at thresholds, allowing mutations to alter them multiple times. Dungeon cores are different. Unlike humans, they can see, manipulate and live off mana. Unlike Elves, they naturally crystallize after extended periods of time in high mana level areas. However, they cannot easily move or communicate and typically go insane without companionship. As a species other than the odd eccentric they are unimaginative. Brute forcing solutions without the drive to truly innovate. Thus they have been gifted with the "Dungeon Connection System" a magical version of the internet accessible by their peers that allows them to barter and sell: bait, traps, monsters, and knowledge, as well as entertain each other with “adventure streams” using exciting recorded battles and humorous reels of arrogant chumps biting off more than they can chew to often fatal effects. This is the casual story of a dungeon unluckily spawned far from potential adventurers forced to innovate beyond its peers to find its place in this world. Rank 2 Description: Justification. I've been on a dungeon core kick for months and while I love the genre – it's sparse with entries. Often the forced conflict gets repetitive and frantic solving of threats "power levels" the protagonist to god levels to progress the plot – taking away the nice steady progression fantasy I'm looking for. (Progression in this story is linked to how strong of monsters/traps/whatever he can create not his "level"...this is demonstrated by some of his newer monsters beating his older monsters not with discrete "this monster has 10 attack this one has 40") Additionally, the focus on 3rd parties with their drama takes away from the reason I’m reading dungeon core novels in the first place – I'm looking for magical crafting, experimentation and kingdom building – not defence from higher and higher levelled enemies looking to steal/destroy/control the MC. This novel is kind of just me writing the story I wish I could read. I like thinking about the experimentation that can be done in fantasy settings using 'mana' as an excuse to make up rules and try to keep them internally consistent. IE once I define how a rule works, I'm going to commit to keeping it – no breaking hard truths I've given when it's convenient, even if it backs me into a corner. Hopefully, that should make the story interesting to read even if it's SOL and less action-oriented. There will be problems to solve and a clear progression in strength (of created monsters and knowledge) however due to not wanting to force conflict for the sake of conflict the general theme will be closer to slice of life with few action sequences and no overarching goal so please keep that in mind when picking this up as the genre is not for everyone. Finally, I have a clear goal of what I want from this story (not an endless romp but a series of arcs and then a conclusion that's a couple of dozen medium-sized chapters long) I want to commit to finishing it or at least bringing it to a point of rest. I hate all the engaging stories that stop with a “hiatus” indefinitely so in the event I lose motivation I'll work to end this even if the ending becomes rushed/unsatisfying just to give a sense of closure. I’m planning on including several polls in terms of direction and taking feedback heavily into account if I get enough readers (but may choose to ignore it if it deviates too far from the direction I want to take this as in feedback like: “The MC needs a cartoonishly evil arch-enemy that wants to enslave him and force the mc to pump out magic items” or “the MC needs to make a body and learn teleportation then live with humans” will get shot down without consideration.)
8 258 - In Serial295 Chapters
Legends of Gods. Tale of Vjaira.
In the Sarkcente Kingdom, in the south of the continent, the life of the King is nearing its end. The Royal Capital and the entire country slowly grow unstable. The many Royal Children are amassing power and allies, and shall soon engage in a life-or-death struggle for the crown. The four Great Families and the three Great Martial Schools will be forced to abandon their long-standing neutrality and choose their own sides. During the calm before the storm, the leader of one of the four Great Families decides to take in two common children and to the shock of everyone, officially adopts them and treats them with great favor. However, Tei’ru dies before long, leaving the two kids ostracized and alone within the family. As the major events in the Sarkcente Kingdom and on the entire continent start to unfold, the ten years old boy, Laien, is about to begin his epic adventure. (Read the brief introduction before you proceed to reading the chapters, thanks!)
8 202 - In Serial128 Chapters
Spirit King's Incarnation
I didn't know why I chose to save her. Was it to finally achieve something I could be proud of? Something was necessary in my other life. Change. I won't become the same person I was before. I reincarnated into another world of magic and fantasy. "I'll become the greatest mage in existence."
8 311 - In Serial13 Chapters
The Dragon & The Demon
Orenda Nochdifache-Firefist has sucessfully overthrown the Empress Xandra and broken the empire to allow the individual colonies to return to self-rule, as well as abolished the chattle slavery that had plagued the land- earning her the title of "Orenda the Reign Ender". The Knights of Order have officially won the war in a bloody revolution, putting an end to the three centuries of warfare under Xandra's leadership. No longer must people live in fear of Xandra's puppet, The Emerald Knight. But now Orenda must face the realities of her dream- the imaginary princess has become queen. And, she has a deadly secret she must keep in the form of a teenage Urillian boy who is not what he seems. Anilla is still on a never ending quest to find her dragon; her people beleive that every memeber of their tribe is born with a soul bonded dragon that exists somewhere in the world- and Orenda's little secret claims to have seen Anilla's soul before. Could he be the key to ending her quest? This work is a direct sequel to The Crimson Mage, and will obviously contain major spoilers for that work, so it might be a better place to start (though I will warn you that the first chapter of that story may be the worst thing I've ever written. Just power through it or encorage me to put up a second draft). It can be found here: https://www.royalroad.com/fiction/21654/the-crimson-mage/chapter/307763/chapter-1
8 95 - In Serial14 Chapters
Dungeon of Ideas
My name is Marshall Scott Law, I was a young rich bachelor who fell onto money when I inherited it from my Grandfather who died when I was twelve. For my inheritence I was given a little over one hundred million dollars. Instead of using the money to start a buisness I instead started to invest, after making some decent cash I decided to retire and live my life fishing. I died during a kidnapping gone wrong and when I thought all was lost I reincarnated as a dungeon. Sorry for the bad synopsis they just arent my forte. This is supposed to be a novel roughly based on a general guide while almost everything else will be decided by you the readers. I will make the first room but after that everything else is up to you guys.
8 201 - In Serial13 Chapters
All World Online
Damien Close, age 19, becomes a quadriplegic after an unfortunate car accident, losing all function of his body from the neck down. With his parents in shock and his best friend suffering from unbearable guilt, Damien finds himself without much support. Being unable to even take his own life, Damien struggles to get past each day, looking for something to live for. With every passing day, Damien becomes more solemn and impassive. Three months later, Damien has almost given up, but to his surprise something unexpected happens. He is given the chance of a lifetime; to take part in a study focused on researching the effects of VR games on quadriplegic patients. Authors Note: If you find that the dialogue from the prologue to chapter 5 seem to be not that smooth, I apologize for that, it was my first time writing a fanfic so the dialogue was not in a format that is ideal. However, due to reader comments and some research I will try to attempt to improve the dialogue from chapter 6 and onwards. I may or may not come back to edit the first few chapters since I would have to rewrite most of it and I would rather spend that time writing out more of the story.
8 132

