《Soul In Seoul》Soul In Seoul #part 5

Advertisement

Di SMA Dongjo tepatnya di kelas 2-2 semua siswanya masih di dalam ruangan meski gurunya sudah tidak ada. Saat itu, Kang Jung Tae berada di tengah-tengah ruang kelas berhadapan dengan Lee Ri An. Seperti biasa, suasana akan berubah memanas ketika mereka bertemu.

"Aku pastikan,.. mulai hari ini kamu dan Lee Ri Sa tidak akan punya nyali untuk melawanku. Losser!" kata Jung Tae dengan nada kasar.

"Kang Jung Tae,.. kamu tidak akan hidup tenang jika kamu tetap seperti ini. Jadi berhentilah mengganggu orang." Ri An sangat tenang menghadapi Jung Tae.

"Hmmm,... apakah kamu akan tetap setenang ini ketika semua orang melihat ini?" sambil mengeluarkan sebuah foto. Foto tersebut adalah foto 2 siswa siswi membawa piala juara 1 dan juara 2 lomba karya ilmiah tingkat nasional setahun yang lalu. Dalam foto itu mereka bersama 2 siswa siswi yang lain.

Melihat itu, Lee Ri An yang awalnya terkejut langsung berusaha untuk tetap tenang.

"Bagaimana ya jika semua orang tau, seorang Lee Ri An yang dielu-elukan karena IQ-nya itu telah membohongi banyak orang tentang identitas aslinya? Apakah mereka akan tetap memuji ataukah membuang pembohong ini?" lanjut Jung Tae.

"Foto itu tidak akan memberitahu apapun Jung Tae,.. jadi berhentilah sebelum kamu menyesal nantinya." Ucap Ri An tetap tenang.

Tanpa aba-aba, Kang Jung Tae yang emosi langsung mengangkat kerah Lee Ri An.

"Lihat baik-baik! Betapa miripnya kamu dengan salah satu orang yang ada di foto ini." mendekatkan foto itu ke wajah Lee Ri An.

"KANG JUNG TAE,.." teriak Lee Ri Sa yang baru sampai di kelas 2-2 SMA Dongjo.

Mendengar suara Ri Sa, Jung Tae langsung melepas kerah Ri An dan membalik badannya sehingga saat ini ia berhadapan langsung dengan Ri Sa.

"Besar juga nyali kamu, RI SA!" sapa Yook Ji Hyuk, salah seorang anak buah Kang Jung Tae yang saat itu berdiri disamping Ri Sa.

"Untuk apa kamu mengundangku kesini Jung Tae? Kejutan apa yang ingin kamu tunjukkan padaku? Apa kamu ingin mati sekarang?" berjalan mendekati Kang Jung Tae.

"Bukan aku yang mati sekarang Ri Sa,.. tapi Lee Ri An yang akan mengakhiri hidupnya. Hahaha,.." diiringi tawa khas merendahkannya.

"Kenapa Ri An Oppa harus melakukan itu? Bukankah kamu yang seharusnya melakukannya."

Kang Jung Tae tertawa dingin. "Apakah kamu akan tetap berani bicara ketika melihat ini?" mengangkat foto itu.

Sejenak ekspresi wajah Ri Sa berubah datar. Namun itu tidak berlangsung lama. Ia kembali ekspresi tenangnya. "Kejutan apa ini?"

"Liat baik-baik Ri Sa! orang yang kamu lindungi ini bukanlah kakak kamu. Dia bukan Lee Ri An. Dia adalah Romi Firmansyah yang dikabarkan menghilang."

Advertisement

"Di dunia ini kita diciptakan tidak hanya sendirian memiliki wajah seperti ini. ada sekitar 7 orang yang memiliki wajah yang sama. Jadi jika kamu menyangkut pautkan Ri An Oppa dan Romi Firmansyah, itu tidak akan ada artinya." ucapnya masih dalam ketenangannya.

Kang Jung Tae mengangkat kerah seragam Lee Ri Sa. "Jika kamu tidak percaya, silahkan cari tau sendiri. kesamaan Lee Ri An dan Romi Firmansyah apa saja. Wajah, Bakat, golongan darah dan IQ. Semua sama dan hanya identitas mereka yang berbeda." terpancing emosi ketika melihat ketenangan Lee Ri Sa yang masih tak goyah sedikitpun.

"Kenapa aku harus melakukan itu? Seharusnya sebelum kamu bertindak, kamu cari tahu dulu dengan detail sehingga tidak malah menjadi bumerang buatmu. Jung Tae,.. asal kamu tau ya,.. tidak ada alasan Ri An Oppa bukan kakakku."

"Apa kamu punya bukti? Bagaimana jika dia benar-benar bukan kakakmu? Bukankah itu akan membuatmu makin sakit hati nantinya?" tatapan menerkam ia suguhkan pada Lee Ri Sa.

"Untuk apa aku membutuhkannya? Itu tidak akan pengaruh. Ri An Oppa adalah kakakku. Dan kamu jangan macam-macam dengannya. Atau kamu yang akan menyesal nantinya." Tegas Lee Ri Sa.

Kang Jung Tae sangat marah mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Ri Sa, sehingga ia langsung mendorong Ri Sa sampai jatuh tersungkur menabrak loker yang ada di belakangnya dan naas, ada salah satu kursi jatuh tepat di atas punggung tangan kanan Ri Sa. Belum sempat Ri Sa menarik tangannya, Jung Tae sudah menginjak kursi itu sehingga tangan Ri Sa semakin terjepit. "A-aa-awww,.." rintih Ri Sa.

"JUNG TAE,.. Stop!" teriak Ri An yang ingin menghentikan Jung Tae namun langsung ditahan oleh anak buah Jung Tae.

"Lee Ri Sa,.. sayangnya kamu tidak dapat melakukan apapun. Kamu terlalu lemah untuk melawanku. Jadi berhentilah bertindak sok kuat. Losser!"

"Aaaah,.." rintih Ri Sa kembali ketika injakan Jung Tae semakin kuat.

Menghela nafas untuk mengendalikan emosinya, "Jangan meremehkan orang yang kamu anggap lemah. Bisa saja orang yang kamu anggap lemah itu sebenarnya orang yang paling kuat dan siap untuk membuatmu kehilangan segalanya." Ucap Ri Sa dengan masih menahan rasa sakit.

"Jangan hanya bicara! Kalau kamu memang bisa, buktikan!" tegas Jung Tae semakin menguatkan injakannya sehingga membuat tangan Ri Sa mengeluarkan darah.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Kang Jung Tae, Lee Ri Sa yang sudah terbakar emosi tetap berusaha untuk tenang. Meski sebenarnya tangan kirinya sudah mengepal erat hingga terlihat jelas urat-urat menghiasi kulit putihnya.

"Hanya inikah kejutan yang ingin kamu tunjukkan padaku?" ucapnya dingin dan tatapannya cukup menusuk siapapun yang melihatnya.

"Seperti ini aja kamu sudah kalah, gimana jika lebih?" Jung Tae semakin meremehkan.

Advertisement

"Apa kamu yakin?" semakin tenang.

"Ya. Losser!"

Menghela nafas dan diikuti membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Okey,.. terima kasih atas kejutan yang sangat membuatku terharu ini. Sebagai rasa terimakasihku, aku berikan satu kejutan buatmu. Sepertinya ini sudah waktunya. Semoga kamu menyukainya. Biar ku hitung. tiga,... dua,.. satu,.."

Saat tepat hitungan ke satu, semua ponsel yang ada di kelas itu langsung berbunyi karena ada sebuah pesan yang masuk ke ponsel mereka. Tanpa ragu mereka membuka pesan tersebut dan sebagian besar mereka langsung terkejut. Sebab pesan tersebut adalah sebuah video kompilasi kelakuan Kang Jung Tae ketika membully, berbuat onar dan juga berusaha melecehkan perempuan.

Saat mendengar suara pesan masuk tersebut Jung Tae sempat lengah dan itu membuat Ri Sa berhasil lepas dari injakan Jung Tae dan berdiri berhadapan langsung dengannya.

Kang Jung Tae menyeringai, "Kejutan apa ini? ini tidak akan pengaruh padaku,.. Losser!. semua orang di kelas ini sudah tau. Percuma." Sambil mendorong kepala Ri Sa ke belakang.

Hal itu membuat Ri Sa hampir terpancing ingin menggunakan kemampuan Karatenya namun ia tetap berusaha menahan sehingga ia hanya kembali mengepalkan tangan kirinya.

"Iya kamu 100% benar. Video itu tidak akan pengaruh buatmu ketika diterima oleh orang yang ada di kelas ini. tapi gimana jika video ini tersebar ke seluruh penghuni yayasan Jinhyang atau bahkan seluruh penduduk Seoul? Apa yang akan kamu lakukan Jung Tae? Apa kamu akan bisa lari?" ujar Ri Sa tanpa beban dengan tatapan golden eyes-nya tajam.

"Coba saja jika kamu bisa." tantangnya.

"Okey,.. tanpa kamu minta pun, kurang dari 10 menit lagi video itu otomatis akan diterima seluruh penghuni yayasan Jinhyang. Dan setelah itu kurang dari 1 jam akan diterima oleh seluruh penghuni Seoul. Aku bisa saja menghentikan timer-nya, asalkan kamu meminta dengan cara baik-baik dan kamu berjanji untuk tidak berbuat macam-macam pada SMA Meongso dan Lee Ri An. Arasseo? Nasibmu tergantung pada pilihanmu." Jelas Ri Sa yang menunjukkan tatapan menakutkan dari golden eyes-nya dan setelah itu langsung pergi dari ruang kelas 2-2 SMA Dongjo.

Melihat Ri Sa keluar, Ri An pun juga ikut keluar mengejarnya.

Di kelas itu suasana sangat berantakan. Meja, kursi dan buku-buku berserakan kemana-mana. Saat itu Heo Yoon Woo yang menyaksikan kejadian itu di bangkunya akhirnya angkat bicara, "Jung Tae,.. sepertinya kamu tidak bisa terus-terusan seperti ini. Semakin kamu macam-macam dengan Lee Ri Sa, kamu akan semakin jatuh nantinya. Ini salah satu contohnya. Mungkin kamu tidak akan pernah menyangka dia memiliki sesuatu yang akan membuatmu benar-benar menyesal karena tidak pernah mengindahkan perkataannya."

"Jadi kamu yang memberikan video ini padanya? Kamu sudah berani macam-macam padaku ya?!" berjalan mendekat ke arah Yoon Woo dengan emosi yang masih membara.

"Aku memang mendukung Ri An dan Ri Sa. Tapi selama ini aku belum pernah membantu mereka untuk melawanmu. Jika kamu berfikir dia mendapat video itu dariku, itu salah besar. Video itu bisa dia dapat dari mana saja dia mau. Itulah yang harusnya kamu waspadai. Terutama sungguh sangat disayangkan kamu berhadapan dengan orang yang tangannya sudah terluka dan masih dibalut perban namun justru kamu yang kalah darinya. Kamu bertindak terlalu kekanak-kanakan makanya kamu tidak akan pernah unggul darinya. And now, the losser is not them but it's you." ucapnya dengan sangat tenang namun benar-benar menusuk. Setelah itu dia langsung pergi dari kelas itu.

"Awas kalian!" ucap Jung Tae yang sangat emosi sambil memukul meja yang ada didepannya.

###

Sementara itu Ri An dan Ri Sa yang masih di teras SMA Dongjo diselimuti perasaan yang berbeda dari biasanya. Mereka belum pernah melihat perubahan drastis yang terjadi pada satu sama lain. Di hari itu seperti bukan mereka biasanya yang selalu hidup tenang dan damai melainkan berada dalam satu perseteruan melawan Kang Jung Tae dengan suasana penuh amarah itu.

"Apakah yang tadi itu benar-benar adikku yang biasanya?" sedikit bercanda namun dengan ekspresi datar.

"Kalau bukan, lalu siapa?" sambil terus berjalan di samping kakaknya.

"Aisshh,... sejak kapan kamu berani bolos dari jam sekolah? ini seperti bukan Ri Sa yang Oppa kenal." tegasnya namun masih dapat ia balut dengan sedikit nada bercanda.

"Oppa,.. bukankah, dulu saat masih di Indonesia aku juga sering bolos dari kelas? So,.. nggak usah heran deh. Dan nggak masalah apapun yang aku lakukan, yang penting sekarang Jung Tae tidak akan berbuat macam-macam lagi pada Oppa. Dan yang terpenting sampai saat ini, aku masih menjaga janjiku untuk tidak menggunakan kekerasan kan,..?" jawabnya ketus.

"Dan sejak kapan kamu punya temperamen seburuk ini? sering marah-marah bisa cepat tua." Canda Ri An sambil mengacak-acak rambut adiknya.

"Aku sudah menahan kemarahan semampuku jadi jangan komentar terus ah,.." gerutunya dan berjalan meninggalkan Ri An.

Ketika Lee Ri Sa belum terlalu jauh darinya, "Ri Sa-ya,.. tangan kamu tidak diobati dulu?" teriak Ri An.

"Nanti saja diobati. Gwaenchanh-ayo oppa,.." Ucapan Ri Sa terpotong ketika ia mendapat pemberitahuan pesan bahwa video itu terkirim ke semua penghuni yayasan Jinhyang. Ri Sa hanya senyum dingin dan berkata pelan, "Kurang dari 1 jam lagi. Apa dia yakin tidak akan memintaku menghentikan timer-nya dan membiarkan video ini disaksikan oleh seluruh penghuni Seoul? Sungguh saat yang kurang bagus untuknya."

>> Part 6

    people are reading<Soul In Seoul>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click