《Soul In Seoul》Soul in Seoul #Part 3

Advertisement

Bruk brak,.. bug bug,.. brak,.. dug,..... suara pertempuran itu terdengar jelas di sore hari itu. Satu per satu gengster itu tumbang dan tersisa satu orang yang membawa pisau yang akhirnya berhasil menyayat lengan kanan Ri Sa. "Awww,.." jeritnya pelan.

Melihat Ri Sa terluka, orang-orang itu langsung pergi tanpa membawa hasil rampokan.

"Ahjumma, gwaenchasimnikka? (Tante, apa anda baik-baik saja?)" tanya Ri Sa yang tidak memperdulikan luka di lengannya yang mengeluarkan banyak darah.

"Tangan kamu. Kita ke rumah sakit ya,.." Nenek itu terlihat masih ketakutan dan sangat khawatir pada Ri Sa yang terluka karena menolongnya.

"Gwaenchanh-ayo,.. ini hanya luka kecil saja. Rumah Ahjumma dimana? Apa perlu saya antar?"

Nenek itu hanya diam. Tiba-tiba muncul sebuah mobil warna hitam berhenti didepan mereka. Dari mobil itu turun seorang lelaki tinggi tegap, berjas dan berkaca mata hitam lengkap dengan alat komunikasi yang melekat di telinganya. Orang itu seperti bukan hanya seorang sopir, namun terlihat seperti bodyguard.

"Saya sudah ada yang jemput. Kamu ikut saya ya,.. biar lukanya cepat ditangani."

"Gomabseubnida!,.. geuleona, joesonghabnida,..(terimakasih,.. tapi maafkan saya,..) saya sedang buru-buru. Saya sudah telat masuk kerja. Ahjumma hati-hati ya,.. permisi,.." ucap Ri Sa yang langsung pergi dengan menahan rasa sakit luka di lengannya dengan darah masih tetap mengucur.

Ia mengobati lukanya di ruang ganti karyawan Hong Diamond dibantu oleh Heo Yoon Woo, seorang pekerja paruh waktu di tempat itu. Ia seorang atlit renang dan siswa di SMA Dongjo di tahun yang sama dengan Lee Ri An.

Keesokan harinya Lee Ri Sa sedikit kesulitan untuk memasak karena ia harus menggunakan tangan kirinya untuk memotong dan mengangkat peralatan masaknya, hal itu disebabkan luka tangan kanannya yang harusnya mendapat beberapa jahitan itu masih belum kering.

"Tumben lama banget masaknya,.." gurau Ri An yang baru muncul di dapur. Ia belum mengetahui tangan Ri Sa terluka dikarenakan Ri Sa menggunakan lengan panjang saat itu.

"Oppa mandi duluan aja,.. bentar lagi juga selesai ini masaknya."

"Yakin,.. nggak mau dibantu nih?" tiba-tiba Ri An memeluk Ri Sa dari belakang.

Lee Ri Sa sangat terkejut, "Oppa! lepasin nggak? Ini terlalu mesra. Nanti dikira kita bukan kakak adik lo,.." sedikit memberontak. Namun tiba-tiba, "Awww,.." luka itu tidak sengaja terbentur furniture didepannya.

"Tangan kamu kenapa?" yang langsung melepas pelukannya dan menyingkap lengan baju Ri Sa.

Ri Sa diam sejenak dan sedikit nyengir salah tingkah. Ya, saat itu dia sudah tertangkap basah telah terlibat adu tenaga. Tangan kirinya menggaruk belakang telinganya yang tak gatal tanda dia bingung harus bagaimana menjelaskan kejadiannya pada kakaknya itu.

"Kemarin ada orang yang ingin merampok seorang nenek dan tanpa pikir panjang aku menolongnya dan akhirnya rampok itu menyayat lenganku. Tapi ini nggak apa-apa kok kak,.. bentar lagi juga sembuh." akhirnya kata-kata itulah yang keluar dari mulutnya.

"Kamu lupa dengan janjimu? Jangan gunakan karate ataupun kekerasan yang lain. Liat ni tangan kamu jadi terluka gini." Sedikit kesal.

"Mian,.. aku nggak bisa diam gitu aja liat orang yang butuh bantuan. mian,.." menunduk.

"Ya udah deh,.. biar Oppa yang lanjutin masaknya. Kamu siap-siap sana." sambil mengambil pisau dan mengambil alih tugas pagi adiknya.

"Ne Oppa,.." pasrah menerima kekesalan Ri An.

###

Di sekolah para siswa SMA Dongjo dan SMA Meongso harap-harap cemas menunggu rilis hasil tes IQ dan tes Bakat yang telah mereka jalani 2 hari yang lalu. Tes tersebut dilakukan dengan sebuah alat yang lumayan canggih dan tanpa harus melakukan serangkaian tes yang panjang. Cukup dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas alat tersebut maka akan segera terlihat hasilnya.

Advertisement

Di hari itu siswa-siswi di yayasan Jinhyang mendadak langsung heboh ketika mengetahui SMA Dongjo merilis hasil tes tersebut lebih awal dibanding SMA Meongso. Pasalnya, rekor SMA Meongso sebelumnya yakni skor IQ 147 telah dipecahkan oleh SMA Dongjo. Biasanya setiap tahun hasil skor IQ tertinggi dipegang oleh SMA Meongso. Namun tes kali ini SMA Dongjo memegang rekor tertinggi yakni dengan skor IQ 182 dan dia memiliki bakat hampir di semua bidang. Siswa tersebut adalah Lee Ri An. Tidak ada yang menyangka ada siswa SMA Dongjo memiliki IQ setinggi itu.

"Daebak! (luar biasa!) IQ 182? Lee Ri An? Bakat di hampir semua bidang? Wahhhh,... SMA Dongjo berada di atas angin sekarang." Ucap salah satu siswa laki-laki dikelas 1-2.

"Bukankah selama ini IQ mereka selalu di bawah SMA Meongso. Ini kenapa malah yang tertinggi ada di SMA Dongjo?" timpal siswa lain.

"Jangan pesimis dulu. Kali aja tetap SMA Meongso yang tertinggi. Ini kan belum dirilis untuk yang SMA Meongso." Suara Choi Moo Gak menengahi. Seorang siswa laki-laki kelas 2-1 yang memiliki IQ tertinggi di yayasan Jinhyang sebelumnya yang tiba-tiba berdiri di tengah-tengah pintu depan kelas 1-2.

"Sunbae,.. (kak,.. *senior) mana mungkin ada yang punya IQ lebih dari itu. Skor 182 itu sangat jenius. Bisa dibilang tingkat mensa." sanggah salah satu siswi di kelas itu.

"Selama SMA Meongso belum merilis, maka SMA Meongso belum dinyatakan kalah." Yakin Moo Gak.

"Kalau SMA Meongso benar-benar kalah, bisa jadi SMA Dongjo akan semakin semena-mena pada kita."

Lee Ri Sa yang sedari tadi berusaha untuk tidur, merasa terganggu dengan suara ribut di kelasnya. Terutama dengan disebut nama kakaknya itu. Duduk di bangku pojok paling belakang, dengan posisi duduk tegak bersandar, melipat tangannya di depan perut dan memejamkan mata, itu sudah menjadi ciri khasnya saat jam istirahat di tengah keributan yang terjadi di kelas.

"Ri Sa-ya,.. bukankah Lee Ri An itu adalah orang yang kamu tolong dari Kang Jung Tae kemarin?" tanya Yoon Yeom Mi yang duduk di depan Lee Ri Sa.

Mendengar itu, perhatian semua orang yang ada di kelas itu langsung tertuju pada Lee Ri Sa yang akhirnya membuka matanya. Namun Lee Ri Sa hanya diam memandang ke seluruh penjuru ruangan. Ia melihat semua orang menunggu jawabannya.

"Kenapa diam? Iya atau bukan?" desak Yeom Mi.

Ri Sa hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.

Sontak itu membuat sedikit riuh suara siswa-siswa berbisik-bisik di ruangan itu.

"Kamu,.. ada hubungan apa dengan Lee Ri An?" tanya Yeom Mi.

Ri Sa diam sejenak. "Mungkin kamu bisa menebaknya dari nama." Kata-kata itulah akhirnya meluncur dari mulutnya sebelum beranjak pergi lewat pintu belakang.

Ketika Ri Sa sudah tidak terlihat, teman-temannya langsung menerka-nerka.

"Lee Ri An, Lee Ri Sa? Apa mungkin,.." gumam Yeom Mi.

"Apakah Ri Sa itu adalah adiknya Ri An? Jadi mereka bersaudara?" terka Choi Moo Gak yang juga akhirnya beranjak dari kelas itu.

Sementara itu di SMA Dongjo semua orang jadi segan terhadap Lee Ri An setelah hasil tes IQ dan tes bakat itu dirilis. Beda halnya dengan Kang Jung Tae yang semakin tidak suka terhadap Lee Ri An yang semakin dielu-elukan itu.

"Kamu fikir kamu sudah menang? Hasil tes itu tidak akan berpengaruh buatku. Apalagi ancaman dari adik kamu. Tunggu saja apa yang selanjutnya terjadi padamu. Lee Ri An." Ancam Kang Jung Tae yang saat itu berdiri di depan Ri An yang sedang membaca buku dibangkunya.

Mendengar itu, Ri An langsung berdiri menatap langsung ke mata Jung Tae. Merasa diremehkan, Jung Tae langsung kembali tersulut emosi.

Advertisement

"Berani ya kamu menatapku seperti itu." Ucap Jung Tae marah.

"Kenapa aku harus takut? Kamu fikir ketika aku diam, itu berarti aku takut sama kamu? Kamu salah besar Jung Tae,.." ucapnya ringan.

"Terus,.. kalau bukan takut lalu apa? Losser!!" umpatnya kasar.

Ri An senyum dingin. "Kang Jung Tae,.. dengar ya,.. emangnya kamu sudah siap untuk dipermalukan? Apa kamu sudah siap untuk dikucilkan? Kapanpun kamu siap, maka aku akan memperlihatkan seperti apa aku sebernarnya. Arasseo?"

Emosi Jung Tae semakin terpancing hingga ia menarik kerah seragam Ri An. "Coba saja jika kamu bisa. Coba kita lihat apa yang bisa dilakukan Lee Ri An dan Lee Ri Sa. Kalian hanya orang lemah. Losser!!" sambil mendorong Ri An hingga terduduk dan punggungnya membentur sandaran bangkunya yang membuatnya meringis tipis.

Setelah melakukan itu Kang Jung Tae langsung pergi dari kelas 2-2.

###

Di hari berikutnya SMA Meongso merilis hasil tes IQ dan tes bakat para siswanya. Langsung saja semakin heboh dengan hasil yang telah terpampang di website sekolah dan di papan pengumuman. SMA Meongso tetap unggul untuk tingkat IQ karena ada salah satu siswanya yang mempunyai skor IQ sebesar 193. Tidak ada yang menyangka ada orang yang memiliki IQ mencapai setinggi itu.

"Apa dia benar-benar manusia? IQ-nya 193? Bakat di semua bidang? Perfect." Seru Go Mi Jae di kelas 1-2 SMA Meongso.

"Pantas saja Ri Sa selalu memperoleh nilai sempurna meskipun dia di kelas tidur terus dan saat guru masuk, dia malah berkeliaran di perpus. Ternyata dia punya IQ setinggi ini." ucap Yeom Mi di kelas saat melihat website sekolah melalui ponselnya.

Saat itu Lee Ri Sa masih berada di perjalanan menuju sekolah bersama Lee Ri An naik bus.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Ri An karena sedari tadi Ri Sa hanya diam menatap ke arah luar jendela bus dengan fikiran kosong.

"Aku baik-baik saja kak,.. kakak nggak usah khawatir,.." tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yakin?" menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh selidik.

Ri Sa hanya mengangguk pelan.

"Ternyata kamu tetap tidak bisa bersandiwara di depanku. Aktingmu sangat sangat sangat buruk. Aku tau apa yang sedang kamu fikirkan. Kamu pasti sedang risau tentang hasil tes IQ itu kan?" tebaknya.

Menghela nafas sejenak, "Ketika semua orang mengetahui kita berbeda dari orang-orang biasanya, pasti mereka akan mencari tau lebih dalam tentang kita. Dan itu mau nggak mau identitas lama kita akan diketahui banyak orang. Apalagi wajah kakak tidak berubah sedikitpun dengan yang dulu. Pasti mereka akan langsung bisa menemukan identitas lama kakak." mengarahkan pandangannya ke Lee Ri An.

"Ri Sa,.. mereka tidak akan sejauh itu mencari tahu. Terutama di SMA Dongjo, mereka sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan otak mereka. Mereka lebih menggunakan emosi dan otot. Jadi tenang aja,.. mereka tidak akan sampai kepikiran tentang latar belakang kita sebelum kita ke korea. Ok?" yakinnya.

"Kakak yakin? Ya,.. sebenarnya aku juga tidak apa-apa jika memang mereka tau tentang masa lalu kita. Lagipula kita sedang di korea dan bukan di Indonesia. Iya kan?" menghela nafas berat lagi.

"Okey,.. kamu ada benarnya. Kita memang sedang bukan di Indonesia. Tapi kita tetap harus menjaga rahasia ini. jika memang tidak terlalu mendesak, jangan sampai mereka tau." ungkapnya meskipun dengan sedikit dengan nada keraguan.

Tak lama kemudian,.. "Kita sudah sampai kak,.." ucap Ri Sa ketika sudah melihat halte di dekat sekolah mereka.

###

Suasana di kelas 1-2 SMA Meongso yang awalnya riuh membicarakan Lee Ri An dan Lee Ri Sa, langsung hening ketika Lee Ri Sa masuk ke kelas itu. Semua mata memandangnya sejak Ri Sa baru memasuki pintu depan kelas. Ri Sa yang bingung dengan sikap teman-temannya itu, hanya diam dan langsung menuju bangkunya.

"Ri Sa,.. jadi ini rahasia yang kamu sembunyikan dari kami." Tanya Yeom Mi yang duduk didepannya.

"Rahasia apa maksud kamu?" tanyanya datar.

"Kenapa kamu nggak pernah cerita, Lee Ri An adalah kakak kamu. Dan kenapa kamu nggak pernah bilang juga kalau kamu punya kemampuan melebihi dia."

"Yang penting sekarang kalian sudah tahu kan, jadi untuk apa aku menjelaskannya lagi." Lebih sedikit lembut dengan diiringi senyuman.

"Aissshh,.. kadang aku bingung dengan sikapmu ini. kamu bisa lembut, manis, hangat,.. dan tak berapa lama kemudian bisa berubah dingin, kasar dan temperamen buruk lainnya dalam sekejap. Apa kamu punya kelainan ya?" canda Yeom Mi.

Wajahnya berubah datar, "Kelainan? Maksud kamu Dissociative Identity Disorder gitu? Aishh,.." dengan nada kasar.

*Dissociative Identity Disorder (DID) dikenal dengan gangguan kepribadian ganda. DID merupakan salah satu sekelompok kondisi yang disebut Gangguan Disosiatif; amnesia, fugue, depersonalisasi dan gangguan identitas disosiatif (Dissociative Identity Disorder). Gangguan disosiatif merupakan penyakit mental dengan gangguan kerusakan memori, kesadaran, identitas dan persepsi.

"Hmmm,.. itu salah satu contohnya. Tadi kamu bisa bersikap manis, terus sekarang tiba-tiba bisa bersikap kasar seperti itu." Yeom Mi menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ri Sa hanya tersenyum.

"Tapi dari sekian banyak sikap anehmu itu, satu yang membuat aku salut sama kamu."

"Mwonde? (apa itu?)"

"Keberanian kamu menghadapi Kang Jung Tae. Selama ini tidak ada yang berani melawannya. Menahan serangannya aja nggak ada yang berani."

"Jinja? (benarkah?) Tak ada satu pun?" tanyanya tak percaya.

"Iya. Sebenarnya dulu pernah ada yang mencoba melawannya, tapi baru beberapa hari dia memberanikan diri, akhirnya dia keluar dari SMA Dongjo karena tidak ada yang mendukungnya. Emmm,... sekarang aku minta sama kamu untuk selalu berhati-hati sama dia. Aku nggak mau aja kamu jadi korban dia selanjutnya." Saran Yeom Mi.

"Kalau memang dia menjadikanku korban selanjutnya, itu berarti dia salah pilih korban. Itu aja pada intinya. Sekarang yang aku khawatirkan hanya satu. Keselamatan Ri An Oppa."

"Iya juga sih,.. mereka berada dalam satu kelas. O ya,.. kenapa Lee Ri An memilih SMA Dongjo dibanding SMA Meongso?. Kalau dilihat dari kemampuan Akademisnya dia sudah pasti bisa masuk ke SMA Meongso." sambil menerawang dalam angannya.

"Karena dia tidak ingin mensia-siakan hobi atletiknya. Dia juga sebagai atlit lompat tinggi profesional saat di Indonesia dulu. Makanya dia memilih SMA Dongjo." jawab Lee Ri Sa.

"Tapi karena dia masuk di SMA Dongjo, itu berarti dia telah mensia-siakan IQ yang dimilikinya itu. Sayang sekali." menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya begitulah. Karena itu jugalah dia melarangku mengikuti dia untuk masuk ke SMA Dongjo."

Mendengar itu, Yoon Yeom Mi langsung mengangkat alisnya, "Mengikuti dia ke SMA Dongjo? Emangnya kamu atlit?" tanyanya penasaran.

"Seharusnya kamu juga sudah mengira. Dari hasil tes IQ dan bakat yang baru dirilis itu kan sudah ketahuan aku bisa masuk dimanapun aku mau." jawabnya ringan.

"Iya sih,.. bakat di semua bidang. Aku iri sama kamu." Yeom Mi menunduk malu.

"Apa gunanya bakat kalau tidak dilatih." Jawabnya sebal.

>> Part 4

    people are reading<Soul In Seoul>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click