《-LUCKY BASTARD-》-TRUST-

Advertisement

Masashi Kishimoto

Lavendark

Hurt, Romance, Drama

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hinata...."

Sasuke memandang kosong pintu ruangannya. Hinata baru pergi beberapa detik yang lalu, yang secara sepihak membatalkan pernikahan dadakan mereka, Sasuke hancur! sangat hancur!. Kenapa Hinata melakukan ini padanya? Setelah membuatnya melayang dan naik setinggi langit, dirinya harus rela Hinata hempaskan sampai sekujur tubuh terasa sangat remuk.

Tangannya mengepal. Dan tak terasa, air mata mulai keluar, Sasuke akan menjadi sangat beremosi jika itu menyangkut Hinata. Sasuke sedikit depresi, dan tanpa sadar mengoyak semua barang barang diatas meja, terbanting dan menimbulkan suara yang nyaring.

Saat pintu ruangannya terbuka, ada harapan dalam benaknya jika Hinata kembali, namun yang dirinya lihat adalah perempuan dengan rambut pinknya.

"Sasuke-kun!" suara Sakura sedikit melengking, rasa khawatir timbul saat melihat Hinata menangis tadi. Apa mereka bertengkar hebat? "ya tuhan... apa yang terjadi?" Sakura semakin histeris saat melihat darah mengucur dari tangan Sasuke.

"dia membatalkannya...." Sasuke bergumam tidak jelas, meski begitu Sakura masih bisa menangkap maksudnya. 'membatalkan pernikahan' itu adalah alasan paling logis untuk menjelaskan keadaan saat ini. "tidak! Dia pikir bisa membuangku begitu saja??..... ini tetap dilanjutkan" nafas Sasuke memburu, pertama kalinya Sakura melihat Sasuke yang marah dan kacau secara bersamaan. Ketika Sasuke akan melangkah, Sakura menghalanginya

"Sasuke-kun... obati dulu tanganmu.... Kau kacau!" Sakura menghadangnya, dan itu membuat Sasuke tambah marah.

"minggir" Sakura masih tetap diam menghalangi pintu. "kubilang minggir!" dan bentakan Sasuke berhasil membuat nyalinya ciut. Sedikit bergeser dan Sasuke berjalan keluar, namun begitu Sakura tetap tidak menyerah. Sasuke sedang tidak bisa berfikir jernih.... Setidaknya Sakura ingin dia tenang dulu.

"tenangkan dirimu Sasuke-kun" meraih tangan Sasuke, dan sedikit menariknya.

"kubilang lepaskan! Brengsek!" Sakura terhempas, mata emerald itu membola. Ini adalah pertama kalinya seorang Uchiha Sasuke marah besar. Nafasnya memburu, dadanya naik turun, Sakura bisa tau sekacau apa sekarang Sasuke.

Tangannya mengepal. Dalam hati, Sakura sangat iri terhadap Hinata...... melihat ini, Sakura tau, betapa berartinya seorang Hyuuga Hinata untuk Uchiha Sasuke.

"gomen" suara berat itu sedikit parau, merasa bersalah Karena telah berlaku kasar pada seorang perempuan. suaranya terdengar sangat putus asa. Sasuke melepas jas putihnya.... Memandang Sakura dengan tatapan sendu "aku pergi". Saat Sasuke melangkah pergi, saat itulah air mata jatuh dari mata emeraldnya, mata yang biasanya bersinar... sekarang sangat menyendu.

"Aku tidak akan pernah punya kesempatan" bisiknya parau.

.

.

.

...

.

.

.

Penolakan lagi-lagi diterimanya saat berkunjung langsung ke kediaman Hyuuga. Sasuke langsung memesan tiket pesawat untuk kesini... sialnya, pesawatnya sedikit delay dan dia harus dengan sambar menunggu.

Hinata menolaknya, dan Sasuke sama sekali tidak menyerah. Mengatakan pada gadisnya jika dia tidak akan pulang sampai si gadis memberikan alasan kenapa pernikahan ini dibatalkan.

Dan Sasuke akan mematahkan semua alasan itu agar bisa melanjutkan pernikahannya.

Sasuke butuh Hinata.

Angin malam menusuk ke tulangnya, matanya sedikit perih dan ingin memejam,.... Berusaha melawak kantuknya. Sungguh, Sasuke sangat Lelah,... dari kemarin Sasuke harus melayani banyak pasien.

Sasuke sangat berharap jika dirinya pingsan dan akan dibawa masuk oleh keluarga Hyuuga, berbicara baik-baik di dalam bersama Hinata,... dan membuat semua seperti sedia kala. Sasuke tidak peduli bagaimana tubuhnya gemetar karena dingin.... Apapun akan di lakukannya agar Hinata mau kembali padanya.

Toh meski itu hanya rasa kasian dan bukan cinta, Sasuke tidak peduli.

Sasuke harus tersenyum kecut menatap perempuan di depannya. Memandangnya dengan pandangan angkuh dan kesal. Semalaman Sasuke menunggu diluar dan berharap Hinata menyambutnya dengan hangat saat pagi menjelang hanyalah khayalan belaka. Kenyataannya sang adik yang Sasuke tau bernama Hanabi lah yang membukakan pintunya. pandangan tajam mata sang wanita sama sekali tidak membuat Sasuke takut.

Sasuke hanya mau Hinatanya.

"kau mau mati sia-sia? Hah?" obrolan awal yang menyakitkan.

"aku tidak peduli" dan jawaban yang malah membuat Hanabi mendengus kesal.

"kakakku sama sekali tidak mau menjelaskan permasalahan kalian... kau boleh menjelaskannya, jika kau tidak salah... maka akan ku paksa kakakku menikah denganmu" ucapan itu sama sekali tidak membuat Sasuke senang... kenyataannya Hanabi hanya ingin mengorek informasi untuk menyudutkannya dan mengusirnya.

Advertisement

"dia membatalkan pernikahan secara sepihak tanpa alasan" toh meski begitu, Sasuke tetap meladeni pertanyaan Hanabi.

Hanabi terkekeh meledek. "oh ayolah Uchiha... aku mengenal kakakku dengan baik! Dia punya alasan dengan keputusannya, dan kupikir kau adalah tipekal lelaki brengsek yang egois" perkataan Hanabi tidak lah salah,,.... Pun dengan perkataan Sasuke. bahkan Sasuke bingung alasan Hinata membatalkannya secara sepihak.

"aku... juga tidak tau alasannya" mata onyx itu menyendu, membuat Hanabi yang melihatnya sedikit iba, ditambah dengan penampilan kacau si pria, membuat Hanabi sukses memandangnya seperti pengemis.

"haaaahhhh...... percaya atau tidak, tindakanmu ini hanya menyakitinya" Hanabi mengalah... Sasuke sukses mendapatkan simpatinya.

"aku juga tersakiti"

"kau mencintai kakakku?" Sasuke hanya mengangguk. Tidak perlu dijelaskan lagi, Sasuke amat sangat mencintai Hinata. "aku kurang yakin.... Dibanding kau mencintai kakaku, kau lebih mencintai dirimu sendiri..... dan itu tidak cocok untuk kakakku yang selalu mengedepankan orang lain dibanding dirinya sendiri" lanjutnya

"aku tidak mengerti" kepalanya mulai pusing, bukan karena perkataan Hanabi, Sasuke tentu bisa menangkap ucapannya,.... Sepertinya Sasuke benar-benar butuh tidur.

"kau tau definisi dari mencintai?" Sasuke diam dan itu membuat Hanabi lagi-lagi menghela nafas "mencintai adalah ketika seorang yang bahagia melihat orang yang dicintainya bahagia...

... kau tau, jika kau mencintai kakaku, maka kau bisa merelakannya. Jika kau tidak bisa merelakannya, maka artinya kau hanya mencintai dirimu sendiri... kau hanya memikirkan kebahagiaanmu sendiri" Sasuke tertegun. Tidak menyangka jika perempuan yang lebih muda di depannya ini bisa berkata demikian. benar, Sasuke memang egois, tapi tak bisa menampik juga jika dirinya mencintai Hinata.

"aku bisa membuatnya bahagia..." Hanabi mendengus.

"tapi kau lihat! Kakakku sama sekali tidak bahagia sampai saat ini" mata putih itu menatap tajam Sasuke, merasa Lelah dan harus mengakhiri ini, jika Sasuke masih waras maka Hanabi yakin dirinya akan mengalah dan pergi dari tempat ini. "kau tau.. apa yang dibutuhkan dalam membangun rumah tangga?"

Cinta. Itulah jawaban yang Sasuke tau.

"kakakku pernah mengatakan ini padaku,,.. cinta bukanlah hal yang paling penting dalam pernikahan..." Sasuke diam, Hanabi seperti membaca pikirannya. "kepercayaan, itulah yang terpenting dalam pernikahan" sebelum Hanabi menetapkan untuk menerima lamaran Konohamaru, sang kakak Hyuuga Hinata, memberikan beberapa wejangan dimana mereka harus mengedepankan rasa saling percaya, dari itu.. mereka akan tau apa yang disebut kasih sayang dan cinta.

Kali ini Sasuke benar-benar diam seribu bahasa, bahkan matanya sudah merunduk malu. Balas dendam? Bisa-bisanya dirinya mengatakan hal itu pada Hinata.... Bukan Hinata, melainkan hatinyalah yang kotor, masih berfikir dalam ketakutan jika Hinata membenci dirinya sampai saat ini. "aku mencintainya.... Sangat! Kenapa dia tidak percaya itu?" nadanya serak, Sasuke benar-benar di ambang batas kehancuran.

"kenapa tanya aku?" Hanabi jengkel. Kakaknya sangat penutup.,... bahkan Hanabi sama sekali tidak tau bagaimana perangai pria didepannya ini. Yang Hanabi tau adalah, mereka sempat pacaran saat Hinata kuliah di Konoha. Lalu putus. "kau lah yang paling tau kenapa kakakku tidak percaya padamu! Coba kau berkaca pada masa lalumu... dan jika kau menyadarinya, maka hargai keputusan kakakku untuk tidak Bersama dirimu"

Masa lalu.

Itulah jawabannya.

Masa lalu menyedihkan seorang Hyuuga Hinata hanya karena cinta sepihaknya.

Hanya karena seorang laki-laki brengsek yang memberinya sebuah harapan.

Harapan kehancuran.

Hanabi sedikit terkejut ketika melihat bahu kokoh itu bergetar. Menyedihkan. Dengan melihatnya saja, Hanabi bisa tau bagaimana pria di depannya ini sangat mencintai kakaknya, dan sayangnya kakaknya terlalu bodoh dan pengecut untuk menghadapi ini semua.

"Kumohon...." Sasuke menunduk, Suaranya tersendat dan parau "kumohon bujuk dia...... aku tak bisa jika tanpanya..." air mata itu menetes. Memalukan saat Sasuke harus menangis di depan orang lain. Tapi dia tidak bisa mengendalikan emosinya, masa lalunya dengan Hinata,... selalu membuat tubuhnya merinding, kaku dan rapuh.

Hanabi iba. Benar-benar iba pada pria di depannya. "tidak sekarang... kau tau, jika aku membujuknya sekarang, maka jawabannya akan sama....

Advertisement

Aku akan membujuknya beberapa hari lagi sampai kakaku benar-benar bisa berfikir....

Sekarang, kau pulanglah... kau juga harus berfikir"

Berfikir? Sasuke tidak yakin dirinya bisa berfikir dengan baik kali ini. Sungguh... sekarang rasanya sangat berbeda dibanding dengan beberapa tahun belakangan. Tapi meski begitu, Sasuke memilih mengalah. Mengenyampingkan egonya dan berusaha merelakan Hinata.

Entah bagaimana hidupnya setelah ini.

.

.

.

...

.

.

.

Itachi memijit keningnya, menatap pemandangan yang cukup menyedihkan. Ini baru tiga hari setelah Sasuke menyatakan akan menikah lewat ponsel, membuatnya hampir terkena serangan jantung.

Dan sekarang? Oh sepertinya tidak semulus yang diharapkan.

Adiknya yang terkenal rapih, malah jadi seperti ini.... Apartemennya seperti kapal pecah.

Bukannya sang adik ingin menikah beberapa minggu lagi? Dan lihat botol-botol minuman kosong yang berserakan dimana-mana? Adiknya mau mati dalam keadaan mabuk?

"Sasuke, berhenti menyakiti dirimu! Ayolah....." Itachi mengangkat tubuh adiknya yang duduk di ubin, dan memindahkannya ke atas Kasur "bahkan kau sudah tercium seperti alkohol"

"dia membatalkannya..... buat apa aku hidup?" gumaman tidak jelas sang adik membuat satu alis Itachi terangkat.

"kau di buang?" pertanyaannya hanya di respon dengan gelengan tak tentu arah dan dengungan yang benar-benar tidak Itachi mengerti. Itachi memandang sendu adiknya, tak menyangka jika dia bisa sehancur ini hanya karena seorang wanita. Dari sini Itachi tau, Sasuke tersakiti.... Pernikahan yang di elu-elukan kini kandas tak tersisa, sekarang Itachi harus mencari tau alasannya..... tapi bukan dengan Sasuke, mengajak orang kacau bicara.. tidaklah baik. Sebaiknya Itachi menemui calon adik iparnya langsung. "ck!.... dasar! Berikan aku alamatrnya!" dengkuran halus membuat Itachi makin berdecih. Lebih baik berbicara dengan anjing yang menggonggong dari pada dengan manusia yang mabuk.

Adiknya tidur,... membuat Itachi harus mengobrak-abrik barang sang adik demi secarik alamat perempuan.

"kau berhutang banyak padaku... baka!"

.

.

.

...

.

.

.

Hinata menggigit bibirnya, berada dalam satu taxi dengan orang yang secara tidak langsung menyeretnya.

Kakaknya Sasuke. yang memperkenalkan diri dengan nama Uchiha Itachi. Hinata dipaksa untuk mengantarnya ke bandara, mendengar hal-hal yang akan dibicarakan didalam taxi. Tentu saja Hinata menolaknya, tapi ketika laki-laki itu memohon,... Hinata jadi tidak tega.

"aku ingin membicarakan sesuatu tentang Sasuke, tapi sekarang aku sedang buru-buru.... Bagaimana kita bicara di jalan menuju bandara? Uang transport... aku yang trakti"

Dengan berat hati Hinata menyetujui itu, toh... dirinya juga tidak ada kesibukan,... lagipula Hinata sedikit khawatir dengan Sasuke. mungkin dia akan lega jika sudah tau kabar tentang mantannya itu. jujur saja,.... Saat pulang dari sini, Sasuke sudah terlihat kacau.

"sepertinya kau sedang ada masalah dengan adik ku ya?" kalimat pertama semenjak 10 menit yang lalu mereka menaiki taxi. Hinata hanya mengangguk lemah. Berminat tapi ragu. Itachi hanya tersenyum tipis "kupikir adiku sedikit gila saat mengatakan akan menikah dalam hitungan hari....." Itachi menjeda, berusaha mengingat pembicaraannya dengan sang adik melalui telfon "Tapi, dibanding dengan berita pernikahan... aku lebih terkejut dengan suaranya" Hinata mendongkak, melihat Itachi yang tersenyum tipis kearahnya. "kau tau? suaranya lebih hidup dari beberapa tahun belakangan"

"ke-kenapa?" pertanyaan itu membuat Itachi terkekeh.

"Aku juga tidak tau.... tapi ku pikir, ini ada kaitannya dengan rencana pernikahannya" Hinata mengerutkan keningnya. Hinata masih tidak mengerti. "kau mantannya Sasuke kan?" lagi. Hinata hanya mengangguk ragu.

"Sasuke tidak pernah mengatakan apapun padaku, bahkan aku baru tau dia punya mantan bermarga Hyuuga..." Hinata diam, mungkin karena terlalu menyakitkan sehingga Sasuke tidak cerita apapun kepada keluarganya mengenai pacar yang tidak diharapkannya. "apa dia pernah menyakitimu dulu?" pertanyaan yang membuat Hinata meremas roknya.

"entahlah...." Jawabannya terdengar sedikit getir dan ragu ditelinga Itachi. Entahlah... Hinata rasa Sasuke tidak pernah menyakitinya,... justru dirinya lah yang menyakiti dirinya sendiri, bertahan dan menganggap semua baik-baik saja.

"Dulu, setiap aku pergi... Sasuke selalu memintaku untuk membelikannya oleh-oleh. Tidak terlalu sulit, jika aku menemukannya di toko-toko, aku diminta untuk membelinya" perkataannya menggantung, membuat Hinata bingung, kemana berlabuhnya pembicaraan ini.

"Gantungan sushi.... Aku tidak mengerti kenapa dia mengoleksinya dalam jumlah banyak dengan model yang sama.... Apa kau bisa menjelaskannya padaku?" wajah yang dibuat polos itu membuat pipi Hinata merona. Teringat kata-kata Sasuke saat mereka bertemu dibandara. Saat itu Sasuke berkeluh kesah tentang penyesalannya. "aku melihat banyak sekali keraguan dalam matamu....... Apa kau mau menceritakannya padaku?" pertanyaan Itachi yang secara tiba-tiba, membuyarkan lamunan Hinata.

Hinata mengendikan bahunya, kepalanya menunduk,... merasa malu dengan lelaki yang sudah bersuara lembut padanya "Aku.... Aku hanya takut jika aku akan menyakiti diriku sendiri" ada jeda yang dibuat oleh Hinata "....seperti dulu" lanjutnya.

Awalnya Itachi berfikir jika gadis inilah yang menyakiti adiknya, namun saat pertama kali melihat Hinata, Itachi tau... banyak ketulusan yang terpancar dari mata gadis ini. Dibanding adiknya, Itachi justru lebih percaya terhadap kebaikan gadis ini.

Itachi tersenyum. Tebakannya benar, Sasuke pernah menyakiti gadis ini. Dari dulu Itachi selalu bisa melihat perubahan sang adik. Mulai dari kesal, kemudian berubah menyesal, kemudian beberapa hari lalu senang, dan sekarang hancur. Dan wanita yang duduk disampingnya lah yang menjadi pemicunya.

Itachi bisa tau, jika Hinata,.. sudah menjadi poros seorang Uchiha Sasuke.

"sekarang dia sangat kacau,... dia seperti mencoba bunuh diri secara perlahan.....

.... Aku tidak akan memaksamu, Hinata.... Tapi aku juga tidak akan memberikanmu pilihan....

..... kembalilah pada Sasuke"

.

.

.

...

.

.

.

Sasuke bangun dengan kepala pusing, sudah dua hari Sasuke tidak makan dengan benar. dirinya hanya minum-minum dan makan makanan instan. Suara bel mengganggu tidurnya. Dengan terhuyung, Sasuke berjalan mendekati pintu.

Mata onyx itu membulat saat membuka pintu dan melihat wanita yang berdiri didepannya.

"hi-Hinata?" Sasuke berjengit kaget, tanpa berfikir Panjang, Sasuke memeluknya erat... tidak ingin membiarkan wanita itu pergi lagi darinya. Tidak akan.

Si wanita memberontak pelan.... Lalu kata-kata dari mulutnya membuat Sasuke tersadar.

"aku bukan Hinata! Ini aku Sakura.... Kau benar-benar kacau!" Sasuke menjauhkan tubuhnya. Warna indigo itu tergantikan dengan warna merah jambu.

"Sa-Sakura? Sedang apa disini?" sedikit memundurkan tubuhnya... Sasuke benar-benar sudah berhalusinasi.

"apa maksudmu menyerahkan surat pengunduran diri?! Kau hampir membuatku jantungan! Padahal aku sudah membiarkanmu cuti beberapa hari!" ya.. Sakura mendatangi Sasuke karena Sakura cukup terkejut mendapati surat pengunduran diri dari Sasuke, untung saat itu Sakura memeriksa berkas-berkas masuk... tanpa memberikan itu pada atasan mengenai surat pengunduran diri Sasuke, Sakura menyimpannya... dan meminta pendapat Sasuke perihal tersebut, dan juga Sasuke tidak bisa cuti berlama-lama,... Sakura ingin meminta kepastian waktunya. Dan sekarang disinilah dia, memandang sendu sang pujaan dengan kondisi yang mengenaskan.

Apa Sasuke sudah menyerah?

"a-aku..." kalimat Sasuke berhenti. Matanya mulai berkunang-kunang. Lagi, bayangan Sakura berubah menjadi Hinata.,... dan setelahnya hanya gelap yang dia rasakan. "Hi-Hinata?"

"Sasuke-kun!"

.

.

.

...

.

.

.

"apa kau mau menemaniku pergi ke Konoha?" pertanyaan yang membuat Hinata sedikit terkejut. Apa-apaan? Bukankah dirinya hanya minta diantar sampai bandara? kenapa sekarang malah ngelunjak?

"aku tidak bisa..." jawaban tanpa ragu sama sekali, membuat Itachi sedikit meringis.

"oh ayolah... adik ipar! Aku sudah membeli dua tiket pesawat"

Licik. Hinata membatin. Dan apa? Adik ipar... oh padahal Hinata masih belum mengambil keputusan. Lupakan itu, lagipula... Hinata masih berpakaian ala kadarnya! Mana bisa dia ikut.

"10 menit lagi akan penerbangan.... Kita tidak punya banyak waktu" Itachi mendesak dan tergesa-gesa, membuat Hinata jadi kelabakan.

"a-aku ti-tidak bisa!"

"kau sudah berjanji akan berbicara baik-baik dan menyelesaikan ini dengan adiku" Itachi mendesis, dan merajuk... membuat Hinata ikut kesal dibuatnya.

"tapi tidak hari ini...."

"oh ayolah.... Kau tau, aku punya firasat jika Sasuke akan bunuh diri malam ini" Hinata membelalak.... Apalagi saat dirinya sadar jika pergelangan tangannya sudah ditarik.

Hinata diseret secara paksa.

Hinata memberontak, dan cengkraman Itachi makin menguat. Saat amethis itu sadar menjadi bahan tontonan banyak orang, saat itulah Hinata memilih mengalah.... Dan ikut berjalan.

... lagipula, cepat atau lambat, dirinya harus menyelesaikan ini.

Melihat respon Hinata yang penurut, Itachi tersenyum tipis. Wanita tidak enakan seperti Hinata sangat mudah untuk dijinakan.

.

.

.

Butuh beberapa jam untuk mereka sampai di apartemen Sasuke, Hinata sedikit melongo melihat apartemen yang sudah dipastikan berharga selangit. Penghasilan dokter hebat memang tidak main-main. Tempat tinggial Neji saja tidak sebagus ini.....

Itachi yang memang sudah hafal dengan kodenya, dengan mudah nya bisa masuk. Saat masuk, wajah itu sedikit mengernyit melihat seorang perempuan asing sedang memunguti pecahan-pecahan botol.

    people are reading<-LUCKY BASTARD->
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click