《-LUCKY BASTARD-》-THINK AGAIN-

Advertisement

Masashi Kishimoto

Lavendark

Hurt, Romance, Drama

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ha-Hanabi? Ma-Maru-kun?" Hinata dikejutkan dengan kedatangan kedua pasangan malam ini. Memang jika Hanabi juga salah satu penghuni kediaman Hyuuga, hanya saja yang membuat Hinata terkejut adalah kedatangan mereka berdua yang tidak sesuai jadwal.

"Kau bilang baru minggu depan sampai kerumah?" lanjut Hinata. Hanabi hanya menanggapi pertanyaan sang kakak dengan cengiran bodohnya.

"Dia memaksaku untuk ikut!" Konohamaru memperlihatkan ekspresi kesal sambil menunjuk sang tunangan dengan jempolnya. "oh sial! Bahkan aku harus meninggalkan pekerjaanku" lanjutnya lagi. Membuat Hanabi ikut mencabik kesal.

"Urusai! kau harus menemaniku di sini...." Sedikit menendang kaki Konohamaru dan membuatnya meringis kesakitan.

"Hanabi! Sopanlah sedikit pada calon suamimu" niat Hinata hanya untuk menasihatinya, namun lihat ekspresi yang ditampilkan adiknya ini, bukannya rasa bersalah, malah tampang bodoh dengan sedikit ekspresi sindiran yang diperlihatkan Hanabi untuk sang kakak.

"Calon suami ya... hemmm... kau mau pamer?" merasa sedikit risih berbicara didepan pintu, Hanabi berjalan mendahului Konohamaru dan sedikit menyenggol pundak sang kakak.

Dasar adik pembangkang.

"A-apa?" Hinata berbalik, memandang Hanabi yang sudah duduk di sofa.

"kau tau betapa terkejutnya aku ketika ayah mengabarkan kalau kau akan menikah dua minggu lagi?" ucapnya sambil memperhatikan kuku-kuku tangannya. Cantik dan mengkilap seperti biasanya. "kupikir ayah sedang memainkan lelucon dibulan April.... Tapi aku ingat jika sekarang adalah bulan November" mendengarnya membuat wajah Hinata memerah.

Tatapan Hanabi seperti mengatakan 'kau sedang kongkalikong menikah ya?!'

"selamat ya, Hinata....." Konohamaru dari belakang menepuk pundah Hinata, lalu mengangkat dan membawa tas Hanabi. Sedangkan Hinata hanya mengangguk malu.

"panggil dia Hinata-nee... baka!" Hanabi sedikit cemburu "kau berutang banyak penjelasan padaku nee-sama"

Hinata yakin, malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya menjelaskan apa yang terjadi. Meski begitu Hinata senang, dengan kedatangan Hanabi sore ini.... Dirinya bisa pergi ke Konoha untuk menemui sang terkasih.

Yah.... Tidak ada salahnya jika Hinata ingin mengenal orang tua Sasuke kan?

.

.

.

...

.

.

.

"Hinata!" Hinata baru tiba di bandara Konoha pagi ini. Teriakan yang cempreng itu milik kakak iparnya -Tenten.

"Tenten-nee" Hinata membalas panggilan perempuan berambut coklat yang masih asik melambaikan tangganya.

Berjalan mendekat kemudian saling berpelukan.

"Kau semakin cantik saja!! Oh! Oh.... Kita lihat bagaimana reaksi Neji saat melihatmu datang! Aku belum memberitahukannya kalau kau akan datang" Hinata hanya tersenyum melihat kakak iparnya yang masih asik berceloteh. Sudah 1 tahun lebih Tenten dan Neji tidak mengunjunginya.... Itu dikarenakan Tenten yang baru memiliki bayi dan Neji yang sedang sibuk-sibuknya bekerja, Neji bilang karena ada promosi jabatan, dirinya harus ekstra bekerja keras. "oh ya, Hinata..... kenapa kau datang kesini? Aku terkejut saat kau bilang mau main ke konohaa.... Ini kali pertamamu kan? Setelah terakhir kali berkunjung saat kuliah dulu?" Hinata mengernyit mendengar pertanyaan Tenten. Apa ayahnya lupa mengabari Neji?

"a-aku ingin menemui calon suamiku, Tenten-nee" Tenten baru saja mengambil koper yang dibawa Hinata, namun saat mendengar ucapan sang adik ipar, membuat kopernya jatuh. Melihat reaksi itu membuat Hinata yakin jika kakak iparnya ini memang belum tau perihal pernikahannya.

"kau mau menikah?! Kenapa aku tidak tau apapun? Kapan lamarannya?" setelah berhasil menetralisir keterkejutannya, Tenten kembali mengambil kopernya dan mulai menariknya.

"ka-kami akan menikah dua minggu lagi, Tenten-nee"

"sungguh? kau bercanda?" Hinata hanya menggelengkan kepalanya. "siapa aku sebenarnya Hinata? Aku seperti orang asing yang tak akan tau masalah pribadimu!" lanjutnya membuat Hinata terkekeh.

"Maaf, Neesan, aku sudah menyuruh ayah untuk memberitahukannya pada Neji-ni... kurasa ayah lupa" bukannya Hinata tidak mau mengabari Neji ataupun Hanabi secara langsung dari dirinya, hanya saja Hinata terlalu malu.. Hinata yakin, mereka berdua akan tertawa dan menggoda Hinata habis-habisan. Kecuali Neji... Hinata yakin Neji akan mengamuk lewat telfon.

"yah.... Kupikir Neji akan terkejut setelah ini! Mengingat dirinya sangat protektif padamu" Hinata mengangguk murung, yakin sekali setelah ini dirinya akan di ceramahi habis-habisan.

Advertisement

"oh iya, bagaimana kabar Naoki? Apa dia semakin menggemaskan?" Hinata bertanya pada Tenten, mereka sudah berada di mobil yang dibawa oleh Tenten.

"Oh! Jangan membicarakannya, aku sedang sebal dengan anak itu" melihat kakak iparnya memberengut membuat Hinata heran. Naoki itu adalah putranya yang masih bayi... jadi kenapa kakak iparnya sebal dengan anaknya sendiri? Terlebih anaknya itu sangat imut. "bayangkan saja! setiap malam aku yang menyusuinya... merawatnya seperti single parent karena Neji yang gila kerja! Tapi apa balasan anak itu?! kata pertama yang diucapkannya adalah Papa! Kau tau rasanya? Aku seperti ditimpuki kotoran" Hinata tertawa,.... Ocehan Tenten selalu bisa membuatnya tertawa. Hinata selalu terhibur dengan keluhan Tenten masalah Neji,... bukan berarti Hinata senang dengan penderitaan kakak iparnya ini, hanya saja.... Tenten menceritakannya dengan cara yang lucu. "berhenti tertawa, Hinata!"

"ah maaf"

.

.

.

...

.

.

.

"selama ini kau menganggap aku apa? Hah?" Neji mulai melipat tangannya sambil memicingkan mata "kau menerima lamaran orang tanpa persetujuanku??" hal yang sudah diprediksi oleh Hinata

"Ma-maaf ni-san, karena terlalu mendadak"

"mendadak?!" Hinata meringis ketika Neji berteriak kesal. Dalam hati, Hinata memaki sang kakak. Berbeda sekali dengan Hanabi yang sangat mendukungya... bahkan dirinya disuruh berangkat pagi ini agar bisa melepas rindu dengan sang kasih dan bertemu dengan mertuanya.

"aku tidak merestui! Setidaknya aku harus melihat dulu bibit dan bobotnya" ini akan sulit. Berdebat dengan kakaknya ini menguras emosi. "setidaknya butuh satu tahun untuk meyakinkanku kalau dia tepat untukmu" bukanya terlalu mengekang... hanya saja, lihat adiknya ini! Cantik, imut, polos, sexy, lugu, pintar masak dan bersih-bersih, baik hati, pemaaf, tidak mendendam... bukankah itu sangat sempurna? Neji harus tau laki-laki seperti apa yang akan menikahi jelmaan dewi di depannya ini.

"ta-tapi ni-san.... To-tousan sudah menyetujuinya" benar! Yang dibutuhkan dalam pernikahaan adalah restu orang tua. Neji hanyalah kakak yang seharusnya mendukung segala keputusannya. Oh yang benar saja,.... Hinata yakin, jika menunggu restu dari Neji,.. dirinya akan menjomblo seumur hidup.

"Oh ayolah Hinata! Kau percaya laki-laki tua itu? kau tau kan dia hanya ingin cucu dari anak-anaknya saja! dia tidak peduli bagaimana rupa dan segalanya" Hinata sedikit menganga. Menjadi anak laki-laki satu-satunya dan tertua, membuat Neji dan Hiashi sering bertengkar... meski begitu, tidak menghilangkan rasa sayang antara keduanya.

"biar kutebak! Pasti respon ayah adalah 'semua aku serahkan pada putriku'" tepat sasaran. Hinata semakin menunduk takut. "dia seperti menjual putrinya secara cuma-cuma untuk mendapatkan cucu! Kau tau itu" ya Hinata tau itu. ayahnya memang sudah sangat mendamba cucu padanya bahkan ketika usia Hinata menginjak 17 tahun. Entahlah... di tinggal istri membuat Hiashi sedikit berbeda. "seharusnya standar orang yang akan menikahimu itu adalah pangeran inggris...." Apa? Apa kakaknya ini mulai tidak waras? Pangeran katanya? Ah benar.... Jika menunggu restu Neji, maka Hinata akan menjadi perawan abadi.

Hinata menoleh pada Tenten yang masih diam. matanya seolah meminta bantuan. Ughhh, lagi-lahgi Tenten harus terlibat dengan ini

"Ekhem... sayang" merasa tidak enak pada Hinata, Tenten memulai aksinya.

"jangan panggil aku sayang! Kau ingin membelanya lagi kan?" jawaban sinis Neji membuat Tenten sedikit geram

"argh! Ayolah Neji.... Hinata sudah besar, dan Hanabi akan menikah sebentar lagi... sudah sewajarnya sebagai kakak, Hinatalah yang menikah terlebih dahulu"

"itu hanyalah pemikiran kolot dan kuno"

"kolot dan kuno katamu? Kau tidak mengerti bagaimana perasaan seorang wanita jika mereka di cap sebagai perawan tua kan?" mendengarnya membuat Neji memutar matanya bosan. Inilah yang dia benci dari seorang wanita, mereka terlalu peduli pada omongan orang lain.

Dan disinilah Hinata, menimang Naoki yang terbangun. Untungnya Naoki tergolong kalem dan tidak cengeng. Hinata mendesah sambil menonton perdebatan Tenten dan Neji. Ini akan menjadi perdebatan yang panjang. Selalu seperti ini.... Saat Hanabi ingin menikah dulu juga begitu, hanya saja.... Neji lebih memperketat jodoh terhadap Hinata. Entah apa alasannya.

Advertisement

Hinata bersyukur, pada akhirnya perdebatan berhasil dimenangkan oleh Tenten pada pukul 12 malam. Neji setuju dengan beberapa syarat yang menurut Hinata cukup mudah.

"jangan lupakan syarat yang kuberi... weekend nanti, biarkan aku bertemu dengannya" Hinata hanya mengangguk

"Pa-pa! chu~"

"eh, Naoki sudah bisa berbicara! Hei lihat Tenten,... dia memanggil papa" melupakan sejenak perihal Hinata, Neji terlalu antusias dengan anaknya yang sangat mirip dengan dirinya.

"berisik Neji! Mulai besok, kau yang menyusui Naoki!" Tenten merasa tersinggung, lalu beranjak dari sofa dan mulai masuk kekamarnya.

"kau gila?!"

.

.

.

...

.

.

.

Hinata memandang rumah sakit di depannya dengan senyuman tipis. Ini adalah rumah sakit tempat Sasuke bekerja. Rumah sakit terbesar dan paling terkenal. Menghirup nafas dalam-dalam.... Hinata mulai melangkah masuk.

Hinata tidak memberitahukan kedatangannya pada Sasuke, entahlah... Hinata ingin melihat reaksi Sasuke, apakah terkejut? Atau senang?... meskipun dalam hati, Hinata takut jika dirinya akan menggangu kerja Sasuke. itu sedikit mengerikan,... pekerjaannya adalah bertaruh nyawa seseorang... Yah, Sasuke itu dokter bedah, jadi pasti resikonya sangat besar, berbeda dengannya yang hanya penulis lepasan.

Harum obat-obatan menyapa indra penciuman Hinata. Jadi, bagaimana Hinata bisa menemukan Sasuke? rumah sakit ini sangat besar. Hinata sengaja datang pada jam-jam makan siang,.... Dan membuatkannya bekal. Tenten sangat baik memperbolehkannya meminjam dapur.

"Ada yang bisa saya bantu?" ada perawat yang mendekati Hinata. Hinata sadar sedari tadi dirinya hanya mondar mandir tidak jelas, pastinya membuat beberapa perawat heran.

"Ah, ma-maaf... saya mencari dokter Uchiha"

"Ah, Dokter Uchiha sedang melakukan operasi.,... em, apa kau sudah membuat janji?" perawat itu memperhatikan Hinata dengan mendetail, dari atas sampai bawah... membuat Hinata rasanya tidak nyaman.

Hinata menggeleng. Ya, Hinata memang belum membuat janji. Hinata ingin sekali bilang jika dirinya adalah calon istri Uchiha Sasuke, tapi entah kenapa Hinata terlalu malu untuk mengatakannya.

"Ah, kalau begitu maaf.. saya tidak bisa membawa anda keruangannya... karena anda belum membuat janji" perawat itu menampilkan raut yang menyesal.

"tidak apa-apa" Hinata mengangguk memaklumi. Yah, sebagai pekerja kita harus professional dan mengikuti prosedur yang ada.

Lalu Hinata berpamitan.

Entah takdir atau bukan, niat Hinata yang ingin berjalan-jalan, justru melihat papan jadwal operasi. Disana ada nama dokter Sasuke dan lokasi operasinya. Hinata sedikit perang batin. Apakah Hinata akan mengganggu jika dirinya menunggu di depan ruang operasi? Tapi jika dilihat dari jadwalnya, seharusnya operasi yang dilakukan Sasuke sudah selesai.

Tidak apa-apa kan?

Dan akhirnya Hinata memilih menuju lantai empat.

Baru saja keluar lift saat tiba di lantai empat, Hinata malah mendengar sesuatu yang membuatnya mematung.

"mereka melakukan operasi Bersama lagi"

"Siapa??"

"Dokter Sasuke dan dokter Sakura.... Mereka berdua benar-benar hebat"

"yah... mereka lulusan dari kampus yang sama"

"bukankah mereka cocok? Kudengar mereka sama-sama saling menyukai, gossip mengatakan jika mereka berpacaran diam-diam."

"heh gossip dari mana itu? dokter Sasuke itu lebih cocok denganku"

"dasar pemimpi... dilihat dari manapun, dokter Sakura jauh dibandingkan dirimu yang hanya perawat biasa" perawat biasa? Bahkan Hinata adalah penulis lepasan yang tidak terkenal.

"dia benar.... Bahkan aku bisa merasakan atmosfir cinta diantara mereka berdua"

"wah, gila... anaknya bakal seperti apa ya?? Yang satu tampan, yang satu cantik... dan dua-duanya juga orang yang pintar!" pintar? Dokter dan seniman memang berbanding terbalik.

"sudah ditebak.... Pasti keluarganya akan menjadi dokter hebat semua!"

Hinata bukanlah tipikal orang yang suka menguping, hanya saja... ketika nama Sasuke muncul dalam obrolan ketiga perawat itu, membuat Hinata tanpa sadar berhenti dan mendengarkan. Banyak hal yang sekarang mulai berterbangan di otak Hinata.

Jadi..... Sakura-chan dan Uchiha-kun bekerja di tempat yang sama?

Memikirkannya membuat Hinata semakin mengeratkan tangannya pada ransel bentonya.

Hinata terus berjalan.... Semakin melangkah, semakin banyak pemikiran-pemikiran buruk mulai muncul. Tiba-tiba hatinya terasa kosong. Hinata hanya berusaha untuk menguatkan hati dan berfikir positif. Tidak terjadi apapun.

Dan saat mata ametis itu melihat Sasuke dan Sakura berjalan beriringan, saat itulah... Hinata tak kuasa menahan air matanya. Apalagi saat melihat pandangan Sakura pada Sasuke yang tak pernah berubah.

Sakura masih mencintai Uchiha Sasuke.

Lalu Sasuke? entahlah... Hinata hanya sempat melihat Sasuke tersenyum tipis pada Sakura.

Dari banyak pertanyaan..... satu pertanyaan yang berkutat kuat di otaknya.

Kenapa aku?

Ya... kenapa Sasuke memilih Hinata menjadi pendampingnya? Kehidupan Sasuke sempurna, pun dengan Sakura. Bukankah akan sangat sempurna kalau keduanya disatukan? Lalu kenapa Hinata harus berada ditengahnya?

Berfikir positif? Hinata selalu melakukannya dulu.... Dan berakhir sebuah kesakitan. Hinata memilih untuk menghindar. Sasuke dan Sakura melewatinya... tanpa tau keberadaan Hinata.

Hinata sekali lagi menatap bentonya. Apa Sasuke akan memakannya? Atau akan membuangnya?

Kilasan masa lalu, tiba-tiba terlintas. Membuat Hinata lagi-lagi menundukan kepala.

Hinata tau, seharusnya Hinata tidak boleh begini.

'Jangan sampai masa lalu merenggut masa depanmu' itulah yang selalu Hinata pegang teguh.

Hinata seharusnya tidak boleh mengungkit masa lalu yang akan menghancurkan masa depannya.

Tapi, berucap lebih mudah daripada menjalani. Masa lalu tidak bisa dihapus dengan mudah, apalagi jika itu menyangkut orang tersayang.

Lebih baik Hinata menjadi pengagum Sasuke... dibanding harus menjadi orang yang berharap lebih.

Hinata mulai ragu.

Apakah pernikahan ini benar?

Hinata mencintai Sasuke.... pun dengan Sasuke, Sasuke bilang dirinya juga mencintai Hinata.

Lalu apa masalahnya? Ya. Masalahnya adalah kata-kata 'Sasuke bilang'. Hinata tidak tau, perasaan sebenarnya seorang Uchiha Sasuke.

Apakah Hinata akan dijadikan pelariannya saja? seperti dulu? Hinata menggigit bibir.

Hinata belum siap untuk menikah dengan Sasuke, Hinata perlu memastikan lagi... apakah semua ini benar? Setidaknya Hinata dan Sasuke harus melakukan pendekatan terlebih dahulu, bukan langsung menikah. Menikah bukanlah hal yang main-main... harus ada kesungguhan diantara keduanya.

Hinata belum siap, bahkan ketika orang-orang bergosip ria tentang Sasuke, dirinya langsung goyah... dia belum siap mendampingi Uchiha Sasuke.

Hinata sangat mencintai Sasuke.... sangat besar, hanya saja.... ada perasaan yang lebih besar dari rasa cintanya.... Yaitu rasa takut.

Menunggu lebih dari dua jam..... membuat bento yang berakhir di tempat sampah.... Tertawa sendiri... dan mencintai seorang diri. Hinata tidak bisa melupakan fakta-fakta itu. jika dirinya hanyalah seorang budak cinta.

Pertanyaannya,.. apakah Hinata mau mengulanginya? Berharap bahagia bersama Sasuke dan berujung kesia-siaan? tidak! Hinata tidak mau mengulanginya.

"a-apa yang harus aku lakukan..... kami-sama?" jika tau akan seperti ini, jika tau dirinya akan goyah... Hinata akan lebih memilih tidak datang kerumah sakit ini. Tersenyum dirumah dan menunggu Sasuke menjemputnya.

.

.

.

...

.

.

.

"Hi-Hinata!" mendengarnya memanggil Namanya, membuat Hinata semakin sedih. Apakah ini keputusan yang tepat? Untuk memikirkan ulang pernikahannya?

"U-Uchiha-kun" Hinata membalasnya. Hinata tetap tersenyum,... namun Hinata yakin tidak bisa menyembunyikan kesedihan ini. Untuk sekilas, Hinata sempat melihat Sasuke mengernyit. Ah pasti karena ekspresinya ini.

"aku kaget sekali kau ada disini.... Kenapa tidak menghubungiku? Aku bisa menjemputmu...." Sasuke sudah berubah... ya kan? Bahkan dirinya mau memnjemputnya. Lihat, Sasuke yang sekarang sangat baik padanya. Meski begitu rasa takut masih bertengger manis dalam benaknya.

Baik saja tidaklah cukup.

"eum.. Ha-Hanabi pulang lebih cepat. To-tousan menyuruhku untuk kesini... di-dia menyuruhku untuk bertemu orang tuamu le-lebih du-dulu" Hinata berusaha untuk terhanyut dalam obrolan. Tapi, tetap saja.... pikiran Hinata untuk mengundur pernikahan ini tetap berontak ingin keluar.

"benarkah? Kalau begitu... setelah aku selesai bekerja... mau kerumahku? Setelah itu, kau menginap di apartemenku" mendengarnya membuat Hinata semakin sedih. Ini sulit untuk Hinata.... Sakura adalah cinta pertama Sasuke, Hinata bukanlah perempuan munafik dengan mengatakan dirinya baik-baik saja saat kekasih hatinya bekerja ditempat yang sama dengan mantan kekasihnya.... Terlebih cinta pertamanya Uchiha Sasuke. Cinta pertama yang menyeret Hinata ke dalam sebuah penyiksaan.

"U-Uchiha-kun" Hinata rasa ini adalah saatnya untuk mengutarakan pemikirannya. "a-aku me-mikirkannya kembali.... Tentang ren-rencana pernikahan" Hinata melihat Sasuke yang sedikit terkejut. Hinata sedikit menyesal dan merasa bersalah dalam waktu yang bersamaan. Menyetujui ajakan pernikahan, adalah hal yang cukup dirinya sesali..... dan merasa bersalah kepada Sasuke.. seperti memberi harapan palsu?.

Benar apa yang dikatakan Neji... seharusnya mereka berdua saling mendekatkan diri, mungkin mereka memang pernah pacaran,... tapi apakah keduanya saling mengenal dengan baik? Mengingat pacaran hanya dirasakan oleh satu belah pihak.

Hinata tau, Sasuke menyukai tomat, alergi terhadap udang, membenci makanan manis, mengagumi profesi dokter, membenci cerita romantis, menyukai film action, sangat menyukai kebersihan, dan masih banyak lagi....

Tapi, apakah Sasuke mengetahui tentang Hinata? Bagaimana jika ada hal yang Sasuke benci dari sifat Hinata, dan membuat pernikahannya hancur?

Benar... ini bukan lagi masalah perasaan.... Ini juga menyangkut masa depan.

    people are reading<-LUCKY BASTARD->
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click