-LUCKY BASTARD- Chapter 1

Advertisement

Masashi Kishimoto

Lavendark

Hurt, Romance, Drama

.

.

.

.

.

.

Sebelumnya aku tidak pernah merasakan sesuatu yang disebut dengan jatuh cinta. Namun saat bertemu dengannya, saat itulah aku benar-benar merasakan jatuh cinta.

Cinta pertama adalah cinta yang mendebarkan. Dimana kau benar-benar merasakan ketertarikan dengan seorang lawan jenis.

Semua bermula, ketika aku kuliah jurusan kedokteran. Saat itu adalah hari pertama masuk.... Aku tidak datang terlalu pagi, aku datang selayaknya orang-orang biasa yang datang. Tidak kepagian maupun kesiangan.

Kedokteran adalah salah satu cita-citaku semenjak aku menduduki bangku Senior High School. Dan diterima di universitas ternama di Konoha menjadi suatu kebanggaan untuk diriku sendiri. Aku sudah mendengar dari banyak orang bagaimana sistem keras yang ada di jurusan ini.... Sibuk dan Lelah. Tapi, kupikir itu akan sebanding dengan apa yang akan kudapat nanti. Ya, lulusan universitas Konohagakure bidang kedokteran adalah lulusan yang paling dicari oleh rumah sakit - rumah sakit yang ada di jepang.

Saat aku memasuki ruang kelas, keadaannya sudah cukup ramai,.. hampir seluruh bangku terisi. Ada beberapa bangku yang kosong yang mungkin bisa kutempati. Dan aku lebih memilih duduk pada bangku nomor dua dari depan berada paling pojok sisi kiri kelas. Aku berjalan santai.... Disana aku melihat ada seorang wanita yang duduk sambil membaca. Kupikir dia melakukannya dengan sangat serius. Rambut cerahnya benar-benar menarik perhatianku.

"apa bangku ini kosong?" dia menoleh, mata hijau yang cerah itu menatap langsung kedalam mataku.

"ah, ya.." dia menjawabnya dengan santai. Lalu tanpa mempedulikanku, dia kembali lagi pada bukunya untuk membaca.

Aku duduk disampingnya. Aku adalah tipikal orang yang cukup pendiam, bahkan teman-teman di SMA ku sangat mengutuk ku karena selalu berperilaku sangat dingin. Jadi, aku juga mencoba mengabaikannya. Toh dia sangat serius dengan kegiatan membacanya.

Sesekali aku melirik kearahnya. Dia cukup cantik. Tatapan matanya pada buku juga cukup tajam dan serius... kupikir dia adalah wanita yang cukup mandiri. Yah, tentu saja... anak-anak di kelas ini adalah mahasiswa pilihan... mereka berjuang mati-matian untuk bisa masuk kesini.

.

.

.

Dari sekian banyak persiapan yang aku lakukan, aku malah bertindak bodoh dengan tidak membawa alat tulis. Bodohnya aku. Berharap ada alat tulis yang menyempil pada ranselku, aku terus merogoh hingga menarik atensi wanita di sampingku. Tak lama wanita itu menyodorkan pulpennya.

"kau bisa memakainya, aku membawa dua buah" ujarnya santai. Kemudian melanjutkan tulisannya dan memperhatikan dosen yang sedang menerangkan di depan ruangan.

"ah, terimakasih" kulihat dia hanya mengangguk tanpa menoleh padaku. Aku diam, rasanya aneh saat kami tidak berkenalan. Padahal kami satu meja, bahkan dia meminjamkan alat tulisnya padaku. "em... kita belum berkenalan.." ucapanku membuatnya refleks menoleh cepat kearahku. Kulihat ada sedikit ekspresi terkejut diwajahnya. Namun tak lama, senyumannya mengembang dengan lebar......

..... membuat sesuatu didalam dadaku bergejolak senang. Dia menyodorkan tanggan putihnya.

"Haruno Sakura....." dan aku membalas jabatan tangannya

"Uchiha... Sasuke" dan kupikir... ini adalah sesuatu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.

.

.

.

Satu tahun setengah aku menjalani kuliah yang terasa sangat menyenangkan. Aku dan Sakura menjadi teman dekat. Aku menyukainya,.... Ah bahkan mungkin aku mencintainya. Tapi, aku tidak tau bagaimana perasaannya terhadapku. Katakana aku sebagai lelaki pengecut... ya memang begitulah adanya.

Kami berdua bersahabat. Aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku karena memang pada dasarnya aku tidak pernah melakukannya. Selama SMA, aku selalu menjadi lelaki incaran. Mereka bilang aku memiliki wajah yang cukup tampan. Lagipula selama aku bersekolah tidak ada satu perempuanpun yang bisa menarik atensiku. Dan Sakura adalah yang pertama. Aku tidak pernah bisa menebak bagaimana perasaan seorang Sakura padaku. aku takut ditolak olehnya,... aku takut dijauhi olehnya. Jujur, aku sangat nyaman berada disekitarnya.

"kau tau Hyuuga Hinata?" aku sedang belajar di perpustakaan ketika Sakura dengan tiba-tiba datang didepanku dan bertanya perihal nama yang tidak aku kenali.

"Hyuuga Hinata?" aku mencoba berfikir sambil mengingat-ingat. Dan nihil. Aku tidak dapat mengingatnya. "aku tidak tahu"

Advertisement

"huh? Dasar!, padahal kau masih muda! Bagaimana mungkin dengan mudahnya melupakan seseorang yang baru kau temui seminggu yang lalu" Sakura bersuara sedikit kencang namun tertahan. Dirinya sadar jika berada di perpustakaan.

Seminggu yang lalu? Ah apa maksud Sakura Hyuuga Hinata temannya yang saat itu dijemputnya?

"temanmu dari jurusan kesenian??" aku mencoba memastikan. Dan terjawab ketika Sakura mengangguk dengan jelas.

Ah, Hyuuga Hinata. Seminggu yang lalu, saat malam aku dan Sakura baru pulang dari praktik. Tiba-tiba saja Sakura mendapatka telfon. Aku tidak tau itu dari siapa,.... Yang kutau, setelahnya Sakura memohon padaku untuk menjemput temannya dengan mobilku.

Saat itu aku cukup kesal. Karena kesempatanku untuk berdua bersama Sakura langsung kandas.

Kesan pertama saat aku bertemu dengan Hyuuga Hinata adalah dia wanita yang suram. Dia menunggu di pinggir jalan depan kampusnya dengan memeluk beberapa buku dan kepala yang menunduk. Saat itu dia hanya meminta maaf pada Sakura karena merepotkannya.

Yang aku tau dari Hyuuga Hinata adalah dia gadis yang pemalu. Rambutnya Panjang dan berponi... mengingatkanku pada hantu Sadako di film the ring. Didalam mobil pun hanya Sakura yang berbicara, sedangkan aku hanya diam. aku tidak terbiasa berbicara dengan seorang gadis.... Itu adalah bentuk aku mempertahankan diriku agar tidak terganggu. Dan Hyuuga itu sama halnya denganku. Memilih diam dan menjawab jika Sakura bertanya.

Aku bingung... Sakura dan Hinata memiliki kepribadian yang sangat jauh... bagaimana mungkin mereka bisa berteman akrab? Apa hanya karena mereka pernah satu SMA? Selama didalam mobilku.. hanya dominan suara Sakura yang terdengar.

"kurasa dia menyukaimu, Sasuke" ucapan Sakura sukses membuat acara membaca buku ku berhenti.

"kau bodoh? Menyukai apanya? Bahkan kami tidak berbicara sama sekali" Sakura dan segala kegilaannya. Apa yang dia fikirkan? Bahkan bertemu dengan Hyuuga Hinata saja hanya satu kali. Bagaimana mungkin dia bisa langsung jatuh cinta seperti itu? Aku juga tidak menampakan sinyal-sinyal yang bisa membuat wanita jatuh cinta. Saat itu aku benar-benar bersikap sangat cuek.

"bodoh apanya? Kau lupa jika kau sudah dijuluki dengan sebutan pangeran kampus dari kedokteran? Kau itu sangat tampan... jadi tidak heran jika seseorang bisa langsung jatuh cinta padamu" Sakura sedikit mencibirku. Padahal dia juga salah satu primadoa kampus... terkadang aku sangat marah dan cemburu saat ada mahasiswa yang menyatakan perasaan padanya... untungnya Sakura tidak menerima satupun. Beberapa orang menyangka jika aku dan Sakura adalah sepasang kekasih.. tentu saja karena kedekatan kami. Dan aku sangat merasa nyaman dengan gossip tersebut. Kuharap Sakura juga seperti itu.

"menurutmu aku tampan?" aku bertanya padanya. Aku penasaran bagaimana pandangan Sakura padaku. Sakura hanya bertingkah gelagapaan dan berkata aku adalah cowok yang terlalu narsis. Aku terkekeh. Ekspresi Sakura benar-benar selalu bisa menghiburku.

"dia bilang padaku, dia menyukaimu.... Bagaimana menurutmu Sasuke? kau mau bertemu dengannya tidak?"

"tidak.... Untuk apa aku melakukan itu? Bahkan aku tidak mengenalnya"

"ayolah sekali saja.... setelah itu, aku tidak akan membahas ini lagi" Sakura dan segala permohonannya yang tidak bisa aku bantah. Aku hanya mengangguk malas.

Aku hanya perlu mendiamkan temannya, lalu pulang dan beristirahat dengan tenang.

.

.

.

Bertemu dengan Hyuuga Hinata adalah hal yang memuakkan untuk ku. Aku Tarik kembali perkataanku jika dia adalah gadis yang pemalu. bahkan dia seperti tidak memiliki harga diri karena dengan mudahnya mengatakan jika dia menyukaiku. Aku sudah sering bertemu dengan tipe seperti Hinata. Menyukai diriku karena aku adalah sosok yang tampan. Bedanya, jika perempuan lain menyatakannya dengan rasa percaya diri, maka Hinata menyatakannya dengan malu-malu.

"maaf nona Hyuuga, tapi aku tidak menyukaimu... kau tau, bahkan kita baru pertama kali bertemu" perempuan itu hanya tersenyum padaku dan mengangguk maklum. Meminta maaf karena telah membuat diriku tidak nyaman. Aku hanya mengangguk. Ternyata nona Hyuuga ini berbeda. Jika perempuan lain akan merengek meminta satu kesempatan, maka Hyuuga Hinata seperti memiliki kelapangan hati yang besar.

Advertisement

Dan seperti itulah pertemuanku dengan Hinata. Tidak ada yang istimewa. Kami hanya makan Bersama direstoran yang telah dipilihnya, kemudian makan seperti biasa, menyatakan cinta dan kami pulang masing-masing. Aku tidak mengantarnya karena aku tidak mungkin melakukannya. Memberinya harapan palsu hanya akan membuatnya tambah sakit hati.

.

.

.

"bukankah itu lucu Sasuke? Ino bilang kau menyukaiku! Ahhahahaha" suara tawa Sakura menjadi belati tajam untukku. Aku menyalahkan biang gossip ino atas kesakit hatianku ini. "aku tidak bisa membayangkan jika itu benar...." Perkataan Sakura lagi lagi menyakiti hatiku. Memang kenapa jika aku menyukainya?? Salahkah? Apa Sakura benar-benar hanya menganggap diriku sebagai seorang sahabat? Pernahkah dia memandangku sebagai laki-laki? Padahal aku sudah mencurahkan semua perhatian ku padanya. "oh iya Sasuke... bagaimana pertemuanmu dengan Hinata?" Sakura bertanya. Aku masih dalam keadaan yang marah. dan aku hanya mengikuti emosiku dalam menjawab pertanyaan Sakura.

Aku tau ini salah.... Hanya saja.... aku ingin Sakura cemburu padaku.... aku tidak peduli jika aku memainkan hati seorang wanita lainnya dalam permasalahan cintaku.

Aku tidak peduli.

"kami berpacaran Sakura....."

.

.

.

Setelahnya, aku langsung menuju kampus Hyuuga Hinata. Dia terkejut dengan kedatanganku secara tiba-tiba.

"Uchiha-kun?" Uchiha-kun.... Ya, itu adalah panggilannya padaku, bahkan saat kami pertama bertemu. Aku tidak bisa basa-basi. Sebelum Sakura bertanya lebih lanjut mengenai hubunganku dengan Hinata, aku langsung bergerak cepat dengan menemuinya.

"apa kau masih menyukaiku?" aku bertanya dengan nada sedikit arogan. Mata lavendernya membulat, tak lama wajahnya memerah,.... Membuatku rasanya ingin mendecih kesal. Jika semua ini bukan demi harga diriku terhadap Sakura, maka aku tidak akan melakukan ini.

Aku melihatnya mengangguk malu-malu dengan rona merah. Sejujurnya perempuan dari jurusan seni bukanlah tipe ku. Saat aku memutuskan untuk menjadi dokter, aku sangat ingin memiliki seorang istri dengan profesi yang sama juga. Kami bisa menghabiskan waktu Bersama dirumah maupun ditempat kerja.

Ini semua, salah gadis Hyuuga didepanku ini. Dan ini adalah pertama kalinya aku benar-benar membenci seorang gadis.

Hyuuga Hinata, merusak segala rencanaku dimasa depan.

"kalau begitu, kita pacaran" ujarku dengan seenak jidat. Nadaku masih terdengar arogan, aku hanya ingin menegaskan jika aku dan dirinya sangat berbeda. Berbeda jauh. Lagi-lagi, pupil mata lavendernya membulat sempurna. Rona merah pada pipinya hilang dan tergantikan dengan kulit pucatnya. Kupikir dia akan menunjukan ekspresi senang, namun aku salah... dia menunjukan ekspresi keheranan dan ketidakyakinan.

"ka-kau yakin?" Hinata dan segala kegagapannya. Aku benci wanita gagap! Itu hanya menandakan kebodohannya. Dan aku membenci wanita yang bodoh. Aku hanya membalasnya dengan mengangguk tanpa minat. Ditolakpun aku tidak peduli... toh aku tidak akan cocok dengannya. Aku melihatnya sedikit berfikir... cukup lama.

"m.... baiklah, a-aku a-akan be-berusaha seba-sebaik mung-mungkin" butuh berapa lama sih aku harus mendengar ucapan gagapnya? Dasar bodoh.

.

.

.

Menyesal. Itulah satu kata yang saat ini jelas tergambar pada diriku. Aku menyesal dengan permainan yang aku ciptakan sendiri.

Semakin lama aku mengenal Hyuuga Hinata, semakin aku yakin jika kami benar-benar tidak cocok. Semua yang aku benci ada pada dirinya.

Wanita gagap, bodoh, pasrahan, dan pengganggu. Aku bahkan sudah mengecapnya sebagai benalu.

Bahkan bukannya mendapatkan respon cemburu dari Sakura, aku malah merasa jauh darinya. Entahlah... Sakura perlahan-lahan menjauh dari diriku. Ini sudah sebulan setelah hubunganku dengan Hinata berjalan. Dan aku benar-benar sudah muak dengannya.

Meski didalam hatiku yang paling terdalam... ada rasa kasihan pada sosok Hyuuga Hinata.

Dia selalu datang ke kampusku hanya untuk mengantarkan bekal makan siang. Padahal aku tidak pernah memintanya, namun dia selalu memaksa untuk membawakan. Aku sendiri sudah Lelah menolaknya, jadi terkadang bekal itu aku makan, namun lebih sering berakhir di tempat sampah.

Bukan, bukan karena masakan Hinata yang tidak enak. Masakannya sangat lezat, hanya saja... saat makanannya hampir berada pada mulutku, aku selalu teringat padanya, pada ucapan gagapnya dan rona merah dipipinya.

Dan itu sukses selalu membuatku mual. Aku selalu membuangnya, lalu mengantarkan kotak bekal yang kosong seusai kuliah seakan-akan aku menghabiskannya dengan lahap. Dan dengan mulutku aku berkata "bekalnya masih kurang enak.... Aku bersusah payah menghabiskannya, kau harus belajar lagi, atau mungkin kau bisa berhenti membuatkanku bekal"

Entahlah, kupikir Hinata benar-benar memiliki hati yang sangat lapang. Dia tidak pernah protes terhadapku. Apapun itu, perkataan ku barusan saja dia akan membalasnya dengan senyuman sambil berkata "tidak apa-a-apa... a-aku akan be-berusaha le-lebih keras la-lagi".

Jika Hinata selalu tersenyum kepadaku, maka aku tidak pernah tersenyum kepadanya.... Seditik pun aku tidak akan memberikannya. Aku berharap dia memutuskanku.... Tapi siapa yang sangka? Hinata benar-benar seperti budak cinta. Dia bodoh dan pasrahan menerima segalanya. dan aku sangat muak jika mengingatnya.

Aku tidak pernah mengerti dengan jalan pikiran Hyuuga Hinata. Aku merasa aku benar-benar sudah menyakitinya. Ketika aku membuang bekalnya, saat itulah dia melihatku. Dengan mata lavender yang sedikit terkejut. Aku bisa melihat kilat kekecewaan yang besar disana. Bersalah? Ya aku merasa bersalah... tapi aku tidak menyesal melakukan ini, bahkan jujur, aku merasa senang jika dia melihatku dalam kondisi ini,... dengan begitu hubungan kami pasti berakhir.

Tapi aku salah. Yang kulihat hanya senyumannya. Senyum yang sangat tulus padaku. dia berlari kecil menujuku... dan dia mengatakan suatu kebohongan yang besar "un-untunglah Uchiha-san membuangnya... a-aku ke-kemari ingin me-mengatakan ji-jika a-aku mem-masukkan ba-bahan kadaluarsa... ak-aku tidak se-sengaja!" bohong, itu adalah kalimat yang sangat jelas kebohongannya. Aku yakin dia sangat berhati-hati dalam memilih bahan makanan. Bahkan rasa masakannya enak. Aku tau dia hanya berusaha mencari alasan lain. Menutupi kesalahanku dengan berbohong jika itu adalah kesalahannya.

Kenapa dia masih mempertahankan hubungan yang hanya menyakiti kami berdua ini? Aku yakin dia tau bagaimana perilakuku padanya.... Tapi.... Kenapa? Aku tidak pernah melihatnya kecewa terhadapku... dia selalu tersenyum tulus padaku dan memandangku dengan pandangan penuh cintanya. Setelah insiden bekal itu, Hinata benar-benar berhenti membuatkanku bekal. Namun tetap selalu datang kekampusku saat jam istirahat.

"U-Uchiha-san... m.. me-menurutmu, ba-bagaimana ji-jika ak-aku ti-tidak ada?" pertanyaan yang membuatku rasanya ingin mengamininya. Kami sedang berada di restoran.... Hinata mengajakku untuk makan siang Bersama. Ini hari minggu, dan hari ini hubungan kami sudah jalan hampir tiga bulan. Dan selama itu pula Sakura benar-benar menjaga jarak denganku. Aku tidak tau alasannya.

"hn. Terserah kau saja" aku selalu menjawabnya dengan kalimat tanpa minat. Meski dalam hati, aku benar-benar mengharapkannya pergi jauh. Aku heran kenapa aku juga masih mempertahankan hubungan yang selalu membuatku muak ini? Aku hanya melihatnya tersenyum dan menggangguk. Apa dia bodoh? Dia benar-benar tidak pernah memaksakan apapun padaku. rasanya aku sangat penasaran apa isi otak seorang mahasiswi seni Hyuuga Hinata.

Contoh saja hari ini, aku membuatnya menunggu selama satu jam lebih. Aku memang sengaja untuk telat datang. Semakin telat datang, maka semakin sedikit waktu diriku untuk memandanginya. Selama berpacaran, aku memang selalu membuatnya menunggu lama, 30 menit, 1 jam.. bahkan 2 jam. Aku tau dia selalu datang tepat waktu, dan saat aku datang dia hanya tersenyum dan berkata "kau sudah datang" kenapa dia tidak marah? kenapa dia tidak kecewa?

.

.

.

Ada banyak hal diluar dugaan. Contoh saja saat ini, aku terkejut ketika Sakura datang memelukku sambil menangis. Aku sedih melihatnya menangis, tapi aku juga senang saat dipeluk olehnya. Sudah hampir tiga bulan kami sangat jarang bicara. Setelah dirinya tenang, akhirnya aku tau akar permasalahannya. Ada mata kuliah yang tidak lulus.... Kupikir Sakura salah satu siswi terpandai... dia hanya bilang dia ada sedikit masalah yang membuatnya kurang fokus. Aku merasa menjadi lelaki yang tidak berguna. Kemana diriku saat pujaan hatiku sedang kena masalah? Ah entahlah.... Kupikir aku terlalu sibuk membenci orang lain. Aku kembali memeluknya, aku merasakan jika Sakura sedikit tersentak. Dia pasti terkejut mendapatkan perlakukan tiba-tiba dariku. Aku tersenyum. Senyuman tulus.... Aku tau Sakura tidak bisa melihatnya, aku hanya berharap dia bisa mendengar detak jantungku. Jantungku yang menggila karena memeluknya. Dan saat itu juga.... Jantungku lebih memompa banyak. Senyum tulusku hilang. Saat mata hitamku bersibobrok dengan mata ametis.

Hyuuga Hinata, berdiri tidak jauh dari posisi aku dan Sakura. Saat itu refleks aku melepas pelukan Sakura. Aku tidak tau perasaan apa ini.... Ada rasa ketakutan dalam diriku. Ketakutan yang membuatku bingung penyebabnya. Sakura terkejut. Apalagi saat dia melihat Hinata berdiri disana.

Namun Hinata? Dirinya lagi-lagi tersenyum. Dan berjalan kearahku juga Sakura. Aku benci ini... Hinata seperti perempuan yang tidak memiliki hati. Jika dia peka, seharusnya dia tau bagaimana pandanganku kepada Sakura..... pandangan memuja.

"ah Hinata... maaf! Aku bisa menjelaskannya" itu bukan aku. Itu Sakura. Untuk apa kau repot-repot berkata seperti itu? Bahkan aku berharap Hinata memutuskanku sekarang juga.

"tidak apa Sakura.... Kau menangis" aku melihat Hinata mengangkat tangannya dan mengusap pipi Sakura "aku yakin kau sedang terkena masalah yang berat. Uchiha-kun adalah teman baikmu. Aku tidak masalah dengan itu" lagi-lagi perempuan naif itu menunjukan senyum tulusnya.

"ayo pergi" belum sempat Sakura mengutarakan suaranya, aku dengan refleks menarik tangan Hinata untuk pergi dari sana.

Aku benci Hinata. Benar-benar membencinya. Dia terlalu baik. Dan aku membenci pernah memberikan kesempatan padanya. Hinata sukses merubahku menjadi laki-laki yang sangat brengsek.

.

.

.

    people are reading<-LUCKY BASTARD->
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click