《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 38 (END)
Advertisement
9
Setelah melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan, yang mewarisi wajah yang mirip jihan, namun, mata dan alisnya sangat mirip dengan jihoon membuat anak laki-laki pertama mereka begitu sangat tampan.
Park Joon Hyeon nama yang diberikan oleh jihoon untuk anak laki-laki nya yang dimana "Joon" memiliki arti sosok yang tampan, sedangkan "Hyeon" memiliki arti layak dan berbudi luhur.
Ada yang unik dari anak pertama mereka yaitu Park Joon Hyeon sangat dingin jika di luar rumah ia bahkan mewarisi sifat jihoon yang hanya akan jahil oleh orang yang menarik untuknya, di balik sifat nya itu park Joon Hyeon memiliki sisi lembut dan hangat juga seperti jihoon.
"Papa!!." Teriak seorang anak laki-laki berumur enam tahun, siapa lagi kalo bukan Park Joon Hyeon.
"Yaa! Park Joon Hyeon, jangan-jangan teriak seperti itu adik kamu sedang tidur." Tegur Jihan.
Jihan melahirkan anak kedua mereka berjenis kelamin perempuan saat Park Joon Hyeon berumur lima tahun, anak kedua mereka di beri nama park Ara yang memiliki arti cantik dan baik hati, berbeda dari park Joon Hyeon, Ara lebih mewarisi wajah sang papa dimana hampir semua wajah, alis dan mata Ara sangat mirip dengan jihoon sedangkan bibirnya lebih mirip dengan sang mama yaitu Jihan.
"Maaf mama aku sedang mencari papa, dimana papa?!."
"Kenapa si boy?! Teriakan begitu."
Park Joon Hyeon langsung menoleh ke belakang dimana jihoon yang baru dari halaman depan untuk mengecek mobil yang baru saja dia beli.
"Papa, apa benar Ye Joon dan Ha-Neul akan datang ke rumah kita?!."
"Kamu tau dari mana?!."
"Barusan Ye Joon menelpon aku katanya om Shiho dan om sungchan mau ke sini, benar pa?!."
"Iyah boy, mereka ada kerjaan sama papa jadi sekalian Reuni mereka main ke sini, kenapa?! Kayaknya kamu senang banget denger mereka mau ke rumah kita."
"Tidak apa-apa, kalo gitu aku ke kamar dulu ya pa, nanti aku turun kalo sudah ada mereka."
Jihoon mengerutkan keningnya melihat tingkah anak laki-lakinya itu, Jihan yang sedang menuruni tangga dengan menggendong anak keduanya itu melihat anak laki-lakinya berjalan naik ke tangga dengan senyum-senyum sendiri itu pun menatap kearah jihoon.
"Ada apa sama anak kamu?! Kekurangan obat ya?!."
"Yaa! Itu anak kamu sendiri malahan diledekin seperti itu."
"Ya habisnya aneh, masa senyum-senyum sendiri begitu."
"Aku aja bingung, tadi dia nanya Ye Joon dan Ha-Neul beneran mau main ke rumah, ya aku jawab aja Iyah."
"Aneh memang anak nya sama kaya bapak nya pas masih muda."
"Namanya juga definisi buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
Jihan memutar bola matanya malas,"Seterah kamu, nih pegang Ara dulu aku mau masak untuk mereka."
"Anak papa udah bangun tidur, cantik banget si mama kamu sampai kalah cantiknya." Ucap jihoon menciumi pipi gembul anaknya itu.
"Namanya juga definisi buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Kalo ibunya cantik ya pasti anaknya cantik lah masa ganteng kaya papa nya tidak mungkin banget." Ucap Jihan lalu berjalan ke dapur, jihoon yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil.
Advertisement
"Lihat mama kamu, kepedean banget, tapi tidak apa-apa papa suka modelan seperti itu." Ucap jihoon lalu mengajak Ara main bersamanya di ruang bermain yang memang dibuat oleh jihoon untuk anak-anaknya.
Saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi Jihan sudah rapih dengan masakannya tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar.
"Jihoon, bukain pintu." Teriak Jihan.
"Iyah!." Jihoon menggendong Ara lalu berjalan menuju pintu, saat pintu terbuka terlihatlah empat teman-temannya itu beserta anak mereka.
"Halo om jihoon." Sapa anak laki-laki yang beda dua tahu dengan anak Jihoon.
"Halo juga Ye Joon " Ucap Jihoon.
"Halo Ara." Sapa anak perempuan cantik bernama Ha- Neul.
"Halo kak Neul." Ucap jihoon seakan-akan Ara yang menjawab.
"Kami tidak di suruh masuk gitu?!."
"Haha aku sampai lupa, ayok masuk."
Saat mereka semua masuk, Jihan menyambut mereka dengan hangat kedua anak kecil itu berlari ke arah Jihan yang di sambut pelukan hangat dari Jihan.
"Hai, kalian apa kabar?! Sudah besar aja deh perasaan baru kemarin Tante lihat kalian masih bayi." Ucap Jihan mengelus rambut Ye Joon dan Ha-Neul.
"Sehat Tante." Ucap kedua anak itu.
"Jihan, aku kangen banget sama kamu." Ucap Yujin memeluk tubuh Jihan.
"Aku juga kangen sama kamu." Ucap Jihan.
"Sama aku tidak?!." Tanya Sooyoung mengerucutkan bibirnya.
"Kangen dong sini peluk." Ucap Jihan, mereka berdua pun saling berpelukan untuk melepas rindu.
"Ayo duduk dulu, aku buatkan minuman untuk kalian." Ucap Jihan, mereka semua duduk di sofa sedangkan Jihan pergi ke dapur untuk membuatkan minuman untuk mereka.
"Om, dimana Joon Hyeon?!." Tanya Ye Joon.
"Ada di kamarnya, kamu ke kamarnya saja." Ucap Jihoon.
"Oke om, papa aku ke kamar Hyeon ya." Ucap ye Joon.
"Hati-hati di tangganya." Ucap Sungchan.
"Iyah pa, Neul kamu mau ikut tidak?!."
"Tidak mau, nanti aku dikerjai lagi sama Hyeon, lebih baik aku main sama ara." Ucap Ha-Neul.
"Yasudah kalo tidak mau ikut aku keatas saja sendirian." Ucap Ye Joon.
"Ara main dulu sama Kaka Neul ya, papa mau bantu mama dulu."
Ara dengan polosnya menganggukkan kepalanya, jihoon meletakan Ara di Bouncer bayi dan ayunan yang berada di karpet berbulu di lantai, neul gadis itu sangat suka bermain dengan Ara.
Dari dua anak ini mereka adalah anak kandung dari mashiho- Sooyoung dan sungchan-yujin, anak laki-laki bernama Ye joon berasal dari kata "ye" yang berarti "seni, bakat, atau kerajinan". Sementara "joon" berarti "tampan", tentu kalian tau sungchan mewarisi bakat seni yang tidak di ragukan lagi maka tak heran jika ia memberikan nama anak Laki-lakinya itu dengan arti yang berkaitan dengan seni, Ye Joon berumur enam tahun sedangkan Park Joon Hyeon berumur delapan tahun.
Sungchan dan yujin mulai meresmikan hubungan mereka saat setahun sungchan bekerja di kantor jihoon, hubungan mereka tidak berlangsung lama karena sungchan lebih memilih mempercepat hubungan mereka ke arah yang lebih serius.
Advertisement
Sedangkan anak perempuan bernama Ha-Neul yang memiliki arti langit, adalah anak kandung dari mashiho dan Sooyoung, umur Neul terbilang lebih muda dari anak sungchan dan Jihan yaitu lima tahun, namun, sifat Neul cenderung seperti anak yang sudah dewasa karena pola pemikiran Neul yang begitu hebat, bahkan sifat nya dingin seperti mashiho dan kadang jahil juga seperti mashiho.
Mashiho dan Sooyoung meresmikan hubungan mereka sebelum sungchan dan yujin berpacaran, namun, karena Sooyoung yang belum siap untuk menikah jadilah sungchan dan yujin yang menikah duluan kemudian sebulan setelahnya mashiho dan Sooyoung menikah.
"Ini minumannya." Ucap Jihan meletakkan delapan gelas just jeruk segar di meja, kemudian jihoon meletakkan cemilan di meja.
"Jadi merepotkan." Ucap Sooyoung.
"Biasanya juga kamu memang merepotkan ku terus." Sarkas Jihan.
"Aish, itu lah kenapa namaku Kim Sooyoung, jika tidak merepotkan orang lain tidak akan seru, apalagi kalo orang nya itu kamu." Ucap Sooyoung.
"Diam lah atau mau aku menukar air minum kamu dengan air sesajen, Sooyoung?!."
"Tidak! Tidak! Terimakasih." Ucap Sooyoung, mereka terkekeh geli melihat perdebatan kedua sahabat ini.
"Om! Tante!." Sapa Park Joon Hyeon.
"Hai boy, apa kabar." Ucap Sungchan mengelus rambut hitam Joon Hyeon.
"Baik kok om." Ucap Joon Hyeon.
"Makin hari makin tampan saja kamu Hyeon." Ucap Mashiho.
"Lihat dulu siapa bapak nya." Ucap Jihoon.
"Aku tampan memang karena aku ditakdirkan untuk menjadi tampan, bukan karena papa." Ucap Joon Hyeon.
"Haha terlalu jujur anaknya." Ucap Sooyoung.
"Yaa! Kamu kalo tidak karena papa, kamu belum ada di sini tau."
"Bahkan aku bisa ada di sini karena mama yang melahirkan aku."
Lagi-lagi jihoon memasang ekspresi sebal ingin sekali menelan anaknya ini jika tidak memikirkan kalo Joon Hyeon anak kandungnya, mashiho dan sungcha sudah ketawa geli melihat ekspresi wajah Jihoon.
"Sudah-sudah, Hyeon tidak boleh seperti itu walaupun ucapan kamu benar si."
"Yaa! Kamu itu mau membelaku atau mau ikut meledek ha?!." Sarkas Jihoon.
"Bercanda ih serius banget, Hyeon minta maaf ke papa."
"Maaf ya pa, aku cuman bercanda kok." Ucap Joon Hyeon.
"Iyah tidak apa-apa, sudah sana main sama Neul juga." Ucap jihoon.
"Oke, ayo ye."
Sejam kemudian saat para orang tua sedang asik mengobrol dan bercanda mereka dibuat menoleh kearah suara dimana Neul berteriak keras.
"Hei, Neul ada apa?!." Tanya Mashiho.
"Hyeon pa nyebelin, masa wajah Neul di colek bedak terus, lihat nih udah seperti badut." Ucap Neul menunjuk wajahnya yang penuh dengan bedak.
"Haha lucu neul, bedak Tante sampai Kalah." Ucap Jihan tertawa.
"Hyeon, apa yang kamu lakukan, kenapa wajah Neul banyak bedak seperti itu?!." Tanya jihoon.
"Kami sedang bermain pa, yang kalah harus di colek pakai bedak, jadi karena Neul kalah yasudah aku pakaian saja semua bedak ke muka dia."
"Ya tapi kan tidak semuanya, Ih om lihat tuh anak om, menyebalkan banget!."
"Yaa! Jangan marah-marah nanti kamu cepat tua."
"Tuh lihat sendiri kan om, bagaimana menyebalkan nya anak om."
"Neul, yang di bilang Hyeon tuh benar, kamu kalo marah-marah terus nanti cepat tua." Ucap Ye Joon.
"Kok kamu malahan ikut-ikutan si, ih om tidak bisa apa mereka berdua dimasukin lagi saja ke perut, aku sebal sekali punya teman seperti mereka."
"Hei, Neul sayang sudah jangan marah-marah, Hyeon dan ye Joon hanya bercanda doang kok, sini mama hapus bedaknya." Ucap Sooyoung.
"Nah kan, bedaknya kalo di rapihkan pasti tidak akan berantakan seperti tadi, main nya bareng-bareng kamu tidak boleh marah-marah seperti tadi ya, mereka hanya bercanda."
"Tapi tetap saja mereka menyebalkan."
"Dulu juga om jihoon pernah bertengkar sama om sungchan tapi lihat?! kami sekarang jadi teman sampai sekarang, jadi Neul juga harus berdamai sama mereka berdua." Ucap Jihoon.
"Kalo mereka terus membuat Neul kesal, mau tau solusi paling ampuh tidak?!." Tanya Sungchan.
"Apa om?!."
"Kelitikin saja mereka Sampai berkata ampun, om yakin pasti mereka tidak akan membuat kamu kesal."
"Benarkah?! Oke, aku akan menggunakan cara dari om, makasih om sungchan."
"Sama-sama cantik."
"Yaa! Neul, kemari lah aku sedang bertanding dengan Yee Joon." Teriak Joon Hyeon.
"Aku datang." Ucap Neul kembali bergabung dengan mereka.
Para orang tua hanya menggelengkan kepalanya gemas dengan tingkah anak mereka, Jihan yang sedang menggendong Ara di pangkuannya juga tak luput tertawa kecil melihat perdebatan dari tiga anak itu.
Melihat ketiga anak mereka membuat Jihan teringat masa-masa dulu dimana mereka juga sering bertengkar terlebih lagi hal sepele, tapi sekarang tidak lagi, sudah tujuh tahun lamanya mereka menjalin sebuah persahabatan yang baik, dari kejadian lalu banyak pelajaran yang di ambil oleh mereka kemudian berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Ya, Jihan bisa merasakannya sekarang, ia tersenyum bahagia menatap Hyeon putra pertama mereka dan juga Ara anak kedua mereka, setelah itu pandangannya menatap kearah jihoon yang duduk di sampingnya yang juga tersenyum manis kearahnya, Jihan menyenderkan kepalanya di dada bidang jihoon menikmati bunyi detak jantung yang menjadi favoritnya.
"Aku percaya, doa kami di dengar dan di kabulkan saat menikah tujuh tahun lalu, semua kenangan pahit yang kami jalanin kini menemukan titik kebahagiaannya sampai sekarang, aku juga percaya jika perjodohan tidak semuanya berjalan buruk pasti ada saja jalan yang dimana dari perjodohan lah kita menemukan takdir yang sudah ditetapkan oleh tuhan, terimakasih untuk semuanya, aku sangat bahagia karena masih bisa hidup diantara kalian semua dan juga orang yang sangat berharga di kehidupanku." Batin Jihan.
•
Advertisement
- In Serial43 Chapters
A king's reincarnation
Business Devil, World's mightiest, God of War, King of humanity All of these are the titles of Lucas, the king standing at the Earth's apex. Wealth? He holds 68% of Earth's total assets granting him the title of "Business Devil". Authority? He was granted a level of Authority that no one can defy giving him the title of "World's mightiest". Military? The first ever 9 Star General to exist, having an absurd count of military soldiers at his disposal. Granting him the title of "God of War". Martial arts prowess? Being the strongest human to ever exist, with a body tougher than the toughest minerals, a power stronger than the strongest bombs, and speed a hundred times faster than the speed of sound, and mastery over almost every martial arts there is, earning the title "King of Humanity". However, behind these terrifying titles lies a young and incomplete king. Someone who feels a deep emptiness despite standing at the top. One night, he was summoned by the Gods to be sent to another world. Hoping that he can do what he wasn't able to back on Earth, he went to another world armed with inhumane abilites. But, it looks like it won't be as simple as he thought... He soon finds out about his own mysteries, and decides to solve every last bit of it. "What...am I?" note: cover is made by: pitzmaker
8 92 - In Serial20 Chapters
Finding Magic
[participant in the Royal Road Writathon challenge] An archeologist raids an ancient tomb, hired by an eccentric billionaire, who has been searching far and wide for the last spark of magic left in the world. When the archeologist makes it inside, he finds no spark. Instead, he discovers why there's no magic left in the world anymore.
8 188 - In Serial10 Chapters
The Reader of Souls
(previously titled 'perhaps I'm The bad guy')***After all his failures in his previous life as a king, Abraham died and was brought to a new world by an unknown entity for unknown purposes. Abraham found himself in this new world filled with, Secret organizations, Eldritch horrors, Gods, Magic and Insanity. What started as a new life in another world for Abraham, very quickly turned into quite the nightmare. Afterall... everything is quite suspiciously being laid out for him by 'The Most Ancient Creator'. He can even loose control of his body to 'him' . Each of his decisions are constantly monitored by 'Them' All he could do is fight back against the madness of this world with all he has. And all he has in this world filled with madness and threats in the dark is the ability to read other's thoughts. Unfortunately for him, this ability is more of a curse than a strength. And the people in his 'new world' aren't great either. They are against a formidable foe and are losing yet... They're scattered. And, as for the gods, Abraham cannot rely on them. 'They' Aren't benevolent.******************************************Hello! My name's Myst and this is my ln 'The reader of souls'. This is practically my first proper ln so don't expect too much. It's probably only mediocre. But I'll try. If you have any criticism feel free to tell me, Thanks! *Heavily inspired by Lord of Mysteries By The Cuttlefish That Loves Diving* Inconsistent updates. I'm sorry.
8 182 - In Serial29 Chapters
Manticore's Rise.
After the Old gods had been killed, the new age of freedom had begun. For two centuries, the people that had once been played against each other in pointless wars have worked hard to make new lives for themselves, unknowing of those that had retreated into the shadows beyond the realms. Amongst those shadows, as thankless protectors hold out hands for aid and peace, the servants of the old gods awaken. Those who know them work to foil their plans, those that know of them covet what they bring. Those who remember, fear the return of the old. This is the story that follows one such protector, dedicated to the elimination of those that have grown strong in the outer realms, gathering others from within to push them back. Will try and update each week. Also posting on Scribble Hub and Webnovel.
8 116 - In Serial16 Chapters
I made a contract with a beast.
Change comes around and goes around, and sometimes, it sticks around too.
8 116 - In Serial50 Chapters
Stella and the Boxer
The Wattys 2014 "Undiscovered Gem" Stella Henry is afraid of a lot of things. As a child, her simple, comfortable home life did not prepare her for the sort of people whom she would meet as a younger teenager. Now eighteen and a freshman at Clemson University, Stella meets Charlie, who, like her, has long been keeping others at bay. Though his disposition is kind and gentle, Charlie is a boxer, and his world only reminds Stella of elements of her past she would like to forget. When both realize that they have a safe place in one another, they start to overcome their fear of other people, and of letting them get close enough to matter.In many ways, this is a story about allowing people to matter to our lives, and about meaning something to them, in turn. At some point in your day, in your routine, in your life, you will matter to someone. That is a special kind of power, do be careful with it. "We love people not so much for the good they've done us, as for the good we've done them." Leo Tolstoy, War and Peace
8 134

