《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 25.

Advertisement

Sungchan berlari di koridor untuk menyusul Jihan tapi ia terlambat karena Jihan sudah pergi menyusul jihoon, sungchan menghela nafas lelahnya karena berlari sesekali ia melirik kearah kanan kiri untuk mencari Jihan, namun, tetap tidak ada.

"Aish, kemana Jihan pergi."

Sungchan mengacak kasar rambutnya dengan satu tangan di pinggang, mashiho dan Sooyoung yang tak sengaja melihat sungchan di koridor pun langsung mendekatinya.

"Sungchan." Merasa namanya di panggil, sungchan menoleh kebelakang.

"Kalian berdua, sedang apa di sini?! Oh ya, kalian lihat jihan?!." Tanya Sungchan, bukannya menjawab mashiho malahan memberikan peringatan untuk sungchan.

"Sungchan, ini peringatan terakhirku untuk kamu, jauhi jihan." Ucap Mashiho.

"Apa?! Tiba-tiba kamu minta aku buat jauhin Jihan?! Ck, sampai kapanpun aku tidak akan menjauhi dia."

"Jangan bilang kalo kamu menyukai Jihan, benar itu sungchan?!." Tanya Sooyoung.

"Kalo Iyah memangnya kenapa?! Tidak ada larangannya kan untuk aku menyukai Jihan."

"Siapa bilang tidak ada larangannya, tentu saja ada, Jihan hanya milik jihoon, jadi kamu lebih baik mundur dan jauhin Jihan." Ucap Mashiho.

"Kenapa aku harus menjauhi Jihan, hm?! Kenapa." Tanya sungchan.

"Karena mau seberapa keras usaha kamu deketin jihan itu akan sia-sia saja, Jihan sudah menjadi milik jihoon seutuhnya, dan aku peringatkan untuk kamu mundur sebelum kamu menyesali tindakan kamu, sungchan." Ucap mashiho dengan wajah seriusnya.

"Jangan merusak hubungan mereka, sungchan." Ucap Sooyoung.

"Hubungan apa maksudmu young?! Jihan sendiri yang bilang kalo jihoon itu hanya temannya tidak lebih, jadi percuma kalian menyuruhku mundur dan menjauhi Jihan, karena aku tidak akan menjauhi dia sebelum dia sendiri yang memintaku untuk menjauhinya, faham kalian berdua!."

Sungchan menatap tajam kearah Sooyoung dan juga mashiho, kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

"Yaa! Aku belum selesai bicara denganmu! Yaa!." Teriak mashiho.

"Shiho sudahlah, percuma saja kamu teriak seperti itu dia tidak akan mendengarkan." Ucap Sooyoung.

"Tapi young, pria itu memang harus di berikan peringatan sebelum makin menjadi-jadi." Ucap Mashiho.

"Aku tahu tapi kita juga tidak boleh gegabah, ingat, ini menyangkut privasi Jihan dan juga Jihoon, kita tidak punya hak untuk membeberkan pernikahan mereka di kampus sebelum mereka sendiri yang mau membukanya." Ucap Sooyoung.

"Aish, aku benar-benar kesal dengan pria itu!." Sarkas Mashiho.

*****

Sungchan yang lelah mencari Jihan memilih untuk masuk ke dalam ruang seni yang Baru saja dipel oleh petugas kampus, sungchan berdiri dengan memandang lukisan-lukisan yang berjejer rapi di dinding.

"Karena mau seberapa keras usaha kamu deketin jihan itu akan sia-sia saja, Jihan sudah menjadi milik jihoon seutuhnya, dan aku peringatkan untuk kamu mundur sebelum kamu menyesali tindakan kamu, sungchan"

"Jangan merusak hubungan mereka, sungchan"

Sungchan terus mengingat ucapan mashiho dan Sooyoung tadi, ucapan mereka seperti Boomerang yang terus menghantui pikiran nya.

Advertisement

"Apa maksud dari mereka berdua, apa jangan-jangan selama ini Jihan memiliki hubungan khusus dengan jihoon yang mereka sembunyikan diam-diam?!." Ujar sungchan sebelum ia menggelengkan kepalanya,"Tidak, aku tidak boleh mempercayai omongan mereka berdua begitu saja, aku akan percaya jika Jihan sendiri yang berbicara denganku."

"Oh jadi seperti inilah isi ruang seni, cukup mengesankan."

Mendengar suara yang familiar ditelinga nya, sungchan pun menoleh kebelakang saat ia menatap siapa orang itu ia memutar bola matanya Malas saat melihat Yujin yang melipat kedua tangannya di dada dengan berdiri di depan pintu.

"Mau apa kamu ke sini?!."

"Tidak ada, hanya ingin bertemu kamu saja, kenapa tidak boleh?!."

"Yaa! Hati-hati lantainya masih Basah, nanti jatuh." Ucap sungchan saat melihat yujin berjalan menggunakan sepatu sneaker wedges Korea warna putih tanpa berhati-hati.

"Tunggu, kamu mengkhawatirkan ku sungchan?!." Tanya Yujin dengan wajah tersipu malu saat sungchan memintanya untuk hati-hati.

"Tentu saja." Ucap sungchan, belum selesai berbicara wajah yujin sudah menahan senyum malunya.

"Tentu saja aku khawatir karena petugas kebersihan harus membersihkan lantai ini kembali, aku lebih takut lagi kalo lantainya sampai terluka karena kejatuhan manusia seperti kamu."

Seketika wajah yujin yang tadinya tersipu malu mendadak berubah menjadi masam dan datar.

"Yaa! Kau pikir tubuhku Segede apa ha! Sampai-sampai kau lebih mengkhawatirkan lantai ini daripada aku."

"Entahlah, kalo aku bilang tubuhmu hampir sama dengan kucing gemuk, bagiamana?!."

"Apa kamu bilang ha! Aku tidak segemuk itu ya, kau tidak lihat?! Tubuhku langsing, cantik imut, menggemaskan seperti ini!."

"Kok tiba-tiba aku merasa mual mendengarnya ya!." Ucap sungchan memegang perutnya.

"Kamu memang pantas dilenyapkan sungchan, menyebalkan!!." Sarkas Yujin.

Sungchan terkekeh geli melihat wajah yujin yang sepertinya terlihat kesal karena ulah dirinya sendiri.

"Baiklah! Cukup bercandanya dan katakan ada apa kamu mau menemui ku?!."

"Tidak ada yang penting, aku hanya ingin bilang sepertinya rencana kita perlahan mulai menemukan titik kemenangan, karena ulah kamu tadi sepertinya jihoon marah besar, bukan hanya jihoon tapi sepertinya anak kampus juga mulai tidak suka dengan Jihan."

"Aku pikir ini hal yang salah untuk kita lanjutkan." Ucap Sungchan.

"Kenapa?!." Tanya yujin yang langsung menatap serius wajah sungchan.

"Tujuan awal kita adalah menjauhkan Jihan dari jihoon, tapi semakin aku lihat rencana ini diluar dugaan terlebih lagi kamu bilang anak kampus juga mulai tidak suka dengan Jihan karena pertengkaran aku dan jihoon, bukankah kalo begitu Sama saja kita menjebak Jihan untuk di hujat satu kampus."

"Ck, jangan bodoh sungchan, malahan dengan begini Jihan tidak akan berani mendekati jihoon lagi."

"Iyah, menurut kamu seperti itu, tapi kalo sampai Jihan kenapa-kenapa karena ulah mereka aku tidak akan tinggal diam yujin, ingat itu!."

Advertisement

Yujin memutar bola matanya malas,"Seterah kamu saja, aku hanya ingin kamu terus dekati Jihan Kalo perlu kalian pacaran saja supaya jihoon bisa aku dapatkan."

"Yaa! Kau pikir berpacaran sama halnya beli tteokbokki yang pesan langsung jadi ha! Kadang otaknya harus di cuci sepertinya." Sarkas Sungchan.

"Otak siapa yang kamu maksud?!."

"Siapa lagi kalo bukan kucing gemuk yang berdiri di sampingku."

Yujin membulatkan matanya mendengar ucapan sungchan, ia pun berkacak pinggang dengan menatap tajam kearah sungchan.

"Apa kau bilang! Kucing gemuk! Kau benar-benar ingin merasakan pukulan ku ya!."

"Astaga, bulu kudukku berdiri sendiri, seperti ada yang mengumpat tapi tidak ada wujudnya."

Lagi-lagi Yujin di buat menganga lebar mendengar ucapan sungchan, tak ada lagi kesabaran untuk yujin lantas sungchan menahan tubuhnya yang mendapatkan pukulan dari yujin.

"Yaa! Hentikan badan ku sakit!."

"Aku tidak perduli, minta maaf cepat!."

"Buat apa?! Aku tidak salah kok."

"Minta maaf atau aku timpuk pakai sepatu mahal milikku."

"Seberapa mahalnya si, palingan dibawah setuju ya kan."

"Wah! Sembarangan! Ini sepatu branded hanya ada satu di dunia dan harganya mahal."

"Tapi sayangnya aku tidak nanya tuh."

Yujin mengepalkan tangannya di depan wajah sungchan, meladeni sungchan membuat dirinya harus emosi terus-terusan, Yujin pun menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

"Seterah!! Udahlah lebih baik aku pergi dari pada gila di sini."

"Awas nanti kepeleset Aku bisa tertawa ngakak Lho." Ucap sungchan meledek.

Yujin tidak perduli saat ia membalikkan badannya dan baru saja selangkah berjalan sepatunya terpeleset di lantai yang masih sangat basah yang membuat yujin terkejut begitupun sungchan yang langsung menangkap dan menahan tubuh yujin agar tidak terjatuh di lantai.

Tatapan mata mereka bertemu dengan tangan sungchan melingkar di pinggang yujin, tatapan mata yang begitu dalam dan sangat lama.

"Aku tau aku tampan, tapi bisakah kamu berdiri, tumbuh kamu berat yujin."

Yujin langsung berdiri setelah sadar dari apa yang terjadi tadi, ia menatap tajam kearah sungchan.

"Kau pasti sengaja kan menyumpahi ku agar aku terpeleset!!."

"Tidak tuh, malahan aku saja ikut kaget melihatnya."

"Entah kenapa aku merasa bertemu dengan mu, membawa kesialan untukku."

"Kesialan karena kamu bertemu dengan pria tampan, benarkan."

"Dih, tidak usah ge'er! Bye!." Sarkas yujin, lalu melangkah pergi dari ruang seni.

"Dasar nenek lampir marah-marah Mulu." Ucap sungchan menatap punggung yujin yang menghilang dari balik pintu.

*****

Malam harinya, Jihan baru selesai menyiapkan makan malam untuk ia makan bersama jihoon, namun, sesaat kemudian terlintas dipikirannya apakah jihoon mau makan bersamanya, terlebih lagi saat ini kondisinya rumah tangga mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Huh... Ayolah Jihan jangan menyerah dulu, aku yakin Jihoon pasti tidak akan lama marah sama kamu." Ucap Jihan menghela nafas panjangnya.

Saat Jihan ingin datang ke ruang tamu Jihoon lebih dulu Turun dari lantai dua.

"Jihoon, makanannya sudah jadi, ayo makan." Ucap Jihan.

"Aku makan ramen, kamu saja yang makan." Ucap Jihoon dingin tanpa menatap wajah jihan.

"Tapi aku sudah masak untuk kita berdua makan, aku mana mungkin menghabiskan semua makanan ini."

"Buang saja, apa susahnya?! Kalo tidak kamu ajak saja sungchan ke rumah terus ajak dia makan bersama kamu, tenang saja aku akan diam di kamar tanpa mengganggu kalian berdua."

"Jihoon aku mohon jangan nambah situasi makin panas, aku udah minta maaf ke kamu, tapi kenapa kamu masih marah sama aku?!."

"Hal yang sama juga ingin aku tanyakan sama kamu, kenapa kamu menanyakan hal yang kamu sendiri juga tau apa yang menyebabkan aku seperti ini, park Jihan."

Jihan terdiam menatap wajah jihoon yang begitu dingin, hati nya seperti tersayat pisau yang tajam melihat sikap dingin jihoon bahkan ucapannya.

"Kamu membenciku, Jihoon?!."

Jihoon yang sedang menuangkan bumbu mie instan ke piring itu menolehkan kepalanya ke arah Jihan, ia tak menjawab melainkan diam lalu membuang wajahnya untuk tidak menatap wajah Jihan.

Jihan yang melihat reaksi jihoon itu menarik sudut bibirnya keatas kemudian menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, aku memang salah, Aku bodoh dan aku memang tidak bisa menghargai kamu sebagai suami aku, park Jihan memang wanita yang tidak pantas jadi istri seorang park jihoon, aku mengerti, aku minta maaf sekali lagi." Ucap Jihan, lalu pergi meninggalkan dapur yang membuat jihoon menatap punggung Jihan yang menghilang dari dapur.

"Aku tidak mungkin membenci wanita yang aku cintai, maafkan aku Jihan, aku hanya butuh waktu sampai aku bisa melihat kamu benar-benar menjauhi pria lain." Batin Jihoon.

Dikamar Jihan menutup pintu dan menguncinya, ia berjalan menuju king size lalu duduk bersandar di kepala kasur, Jihan yang tidak bisa lagi menahan air matanya itu pun akhirnya meneteskan air matanya diam-diam.

"Andai aku bisa berkata jujur dari awal kalo aku mulai merasakan rasa nyaman dengan kamu ji, mungkin ini semua tidak akan terjadi, dan andai saja aku tidak egois dengan pendapatku sebelumnya mungkin pernikahan kita akan baik-baik saja sampai sekarang, aku memang bodoh sangat bodoh, aku minta maaf."

Jihan mengusap air matanya, lalu ia melepaskan Kalungnya, ia menatap cincin pernikahan mereka berdua.

"Aku akan memperbaikinya mulai sekarang." Ucap Jihan, ia pun melepaskan cincin itu dari kalung lalu kemudian memasangkan cincin itu kembali ke tempat yang seharusnya yaitu di jari manisnya.

    people are reading<[✓] Mate || Park Jihoon>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click