《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 24.

Advertisement

JANGAN LUPA VOTE YA, BIAR AKU SEMAKIN SEMANGAT NULISNYA◉‿◉

Melihat perdebatan yang terjadi di antara jihoon dan sungchan membuat semua mahasiswa maupun mahasiswi berbisik-bisik membicarakan Jihan, jihoon terkenal dengan keterkenalan nya di kampus sedangkan sungchan terkenal karena kepandaiannya pada lukisan.

Jadi, tidak aneh jika kedua pria itu banyak di sukai wanita di kampus, namun, perdebatan yang di sebabkan karena satu wanita membuat mereka semua menyalahkan Jihan atas kejadian pertengkaran tersebut.

"Aku harus apa sekarang, mereka marah denganku." Batin Jihan.

"Wah! Wah! Park jihan." Yujin datang dengan menepuk tangannya kemudian menatap wajah Jihan.

"Merasa cantik ya diperebutkan oleh dua pria sekaligus, lihat sekarang?! Gara-gara kamu mereka berdua bertengkar."

"Diam kamu!." Sarkas Jihan.

"Kenapa aku harus diam?! Bukankah itu benar, jihoon dan sungchan bertengkar itu karena salah kamu, andai kamu tidak mendekati mereka, mungkin mereka tidak akan bertengkar seperti tadi, benar tidak teman-teman." Teriak yujin.

"Benar! Ini semua karena kamu Jihan!."

"Dasar wanita ganjen!."

"Sok cantik banget si sampai diperebutkan begitu."

"Alah paling-paling juga dia cuman mau terkenal saja di kampus makanya ngedeketin dua cowok sekaligus, dasar cewek murahan!."

Jihan yang mendengar kata-kata dan sorakan dari semua mahasiswi di sana menutup telinganya dengan mata berkaca-kaca.

"Diam!! Diam kalian semua! Aku tidak seperti itu!!." Teriak Jihan.

"Tidak perlu mengelak Jihan, semua anak di kampus ini sudah melihatnya sendiri, bagaimana kamu membuat dua pria famous berkelahi hanya karena memperebutkan wanita murahan yang tidak tahu malu seperti kamu." Ucap Yujin dengan senyum smirk nya.

PLAKKK!!

"Kau!!." Bentak Yujin.

"Apa! Tidak suka ha! Jaga mulut kamu yujin, aku tidak seperti apa yang kamu ucapkan." Sarkas Jihan dengan air mata yang sudah mengalir, lalu tatapannya beralih ke sungchan di sebelahnya,"Maaf aku tidak bisa mengobati luka kamu."

Jihan pergi dari hadapan sungchan kemudian menatap tajam kearah yujin yang memegang pipinya, Jihan pun pergi menerobos kerumunan mahasiswa-mahasiswi yang menghalangi jalannya.

"Kamu sudah kelewatan, yujin! Ini diluar rencana kerjasama kita." Sarkas Sungchan.

"Apa memangnya perduli ku?! Ini adalah kejadian yang aku suka." Ucap Yujin.

"Tetap saja kau sudah kelewatan dengan merendahkan bahkan membuat Jihan malu di depan semua anak kampus, kalo sampai Jihan kenapa-kenapa kamu yang akan menanggung akibatnya!."

Sungchan menatap tajam kearah Yujin kemudian berjalan meninggalkan yujin.

"Kau pikir aku perduli dengan rencana kerjasama kita sungchan?! Jelas-jelas aku hanya memanfaatkan kamu saja agar Jihan di benci oleh jihoon, dengan begitu aku bisa mendapatkan jihoon menjadi milikku." Batin Yujin.

Mashiho dan Sooyoung mengejar jihoon sampai ke parkiran dimana jihoon hendak pergi dari kampus.

Advertisement

"Jihoon, kau mendengar ku kan." Ucap Mashiho.

"Diamlah, aku sedang tidak ingin di ganggu." Ketus jihoon.

"Yaa! Aku tau kamu kesal, tapi kamu mau kemana?! Jangan mencari hal yang membahayakan keselamatan kamu, jihoon." Ucap Mashiho.

"Benar, kamu menyetir mobil di saat lagi emosi itu sangat bahaya." Ucap Sooyoung.

"Aku hanya ingin pulang ke rumah, jadi pergilah jangan menggangguku!."

Jihoon masuk ke dalam mobilnya, mashiho dan Sooyoung tidak bisa menghentikan Jihoon karena mereka yakin jihoon tidak akan membahayakan dirinya sendiri.

"Aku benar-benar tidak menyangka kejadian ini terjadi di kampus." Ucap Mashiho.

"Aku lebih tidak menyangka lagi, jika nanti Jihan dan jihoon akan ribut besar di rumah." Ucap Sooyoung.

"Apa kita harus membantu mereka, young?!."

"Jangan, ini urusan mereka berdua kita tidak usah ikut campur urusan mereka."

"Aku harap jihoon bisa menahan emosinya saat berbicara dengan Jihan." Ucap mashiho.

Saat mobil jihoon keluar dari halaman kampus, Jihan berlari keluar bahkan mengejar mobil jihoon sampai gerbang kampus, Jihan menangis tentu saja, ia merasakan sakit di hatinya melihat jihoon yang semakin marah dengannya.

"Aku harus ngejar jihoon." Ucap Jihan, ia pun memberhentikan sebuah taksi yang melintas di depan kampusnya.

Jihoon yang melaju kencang di jalanan, emosinya benar-benar tidak terkendali saat ini, jihoon tidak perduli dengan suara klakson mobil lain yang menyalah karena ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, saat mobil jihoon sampai di rumah ia pun langsung masuk ke dalam rumah tepatnya pergi ke kamar, jihoon masuk ke dalam kamar mandi kemudian berdiri di wastafel kamar mandi.

"Kenapa harus aku yang menjauhi Jihan, kenapa tidak kamu saja?! Bukankah Jihan tidak pernah tertarik dengan mu?! Pria yang menyebalkan untuknya"

Jihan mengepalkan tangannya saat ia mengingat kembali ucapan sungchan di kampus.

"ARGH!!!."

BUGHH!

PRANGG!

Kaca kamar mandi retak dan pecah saat jihoon yang tidak bisa mengontrol emosi nya itu menonjok kaca kamar mandi yang membuat jari-jari tangannya terluka dan mengeluarkan darah, namun, harus di ingat rasa sakit di tangannya tidak seberapa sakit dengan perasaannya.

"Jihoon bodoh!! Andai saja dari awal aku tau akan terjadi seperti ini lebih baik aku menolak perjodohan ini!! Kamu bodoh jihoon! Kamu bodoh!! Kenapa hanya aku ha! Kenapa hanya aku yang mencintai Jihan! Kenapa hanya aku yang menjaga perasaannya sedangkan dia tidak!! Kenapa!!."

Jihoon mengusap wajahnya yang memerah karena emosi ia sesekali berteriak keras untuk meluapkan segalanya yang dia pendam.

"Astaga, jihoon." Sontak jihoon pun menolah kearah pintu di mana Jihan datang dengan wajah terkejutnya.

"Mau apa kamu ke sini." Sarkas Jihoon.

Advertisement

"A-aku." Ucap Jihan gugup karena wajah jihoon sangat menyeramkan saat ini.

"Tidak usah sok perduli dengan ku Jihan, aku tau kamu tidak tulus jika kamu mengkhawatirkan kondisi ku saat ini, bukankah sungchan itu lebih penting di hidup kamu hm."

"Tidak seperti itu jihoon, biarkan aku menjelaskannya ke kamu." Ucap Jihan, namun, pandangannya membeku saat melihat luka dengan darah yang keluar dari jari-jari tangan jihoon.

"Astaga, tangan kamu terluka! Ini bisa infeksi, ayok aku obati." Ucap Jihan menarik tangan Jihoon, namun, jihoon melepaskan tangannya pelan.

"Aku tidak butuh bantuan kamu, pergilah, temui pria itu."

"Aku tau aku salah!! Tapi tolong, aku tidak bisa melihat kamu terluka seperti ini terlebih lagi itu semua karena aku, biarkan aku obati luka kamu setelah itu seterah kamu mau membentak aku seperti apa!."

Jihoon menghela nafas berat nya, selang beberapa menit kemudian ia duduk di pinggir kasur dengan Jihan yang mengobati luka di jari-jari tangan nya akibat menonjok kaca, sesekali jihoon meringis saat lukanya di obati, Jihan dengan telaten mengobati luka jihoon setelah itu memperban telapak tangannya.

"Sudah selesai." Ucap Jihan tersenyum.

"Terimakasih." Ketus jihoon.

"Sama-sama." Ucap Jihan tersenyum, kemudian menundukkan kepalanya sebelum berbicara,"hm aku minta maaf soal tadi di kampus."

"Tidak perlu minta maaf, percuma juga, nanti juga kamu belain dia lagi lalu ketemu sama dia kembali, lagi juga apa pedulinya kamu sama aku, tidak ada kan." Ucap jihoon menarik sudut bibirnya keatas.

"Aku perduli sama kamu karena kamu suami aku, jihoon."

"Kalo kamu perduli dengan aku, seharusnya kamu tidak pergi bertemu dengan pria lain, kamu selalu pergi dengan alasan tidak enak dengan sungchan, sedangkan aku?! Bahkan kamu tidak mikirin sekalipun perasaan aku seperti apa."

"Kamu cemburu dengan sungchan, jihoon?!."

"Iyah, kalo Iyah kenapa! Aku cemburu dengan sungchan yang selalu bisa bikin kamu keluar hanya karena alasan menemaninya ke toko buku, asal kamu tau Jihan, aku awalnya sulit untuk menerima perjodohan ini, tapi berjalannya waktu aku mulai menerimanya dan saat itu juga perasaan aku tumbuh secara perlahan."

"Kamu sedang bercanda kan?! Kamu tidak benar-benar memiliki perasaan denganku?!."

"Apa wajahku terkesan bercanda, Jihan?! Aku mencintai kamu, aku sayang sama kamu, apa kata itu masih belum bisa bikin kamu percaya kalo aku punya perasaan sama kamu ha!." Sarkas jihoon yang memang masih tersulut emosi.

"Sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu juga punya perasaan yang sama denganku?! Atau kamu malahan lebih tertarik dengan pria itu, Jihan."

"A-aku tidak tahu, aku bingung."

Jihoon tertawa kecil mendengar ucapan Jihan, ia menganggukkan kepalanya mengerti maksud dari Jihan.

"Oke, mulai sekarang aku akan tidur di ruang tamu, aku tidak pernah memaksa kamu untuk mencintaiku Jihan, kalo memang menghargai saja kamu tidak bisa, lebih baik kita pisah ranjang mulai sekarang."

Jihan terkejut mendengarnya ia langsung menatap wajah jihoon didepan nya, entah kenapa hatinya sangat sakit mendengar kata itu keluar dari mulut jihoon.

"Tidak, aku tidak mau jihoon."

"Kenapa?! Bukankah sebaiknya begitu, kamu bisa pergi semau kamu bertemu dengan sungchan, anggap saja kamu tidak punya suami di rumah, ah iya aku lupa aku kan memang tidak di anggap suami sama kamu." Ucap Jihoon.

Jihan menggeleng cepat dengan mata berkaca-kaca,"Aku mohon ji, aku tidak mau pisah ranjang sama kamu, aku minta maaf."

"Sudah aku bilang bukan, kalo maaf kamu masih bisa membuat kamu mengulangi hal yang sama lagi, lebih baik kamu pikirkan baik-baik kata maaf kamu itu, sebelum kamu menyesalinya."

Jihoon berdiri dan berjalan keluar dari kamar, Jihan yang menahan jihoon untuk tidak keluar dari kamar itu pun gagal, Jihoon menghempas tangan Jihan di lengan tangannya kemudian keluar kamar dengan menutup pintu keras.

Jihan bersandar di balik pintu dengan Isak tangis yang pecah dari matanya, Jihan tidak mengharapkan pernikahan nya akan kacau seperti ini, ia hanya ingin pernikahannya berjalan dengan baik dan harmonis bukan seperti ini.

"Hiks, aku mohon dengerin aku ji hiks, aku mohon." Ucap Jihan dengan menangis, Jihan tau kalo jihoon sebenarnya tidak pergi dari kamar ini, ia tau pria itu juga sedang berdiri di balik pintu kamar mereka.

Jihoon yang memang belum sepenuhnya pergi dari kamar berdiri di depan pintu yang tertutup, dia bisa mendengar suara tangisan dari Jihan di dalam, bukan ini yang jihoon mau, jihoon hanya ingin Jihan tau kalo dia memang benar-benar mencintai Jihan ia hanya ingin membangun sebuah rumah tangga yang harmonis bukan seperti ini, jihoon sudah berkerja keras untuk Jihan tapi yang jihoon dapatkan selalu seperti ini.

"Maafkan aku Jihan, maafkan aku sudah membuatmu menangis, maaf aku memang bukan suami yang baik untuk kamu." Batin Jihoon, ia mendongakkan kepalanya ke atas untuk menahan air matanya yang hendak turun.

Jihoon membuang nafas beratnya kemudian berjalan pergi, jihoon juga butuh waktu sendiri saat ini ia tidak tahu sampai kapan ia akan bersikap seperti ini ke Jihan, yang jelas hati nya sudah lelah dan membutuhkan waktu untuk tenang.

    people are reading<[✓] Mate || Park Jihoon>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click