《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 18.
Advertisement
"Yaa! Kim Sooyoung tunggu!."
Sooyoung menolehkan kepalanya kebelakang, saat tau mashiho lah yang memanggilnya ia pun berhenti dan menatap mashiho.
"Kenapa Shiho?!."
"Kau mau kemana?!." Tanya mashiho.
"Pulanglah memangnya aku mau kemana lagi." Ucap Sooyoung.
"Temani aku ke toko buku, cepat!." Mashiho menarik tangan Sooyoung tanpa seizin Sooyoung.
"Eh! Apaan si tarik-tarik, Yaa! Mashiho!." Ucap Sooyoung, tapi mashiho tidak mendengar melainkan terus menarik tangan Sooyoung.
Sedangkan di depan pintu gudang yujin sedang bersandar sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Yujin, apa kau sudah menunggu lama?!." Tanya jisoo.
"Menurutmu bagaimana?!." Ketus yujin.
"Dari wajahmu sepertinya sudah menunggu lama." Ucap Jisoo.
"Sudahlah, jadi apa yang mau kamu beritahukan kepada ku?!." Tanya Yujin.
"Ck, tidak sabaran." Ucap jisoo, ia pun mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada yujin.
"Apa ini?!." Tanya yujin.
"Aku tidak sengaja melihat jihoon berduaan dengan Jihan di koridor tadi, karena aku tidak mau kehilangan kesempatan jadi aku foto saja mereka berdua." Ucap Jisoo.
Yujin yang melihat foto dimana jihoon memegang lengan tangan Jihan ini membuat yujin mengepalkan tangannya.
"Argh! Menyebalkan!!." Sarkas yujin yang hendak membanting handphone jisoo jika tidak di tahan oleh jisoo.
"Jangan di banting! Ini handphone aku kalo rusak susah lagi belinya!." Sarkas Jisoo yang langsung mengambil handphonenya dari yujin.
"Yailah, itu handphone harga murah aku bisa menggantikannya." Ketus Yujin.
"Iyah karena kamu orang kaya harga lima belas juta juga kecil untuk kamu, sudahlah kenapa Jadi bahas handphone, jadi gimana sekarang?!."
"Jihan itu dari fakultas yang sama dengan jihoon, benar?!." Tanya Yujin.
"Ya, setahuku seperti itu." Ucap Jisoo.
"Apa kau tau mereka ada hubungan apa?!." Tanya yujin.
"Yaa! Kenapa jatuhnya kau seperti wartawan, banyak tanya."
"Aku saja bingung kenapa aku banyak tanya, tapi yang jelas sekarang aku tidak suka siapapun mendekati jihoon selain aku."
"Jadi rencana mu itu apa sekarang?!."
"Tentu saja aku ingin memata-matai gadis itu dulu, kalo perlu aku akan menegurnya karena sudah berani mendekati jihoon." Ucap Yujin menarik sudut bibirnya ke atas sedikit.
*****
Jihan dan sungchan kini berada di dalam toko buku, Jihan berjalan ke rak-rak buku yang penuh dengan buku-buku cerita di sana, sedangkan sungchan sedang mencari buku komik yang baru saja rilis.
Jihan mengambil sebuah buku berjudul 'Mate' yang menceritakan tentang seorang gadis yang dijodohkan dengan pria yang selalu membuatnya kesal alur cerita yang menceritakan kisah pernikahan gadis itu yang tidak berjalan dengan baik karena gadis itu selalu berbohong kepada suaminya kalo ia keluar bersama sahabatnya padahal suaminya jelas-jelas melihat gadis itu sedang berduaan dengan pria lain.
Advertisement
Merasa tertarik dengan cerita buku itu Jihan pun mengambilnya dan membaca buku tersebut di meja, saat ia baru saja membaca bab pertama Jihan terasa tertarik karena alur dari cerita ini sama persis dengan yang dia alami saat tau jihoon lah pria yang dijodohkan dengannya.
"Ceritanya seperti pertama kali aku di buat kesal oleh jihoon." Ucap Jihan terkekeh pelan.
Sungchan yang sudah menemukan buku komik yang dia cari itu pun berjalan ke meja saat melihat Jihan sedang membaca sebuah buku di sana.
"Kamu sedang membaca buku apa?! Sepertinya seru." Ucap Sungchan.
"Benar, buku ini seperti gambaran aku dengan jihoon." Ucap Jihan terkekeh.
"Kamu dengan jihoon?!." Tanya Sungchan.
Jihan mengangguk,"Iyah, aku dengan jihoon, dimana pria menyebalkan itu selalu membuatku kesal saat pertama kali ketemu."
Sungchan menganggukkan kepalanya Sambil membentuk mulut nya 'O'.
"Kalo kamu suka beli saja, biar aku yang bayar nanti."
"Tidak perlu, aku bisa membelinya sendiri."
"Tidak jihan, anggap saja aku sedang berbaik hati hari ini jadi biar aku yang membayarnya."
"Sungchan aku tau kamu memang pria yang baik banget, tapi tidak apa-apa aku bisa membelinya pakai uang ku sendiri."
"Yasudah kalo itu mau kamu." Ucap Sungchan tersenyum manis menatap Jihan.
"Oh ya, kamu sudah membeli komik itu?!."
"Sudah, untung saja belum kehabisan."
"Syukurlah kalo gitu, aku pikir selain lukisan kamu tidak menyukai apa-apa ternyata suka komik juga."
"Lukisan itu nomor dua dan komik ini nomor tiga."
"Lho, jadi nomor satunya apa?!."
"Rahasia." Ucap sungchan terkekeh.
"Aish, menyebalkan." Ucap Jihan terkekeh kecil, kemudian kembali membaca buku itu.
"Nomor satunya adalah kamu, park Jihan." Batin Sungchan.
Mashiho dan Sooyoung yang baru datang ke dalam toko buku, tak sengaja matanya menatap ke arah meja di mana sekilas mirip Jihan dan sungchan yang sedang mengobrol sambil tertawa kecil di sana.
"Lho, itu Jihan dengan siapa?!." Tanya Mashiho yang melihat punggung pria.
"Sungchan." Ucap Sooyoung datar.
"Sungchan?! Bukannya Jihoon?!."
"Tidak, dia sungchan bukan jihoon, Aku sempat melihat Jihan memang pergi bersama sungchan di koridor kampus."
"Lama-lama pria itu ngelunjak, aku harus menegurnya."
"Eh mau ngapain?!." Tanya Sooyoung menahan tangan mashiho.
"Aku mau menegurnya." Ucap mashiho.
"Jangan, lebih baik kita pantau mereka saja di sini, Aku mau tau apa yang mereka lakukan di sini."
Mashiho menghela nafasnya lalu menganggukkan kepalanya.
"Baiklah." Ucap mashiho.
Jihan dan sungchan yang tidak menyadari adanya mashiho dan Sooyoung di toko buku itu terus saja mengobrol dengan sesekali tertawa kecil.
"Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa jihoon malahan memberikan izin untuk Jihan pergi dengan pria lain." Ketus mashiho.
Advertisement
"Aku yakin jihoon sebenarnya tidak mengizinkan Jihan pergi dengan sungchan, tapi karena dia tidak mau Jihan terasa di kekang makanya dia membolehkan Jihan pergi dengan sungchan." Ucap Sooyoung.
"Aku harap kamu mengerti tentang bagaimana caranya menghargai Suami kamu, Jihan." Batin Sooyoung.
"Jihan, aku sudah lapar mau pergi cari makan?!." Tanya sungchan.
"Boleh, aku juga sudah lapar." Ucap Jihan kemudian beranjak berdiri dari duduknya.
"Menunduk cepat." Ucap mashiho saat melihat Jihan dan sungchan akan segera pergi dari toko buku.
Jihan tidak merasa curiga saat melirik ke arah satu pria dan satu wanita yang duduk dengan kepala menunduk itu, setelah membayar buku yang dia bawa Jihan pun keluar dari toko buku bersama sungchan.
"Apa kita ikuti saja mereka?!." Tanya Mashiho.
"Tidak perlu, biarkan saja." Ucap Sooyoung.
"Tapi bagaimana kalo pria itu ngapa-ngapain Jihan?!?" Tanya mashiho.
"Jangan berpikir aneh-aneh, aku yakin Jihan masih mengingat jihoon Yang ada di rumah, sudahlah biarkan saja dulu jangan terlalu ikut campur urusan mereka." Ucap Sooyoung.
*****
Malam harinya jihoon duduk di sofa dengan menatap ponselnya di meja, pikirannya tidak tenang karena Jihan sama sekali tidak memberinya kabar, bahkan untuk telepon saja tidak, jihoon sudah mengirimkan pesan kepada Jihan tapi belum ada satupun yang di balas oleh Jihan.
Jihoon mengusap kasar wajahnya, melihat Jihan tidak bersamanya membuat Jihoon khawatir setengah mati.
"Kemana sungchan membawa Jihan pergi, sudah malam seperti ini masih belum pulang." Ucap jihoon.
Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan terdengar suara Jihan sontak jihoon pun langsung beranjak berdiri dan menghampiri Jihan.
"Seru banget ya jalan-jalan sama sungchan sampai lupa waktu." Ucap Jihoon.
"Kamu ngomong apa si, aku cuman ke toko buku aja kok terus pergi makan malam." Ucap Jihan.
"Pergi makan malam?! Berdua dengan sungchan?!." Tanya Jihoon.
"Iyah, memangnya kenapa?!."
"Kamu bilang kenapa?! Aku dari tadi nunggu kamu pulang, aku pikir kamu bakalan ingat sama aku yang nunggu di rumah, bahkan tidak ada satupun chat dari kamu untuk ngabarin aku, malahan pesan aku saja tidak di balas satupun Sama kamu."
"Untuk soal itu maaf aku tidak buka handphone seharian."
Jihoon tersenyum miring dengan mengacak rambutnya kasar.
"Itu sebabnya kamu lupa sama aku yang ada di rumah, benar gitu Jihan?! Apa segitu pentingnya sungchan buat kamu sampai kamu lupa sama suami kamu sendiri." Sarkas jihoon.
"Kamu ini kenapa si ji?! Aneh banget deh, kalo kamu percaya sama aku seharusnya kamu tidak mikir hal yang aneh-aneh tentang aku sama sungchan, aku hanya nemenin dia ke toko buku lalu dia ngajak aku makan malam itu aja, udah deh aku capek jangan bikin aku makin capek karena debat sama kamu, minggir aku mau ke kamar."
Melihat Jihan berjalan melewatinya membuat jihoon benar-benar kehabisan akal sehat, pernikahan nya baru saja seumur jagung tapi sudah di suguhkan dengan masalah seperti ini.
"Tenang jihoon, kamu tidak boleh emosi, ini masalah pertama dalam rumah tangga kamu." Batin jihoon menghela nafas berat nya.
Jihan masuk ke dalam kamar dengan melempar tas nya ke sofa ia benar-benar tidak mengerti sebenarnya ada apa sama jihoon, bukankah dia sendiri yang bilang kalo dia percaya kalo Jihan dan sungchan tidak memiliki hubungan apa-apa selain teman, tapi lihat sekarang? Dia juga yang marah-marah.
"Aku tidak mengerti kenapa jihoon labil seperti itu! Memangnya kalo aku jalan sama sungchan salah nya dimana?! Aku hanya mengantarkan sungchan ke toko buku saja." Ujarnya sambil berkacak pinggang.
"Jihan." Ucap jihoon yang masuk ke dalam kamarnya, Jihan pun membalikkan tubuhnya menghadap jihoon.
"Apa lagi?! Kamu masih mau marahin aku?! Nuduh aku yang aneh-aneh lagi?!." Ketus Jihan.
"Tidak, aku mau minta maaf sama kamu." Ucap jihoon.
"Minta maaf?!." Tanya Jihan.
"Iya, aku tau aku sudah berlebihan memarahi kamu, tapi aku seperti itu karena aku khawatir sama kamu, aku takut terjadi sesuatu sama kamu, tolong lihat aku sekali aja Jihan, aku suami kamu aku punya tanggungjawab besar terhadap kamu, aku harus menjaga amanah orang tua kamu untuk menjaga Kamu, Aku minta maaf." Ucap jihoon dengan wajah tulusnya.
Lupakan saja jika dia emosi tadi, dan Sekarang ia memilih untuk mengalah dari pada rumah tangga nya berantakan hanya karena hal sepele.
"Aku juga minta maaf karena tidak membalas pesan kamu, tapi bukan berarti aku tidak mau di ganggu sama kamu, tolong jangan mikir yang aneh-aneh, aku minta maaf." Ucap Jihan menatap wajah jihoon.
Jihoon menganggukkan kepalanya lalu menarik tangan Jihan untuk dipeluk olehnya, kehangatan itu muncul di saat mereka berdua menurunkan ego nya masing-masing, hanya untuk saat ini tidak tau besok seperti apa.
Jihoon melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Jihan yang masih setiap memeluk tubuh nya, Jihan mendongakkan kepalanya menatap wajah jihoon.
"Besok mau jalan-jalan dengan aku?!." Tanya Jihoon.
"Kemana?!."
"Kemana pun yang membuat kamu bahagia, mau?!."
Jihan mengangguk,"Mau banget."
Jihoon tersenyum lebar dan kembali memeluk tubuh Jihan erat, kali ini akan menjadi pelajaran berharga untuk jihoon yang harus menahan emosinya.
Advertisement
- In Serial51 Chapters
An Advance in Time
In the year 2050, nanotech was invented that allowed humanity to do what it does best: ignore reality. Jason was a project manager at Razor, Inc. where those simulations were crafted and improved every day. That is, until an accident with a power outage and a poorly-coded backup protocol saw his consciousness transferred to a server and his body in a coma for the foreseeable future. With the corporate vultures circling around what they see as a new piece of company software, Jason finds himself in one of the simulations he used to design. If you enjoy kingdom-building, strategy, technological progression and big challenges, you’ll likely enjoy An Advance In Time. Remember to follow the story by clicking the bookmark icon and add the story to your favorites list! Reader comments: “It’s like those incremental games, but much much more entertaining. I can’t wait to see where this goes, and can’t wait for the next update!” - Reddit user “Solid prose and an interesting start... I’m always a sucker for industrialization, so I think I’ll be watching this.” - Reddit user “The story is just the type of story I love reading.” -RoyalRoad reviewer Discord server: https://discord.gg/aRQNgR7 [A WINNER of the Royal Road Writathon challenge]
8 236 - In Serial7 Chapters
Empire of Flame and Fang
For as long as she could remember, Bren has wanted to leave her family's farm behind her and join one of the fabled mercenary companies of the Flowering Coast. She dreamed of becoming a legendary warrior while practicing her swordcraft in pastures and meadows, and after a seemingly unstoppable army invades the realms, she will discover if she truly has what it takes to become a hero . . .
8 90 - In Serial25 Chapters
No Effort Power Fantasy
The world has ended. Everyone on earth is dead. Except for one boy named ‘Heaven’. A terrible name his parents gave him since he was born. Only Heaven had survived the apocalypse. He now has newfound godly powers that will let him do whatever he wants on this hell torn earth.
8 157 - In Serial72 Chapters
Calf the Furless (First Edition)
Calf, the heir presumptive has fallen short once again. As a half-being his competition has always stood heads and shoulders above his physical capabilities but this time, more is at play in keeping him down than the fetters of human ability. "THEY" have interfered and as a consequence, Calf is thrown into a Rites the likes of which only the annals and a few of the long-lived have seen. Will he prevail, or will his story end before it even begins. PROLOGUE: The rite of passage. Every creature known and yet to be known by man undergoes its own challenges. These separate the chaff from the worthy crop, whittling down the challengers for every progressive leg of the journey we call life. Be it formalized and observed, or unwittingly followed in the execution of daily life, every form of it is ritualized. That ritual is what we call the rites, the passage being the continuation of life itself, for even when metaphorical, a death is certain in choice and accommodations should one fail to meet its expectations. ⯁⯁⯁ At the top of any group stands a king, set apart from all by qualification, ranging from singular to multivariate by the complexity of each group. To those of the central forests of Greater Liminos, better known as Taurreland, strength is king. Though the land abounds with creatures great and small, boasting intellect, arcane skills and artisanal prowess, strength stands above all of them, second to none. 'Strength will prevail over all' stands as their motto, and to that end, the Rites of a King require triumph over forces from all disciplines. ⯁⯁⯁ Day 300,Year seventeen,Future calendar of the Taurs... Such a rites would occur on that day, and its events would be the first in a sequence of challenges to the status quo. A single answer would emerge to satisfy all the questions that had been asked of a certain Prince for the past 8 years, but as a consequence, that answer would put to question all that was tradition, and the weight of hereditary strength.
8 122 - In Serial53 Chapters
Rogue Luna
Amina was a beautiful, kind, strong, funny werewolf. She witness her family and pack killed by another pack... the bloodmoon pack. Her father was the alpha & mother was the Luna. Amina vowed that she'll avenge her family & pack (the crescent moon) death. Meaning going rogue. Kingston is alpha's of all alpha's. His pack the Black beast pack is one of the strongest pack in the world, Kingston was known for his cruel, torturous, cold hearted reputation. Being mateless at 26 was unheard of in the werewolf community. But everyone thought the moon goddess was doing the right thing by not giving him a mate.. or so he thought. Will Amina and Kingston ever meet? little do they know the moon goddess has something in store for them...First book
8 546 - In Serial21 Chapters
The Three Lives of Mr. Amazing
The Three Lives of Mr. Amazing is the story of a world where superheroes a created. This book is the story of Mr. Amazing, a superhero created to fight secret wars and terrorists - and the three lives he lives. The first life is his life he lived before he became a superhero, the second life is his public life - as a God like figure, and the third life is Mr. Amazing's private life. This is a story about the complexity of the human condition - and what it means to be super, and what it means to be a hero.
8 198

