《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 16.
Advertisement
Siang hari nya, Jihoon yang sedang duduk di sofa dengan laptop yang berada di pangkuan nya itu sedang mengerjai berkas-berkas kantor yang dikirim oleh papanya untuk ia kerjakan, sudah lebih dari satu jam ia harus bertempur dengan laptop dan berkas-berkas di hadapannya.
"Aish, lebih banyak dari yang kuduga." Ucap jihoon mengacak rambutnya.
Jihan yang melihat suaminya itu sedang bergumam sendiri sambil memijat kening nya membuat Jihan merasa kasian sama jihoon, ia tau mengerjakan berkas sebanyak itu pasti akan melelahkan sekali, belum lagi tugas kampus yang pastinya sudah menumpuk menunggu mereka berdua.
"Kasihan jihoon, pasti sangat melelahkan sekali." Ucap Jihan.
Jihan pun pergi ke dapur untuk membuatkan sebuah teh hijau untuk merilekskan pikiran jihoon, saat teh buatannya selesai ia pun berjalan menuju sofa dan meletakkan teh hangat itu di meja.
Jihoon tidak berkutik sama sekali saat Jihan duduk di samping nya melainkan terlalu fokus dengan pekerjaannya, Jihan yang sudah tidak sabaran itu pun mengambil berkas-berkas yang tergeletak di sofa dan menaruhnya di meja.
"Lho, kok diambil si?! Aku belum selesai tau ngetiknya." Ucap Jihoon.
Bukannya menjawab, Jihan mengambil laptop yang berada dipangkuan jihoon lalu meletakkannya di meja.
"Minum." Ucap Jihan memberikan secangkir teh hijau itu kepada jihoon.
"Jihan, aku sedang bekerja kalo mau bersantai-santai nanti saja ya."
"Minum atau aku marah sama kamu."
"Baiklah, aku minum." Ucap jihoon pasrah, lalu meminum secangkir teh hijau itu.
"Sini tiduran biar aku pijit kening kamu." Ucap Jihan menepuk pahanya untuk jihoon menidurkan kepalanya di paha Jihan.
Jihoon tak bisa berbohong jika saat ini memang pikirannya sedang lelah karena pekerjaan yang diberikan oleh papa untuknya, sudah lebih dari satu jam dia bergelut dengan berkas-berkas dihadapannya membuat kepalanya sedikit pusing, tapi saat melihat perhatian yang diberikan oleh Jihan untuknya ia tidak berpikir panjang lagi, ia pun meletakkan kepalanya di paha Jihan dan memejamkan matanya kala pijitan Jihan mengikuti enak untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya.
"Sudah aku bilang, jangan dipaksain kalo memang tubuh kamu sudah lelah, kamu bisa melanjutkannya lagi setelah otak kamu kembali fresh, jihoon." Ucap Jihan.
"Aku harus bekerja keras untuk menafkahi kamu Jihan, jadi aku harus bisa menyelesaikan pekerjaan ku itu."
"Aku tau, tapi tidak seperti ini caranya, kalo kamu memaksakan diri kamu sendiri nanti yang ada kamu kelelahan terus sakit, aku tidak mau sampai kamu sakit, mengerti."
Jihoon tersenyum manis dengan mata terpejam nya, ia bisa merasakan rasa khawatir dalam diri Jihan untuknya.
"Aku ngerti, terimakasih sudah menghawatirkan aku."
"Tidak, ini sudah tugasku sebagai istri untuk merawat kamu." Ucap Jihan lembut.
Jihoon meraih tangan Jihan yang ada di kepala nya, ia pun memegang tangan Jihan dan menaruh nya di dada bidangnya yang membuat Jihan merasakan detak jantung jihoon saat ini, pria itu masih terus memejamkan matanya seakan-akan tidak ingin lepas dari kehangatan ini.
Advertisement
"Tidur saja, aku akan menemani kamu." Ucap Jihan, tangan kirinya mengelus rambut jihoon dengan lembut, matanya terus menatap wajah jihoon.
Saat jihan terus mengelus rambut jihoon pria itu sepertinya tertidur dengan pulas bahkan tangan nya masih setia menggenggam tangan Jihan di dada bidangnya, Jihan yang melihat itu tersenyum manis entah kenapa rasanya sangat hangat dan nyaman bisa berduaan dengan jihoon seperti ini.
Dua jam kemudian, Jihan ikut tertidur di sofa dengan masih setia menjadikan pahanya sebagai bantalan kepala jihoon, lima menit kemudian jihoon terbangun dari tidurnya ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan penglihatannya, saat matanya menatap Jihan yang tertidur di sofa membuatnya tersenyum simpul lalu bangun dari tidurnya menjadi duduk menatap Jihan.
"Kamu yang terbaik Jihan, terimakasih." Ucap jihoon pelan, ia pun beranjak dari duduknya lalu menggendong tubuh Jihan ala bridal style dan membawanya ke kamar agar Jihan bisa tidur lebih nyenyak.
*****
Mashiho yang sedang berjalan di koridor kampus tak sengaja berpapasan dengan Sooyoung yang membawa banyak buku di tangan nya, mashiho yang melihat Sooyoung kesulitan membawa banyak buku di tangan nya itu pun langsung berjalan mendekati Sooyoung.
"Aish, dosen benar-benar menyusahkan, aku di suruh bawa buku tugas sebanyak ini mana tidak ada jihan, andai Jihan masuk pasti aku tidak akan kesusahan seperti ini."
Mashiho mengambil lima buku yang menutupi wajah Sooyoung, sontak Sooyoung terkejut kala Shiho tiba-tiba muncul dihadapannya dan mengambil buku yang dia bawa."
"Yaa! Shiho, kamu seperti kuyang saja tiba-tiba muncul."
"Aku ingin membantumu makanya aku di sini."
"Tidak usah, aku bisa sendiri kok, kembalikan bukunya."
"Sudah jangan keras kepala, biar aku yang membawanya."
"Ya sudah iya kalo kamu maksa, terimakasih."
"Sama-sama, jadi mau dibawa kemana bukunya?!."
"Ke kelas, sebentar lagi dosen masuk."
"Ya sudah kalo gitu, ayo pergi." Ucap Mashiho, mereka berdua pun berjalan bersama menuju kelas Sooyoung.
Saat sampai di kelas Sooyoung, mashiho meletakan buku itu di meja dosen lalu menatap kearah Sooyoung.
"Terimakasih mashiho sudah membantuku."
"Sama-sama, oh ya ngomong-ngomong Jihan juga belum masuk kuliah?!."
"Sepertinya belum, jihoon juga kan?!."
Mashiho mengangguk,"Iyah, dia juga belum masuk, mungkin nanti, oh ya kamu mau ikut dengan ku nanti pulang kampus?!."
"Kemana?!."
"Ke rumah jihoon, kebetulan aku sudah memberitahu dia kalo pulang kampus nanti aku akan kerumahnya."
"Oh gitu, ya sudah aku ikut denganmu, aku ingin bertemu dengan Jihan."
"Baiklah, kalo gitu aku tunggu di parkiran setelah jam pulang kampus nanti."
"Oke." Ucap Sooyoung, mashiho pun berjalan keluar kelas.
"Mashiho! Tunggu!."
Mashiho yang baru beberapa langkah berjalan di koridor depan kelas Sooyoung tiba-tiba berhenti saat suara yang familiar di telinga nya memanggil namanya.
"Mashiho, dimana Jihoon?! Kenapa dua hari ini dia tidak masuk kuliah?! Apa dia sakit?!."
Advertisement
"Yujin, kalo mau bertanya itu satu-satu jangan asal dikeluarkan semuanya, lama-lama kamu seperti wartawan."
"Ih Shiho ayok lah, beritahu aku dimana jihoon?! Kenapa dia tidak masuk ke kampus."
"Park jihoon, kamu harus membayar kerja keras ku hari ini." Batin mashiho.
"Hm yujin, tiba-tiba perutku sakit sekali, aku permisi ke toilet dulu ya, aduh sakit banget." Ucap mashiho berbohong lalu berlari kecil meninggalkan yujin.
"Ih selalu saja ditinggalin, menyebalkan banget! Sebenarnya kemana jihoon?! Aku mau menghubunginya tapi nomornya lamanya sudah tidak aktif, mau pergi ke rumah nya tapi aku lupa jalan ke rumah dia, pasti karena aku kelamaan di Amerika makanya jadi sedikit pelupa." Ucap yujin.
Yujin yang sudah kesal itu pun menendang kaleng bekas ke sembarang arah.
Takk!!
"Aww!." Yujin membulatkan matanya kala kaleng yang dia tendang mengenai kepala sungchan.
Sungchan mengambil kaleng yang mengenai kepalanya itu lalu menoleh kearah samping Dimana yujin berdiri dengan mengulum bibir nya.
"Yaa! Kau yang melempar ini?!."
"A-aku tidak sengaja, lagi juga ngapain kamu berdiri di sana jadi kena kan."
"Wanita itu memang tidak mau disalahkan ya, minta maaf sekarang."
"Buat apa?! Aku tidak salah, kamu nya saja yang ngapain berdiri di sana."
"Yaa! Ini tempat umum, memang ada larangannya untuk aku melewati koridor ini?! Sekarang minta maaf."
"Ck, iya iya maaf, puas! Minggir aku mau lewat."
Sungchan menatap datar saat yujin melewati dirinya, benar-benar gadis menyebalkan menurut sungchan.
"Bisa-bisanya aku bertemu dengan gadis itu, menyebalkan." Ketus sungchan, kemudian melanjutkan perjalanan nya menuju kelas.
*****
Jihan yang terbangun dari tidurnya itu langsung melihat ke sekeliling kamarnya.
"Lho, kok aku di kamar?! Bukannya tadi di ruang tamu ya." Ucap Jihan.
"Kamu sudah bangun?!." Sontak jihan pun menolehkan kepalanya kesamping dan melihat jihoon yang tersenyum manis.
"Jihoon, kamu yang membawaku ke kamar?!." Tanya Jihan.
"Iyah, aku tidak mau mengganggu tidur kamu, makanya aku pindahkan ke kamar." Ucap Jihoon, lalu berjalan mendekati Jihan.
"Terimakasih sudah membuatku merasa lebih baik." Ucap jihoon.
"Berhentilah bilang terimakasih, ini sudah tugas aku, jihoon."
"Maka sebab dari itu, aku berterimakasih karena sudah dipertemukan dengan wanita baik dan penuh perhatian seperti kamu."
Jihan melempar senyum yang manis kearah jihoon, ia juga berterimakasih entah kenapa rasanya dia sangat menyukai perjodohan ini, apa karena jihoon? Entahlah, hanya Jihan yang tau.
"Oh ya, mashiho akan bermain ke sini dia juga bilang akan mengajak Sooyoung, karena gadis itu juga ingin bertemu dengan kamu." Ucap jihoon.
"Oh ya?! Kapan?!."
"Pulang dari kampus, mungkin sebentar lagi."
"Ya sudah kalo gitu, aku mau mandi dulu."
Saat Jihan beranjak dari kasur dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi, jihoon yang sedang duduk tiba-tiba saja menoleh ke atas nakas dimna handphone Jihan berbunyi.
Jihoon mengambil ponsel Jihan, dan tiba-tiba saja raut wajah jihoon mendadak datar saat melihat nama sungchan berada di layar ponsel Jihan, tak ada niatan untuk mengangkat nya sampai telepon itu mati lalu memunculkan beberapa pesan singkat dari sungchan.
Jihoon yang sudah tau pola handphone milik Jihan itu langsung membuka kunci pola dan membuka isi pesan dari sungchan.
"Jihan, kamu baik-baik saja kan?! Sudah dua hari kamu tidak masuk kampus"
"Aku harap besok kamu masuk, karena aku ingin bercerita banyak hal kepadamu, tentunya dengan Sooyoung juga si"
"Jangan lupa untuk makan dan jaga kesehatanmu, Jihan"
Jihoon mengepalkan tangannya saat membaca isi pesan dari sungchan, rahangnya mengeras dengan tatapan tajamnya.
"Tenangkan dirimu jihoon, andai jika aku tidak menghargai keputusan Jihan untuk tidak memberitahukan tentang pernikahan ini mungkin aku sudah menelpon pria ini dan memintanya untuk menjauhi Jihan." Ucap jihoon.
Jihoon pun menghapus pesan dari sungchan kemudian meletakkan ponsel Jihan kembali ke nakas tepat saat Jihan keluar dari kamar mandi.
Sore menjelang malam, mashiho dan Sooyoung sudah berada di rumah jihoon, Jihan dan sooyoung yang sedang masak bersama untuk makan malam, sedangkan jihoon dan mashiho, mereka sedang mengobrol di ruang tamu.
"Yaa! Kau berhutang padaku kali ini jihoon." Ucap mashiho.
"Hutang apa maksudmu?!."
"Kamu harus tau kalo yujin terus menanyakan kamu kepadaku, jika aku tidak memiliki janji untuk merahasiakan ini, mungkin sudah dari tadi aku bilang kalo kamu sudah menikah dengan Jihan."
Jihoon terkekeh kecil,"Yaa! Jadi kau selalu membuat alasan ketika yujin menanyakan tentang aku kepada kamu, Shiho."
"Tentu saja, aku selalu mencari alasan untuk menghindar dari gadis itu."
"Haha luar biasa, kamu memang selalu bisa diandalkan, Shiho."
"Aku melakukan itu hanya karena terikat janji dengan mu, lagi juga tidak selamanya kalian menyembunyikan soal ini kan?! Jadi aku harap secepatnya kalian beritahu pernikahan kalian supaya tidak ada siapapun yang berani mengganggu kalian berdua di kampus."
"Untuk soal itu, aku seterah Jihan saja, jujur aku juga tidak nyaman menyembunyikan soal pernikahan ini, tapi mau bagaimana lagi, Jihan belum siap membuka identitas pernikahan kami."
"Aku mengerti, sebenarnya tidak ada salahnya untuk di beritahukan saja, lagi juga pernikahan kalian ini sah di mata hukum bukan karena hal-hal aneh lainnya, tapi aku mengerti kamu menghargai keputusan jihan, kamu tenang saja Jihan pasti hanya memerlukan waktu sampai dia mau membuka identitas pernikahan kalian berdua."
"Aku tau, terimakasih Shiho."
"Sama-sama." Ucap mashiho menepuk pundak jihoon.
"Jihoon! Mashiho! Ayok makan malam dulu." Teriak Jihan dari dapur.
"Tuh udah dipanggil, ayok makan." Ucap Jihoon, kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan ke meja makan bersama mashiho.
Advertisement
- In Serial205 Chapters
HP: A Magical Journey
[A Harry Potter Fanfiction]Follow Quinn West, who finds himself in the world of Harry Potter, but are things as they seem, is the world he has landed in the same as the one he once read about.Will Quinn able to find his way in this new world? Will he ever be able to feel like he belongs here?What opportunity would the magic of this world provide him? Will it lead him to the light or drown him in the dark?Tag along as Quinn makes his way into the world of magic as he discovers the secrets behind the infinite potential behind the magic that is within his grasp.****This novel is my escape from the burnout that I suffered from my other novel. I have no solid plotline planned, there will be no definite release schedule. The reason for me writing is to improve my writing skills, light my brain cells.As you know that there are so many Harry Potter Fanfictions out there, it is the largest FanFiction community out there, and as I write this novel, I don't have anything in my mind that isn't already out there, but I am trying to create a piece of transformative work that would pick up ideas from that wide community and create a work that would be enjoyable to read.So, give this content a chance, and I hope that this novel would stand up to your expectations.
8 451 - In Serial6 Chapters
Rise and Fall
600 years ago the world fell, when the monoths began to rise out of the earth and with it monsters out of mythology started spawning.
8 155 - In Serial102 Chapters
Conquer the World
The World How much world do you know? What is the meaning of creating the world? The young scientist transfered to another world and successfully entered a vessel but he also encounter a problem! He must inform his success to his original world and then his job will be done.
8 78 - In Serial39 Chapters
Faladel's Journey
After languishing as a prisoner of war for 22 years, Elven prince Faladel Mithrandir finally has a chance at freedom. Selected as one of the hundreds of prisoners sent to work the mines that power the Dwarven empire, usually a short, unpleasant death sentence, escape seems barely possible. Trusting the wrong people will get him killed and first impressions aren’t always accurate. Even if he escapes, it would take weeks of travel through war shattered lands with enemy soldiers around every bend before he reaches friendly territory. Betrayals and hidden friends, lost species and new discoveries, deep seated fears and Monsters of every form await him on his journey. Let the adventures begin!
8 144 - In Serial16 Chapters
Kingdom Come
Thiara is a planet ruled by four great Kingdoms. These Kingdoms share the monopoly on all production and control their citizens' lives with an iron rule that has prevailed through millennia. The last bastion of freedom are the last two "free" continents - the archipelago chain of Namaria that is home to pirates and raiders, and the continent of Zeshan. Aroha and Rylan are two residents of a small port town in Zeshan, but when the Kingdom of Camar raid the town for slaves for their fields, the two are thrust headlong into an adventure that will take them further from home than they could ever have imagined possible. They will encounter all manner of new challenges, allies and dangerous magic as they try to save the people they love from slavery. All the while, a lonely king on a powerful throne is plotting something sinister himself and the world will feel the full force of his machinations.
8 187 - In Serial8 Chapters
Azure Lineas: The Blue Line
Who watches the watchmen? Azure Lineas, The Blue Line, does. A technologically powered vigilante, Azure uses drones to protect the public from a police force who routinely uses deadly force against innocent citizens. The drone technology is quickly traced to a company run by Pierce Hawkins, a man made quadrapeligic years before by a stray police bullet in a shootout that killed an unarmed child. As the police and Azure escalate against each other, the public find themselves taking sides, and everyone asks, Who is Azure Lineas? And what line will The Blue Line not cross?The story is told in alternating first person from Azure Lineas' perspective, but in a way that does not give their identity away, and in third person, following a variety of people who's lives are impacted when the Line draws across their paths.
8 115

