《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 15.
Advertisement
Setelah acara pernikahan selesai, Kedua pengantin ini baru saja sampai di rumah mewah yang diberikan papa Hyungsik sebagai hadiah pernikahan jihoon dan Jihan, saat mereka masuk kedalam rumah mewah itu, Jihan tak henti-hentinya berdecak kagum melihat seberapa besar dan mewah nya rumah ini.
"Ayok naik ke atas." Ucap jihoon, mereka berdua menaiki tangga menuju lantai dua dimana di sana letak kamar mereka berada.
Jihoon membuka pintu kamar milik mereka berdua yang cukup besar bahkan ada televisi yang besar di dalam kamar mereka.
"Aku atau kamu duluan yang mau mandi?!." Tanya jihoon.
"Aku dulu ya udah gerah soalnya."
Jihoon menganggukkan kepalanya,"Ya sudah sana."
Jihan mengambil handuk dan baju tidur milik nya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan jihoon pria itu melepas Jaz hitam nya dan juga sepatu yang ia pakai, jihoon berjalan Duduk di tepi kasur sambil memainkan ponselnya.
"Sepertinya tidak seharusnya aku meminta hak aku dengan nya, lagi juga aku mana mungkin mau meminta hal seperti itu sedangkan kami berdua belum memiliki perasaan suka saat ini." Ucap jihoon, ia pun menghela nafas lelahnya,"Huh.. lebih baik aku tidak menyentuhnya sebelum dia sendiri yang bersedia untuk melakukannya."
Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, Jihan keluar dengan piyama tidurnya dan handuk yang dililitkan di kepalanya.
"Sana mandi." Ucap Jihan.
"Iyah." Jihoon pun beranjak bangun lalu mengambil handuk dan pergi masuk ke dalam kamar mandi.
Saat Jihoon masuk kedalam kamar mandi, Jihan terdiam sesaat memikirkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri untuk suaminya.
"Mama bilang kalo istri itu harus menyiapkan pakaian suaminya, berarti aku harus menyiapkan baju untuk jihoon?! Baiklah, mari kita geledah koper jihoon."
Jihan beralih ke koper milik jihoon dan membukanya, ia pun mengambil piyama coklat muda untuk jihoon dan di letakkan di atas kasur, setelah itu ia memindahkan baju milik jihoon dan milik dirinya sendiri kedalam lemari kamar mereka.
Saat Jihan sedang mengeringkan rambutnya tiba-tiba pintu terbuka lebar dan terlihatlah jihoon yang telanjang dada dengan handuk yang menutupi bagian bawahnya saja, sontak hal itu membuat Jihan teriak keras menutupi wajahnya.
"Yaa! Park Jihan kecilkan suara mu!." Sarkas jihoon yang tidak kalah kaget setelah mendengar teriakan Jihan.
"Salah kamu sendiri kenapa tidak pakai baju!!." Sarkas Jihan yang masih membelakangi jihoon dengan menutupi wajahnya.
"Aku lupa membawa baju, sudahlah tidak perlu ditutup seperti itu."
"Cepat pakai bajumu, aku sudah menyiapkan nya di atas kasur!." Ucap Jihan menunjuk kearah kasur.
Advertisement
Jihoon langsung menoleh kearah kasur dan benar saja ada baju tidur milik nya di sana, jihoon pun langsung mengambil baju tidurnya dan menatap kearah Jihan yang masih betah membelakanginya.
"Kamu menyiapkannya?!." Tanya Jihoon.
Jihan mengangguk,"Iyah, kata mama seorang istri itu harus menyiapkan pakaian suaminya, jadi aku siapin aja pakaian kamu, sudah cepat sana pakai bajunya."
Jihoon cukup terkesan dengan cara Jihan mempelajari tugas seorang istri tak salah Jihan jihoon tersenyum simpul mendengarnya.
"Baiklah, terimakasih." Ucap jihoon lalu masuk kembali kedalam kamar mandi.
Jihan membuka matanya Lalu menoleh kebelakang saat melihat jihoon sudah pergi masuk untuk pakai baju, Jihan pun menghela nafas berat nya.
"Astaga, ini benar-benar menantang nyali, aku tidak pernah berpikir menikah seseram ini saat malam pertama nya, tapi kalo dipikir-pikir lagi aku belum siap untuk melakukan hal itu."
Saat hari mulai larut malam mereka berdua masih terjaga malam ini, tidur satu ranjang membuat mereka diam bahkan bingung harus berbicara apa selain rasa canggung, jihoon yang duduk bersandar di kepala ranjang itu sedang memainkan ponselnya atau lebih tepatnya sedang bermain game, sedangkan Jihan gadis itu sedang menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang entah kemana.
"Jihan, ini sudah malam tidurlah." Ucap jihoon yang tidak lepas dari tatapan ke game.
"Aku belum ngantuk." Ucap Jihan.
Jihoon pun mematikan ponselnya lalu menatap kearah Jihan.
"Ini sudah malam, apa kamu tidak merasa lelah setelah pesta pernikahan tadi."
"Tidak, aku sama sekali tidak merasa lelah, malahan aku ngerasa aneh sekarang."
"Aneh kenapa?!."
"Iyah aneh saja, biasanya aku tidur sendiri di kamar tapi sekarang aku tidur bareng pria lain yang sekarang jadi suami aku."
"Kalo dipikir-pikir seperti nya bukan hanya kamu, aku juga begitu percaya tidak percaya kalo aku sudah menikah dan memiliki istri sekarang."
"Apa kamu menyesalinya, Jihoon?! Menikah dengan wanita yang tidak kamu cintai."
"Tidak, aku tidak pernah menyesali keputusan ku, untuk soal perasaan aku percaya, cinta itu akan datang dengan sendirinya."
Jihan mendongakkan kepalanya menatap jihoon, ucapan jihoon begitu serius bahkan ia tidak melihat tatapan pembohong dari Mata jihoon.
"Tidurlah, aku tidak ingin kamu sakit karena kekurangan tidur." Ucap jihoon.
"Kamu juga tidur." Ucap jihan.
Jihoon membenarkan posisi nya menjadi tiduran menghadap kearah Jihan, pandangan mata mereka saling bertemu yang membuat hati mereka seperti sedang marathon kali ini.
"Jihan, aku tidak akan menyentuh kamu sebelum kamu sendiri yang mengizinkan hal itu dilakukan, aku tidak ingin kamu melayaniku hanya karena sebuah alasan perjodohan, kamu bisa mengerti ucapan ku kan."
Advertisement
Jihan mengangguk,"Aku mengerti, maaf kalo aku belum bisa memberikan apa yang seharusnya seorang istri lakukan di malam pertama pernikahan mereka, jujur, aku belum siap."
"Tidak perlu minta maaf, aku tidak masalah untuk itu, lebih baik sekarang kamu tidur ini sudah malam." Ucap Jihoon.
"Selamat malam, jihoon." Ucap Jihan sebelum memejamkan matanya untuk masuk ke dunia mimpi.
"Malam Jihan." Ucap jihoon mengelus rambut Jihan dan menatap wajah tentram istrinya itu.
*****
Saat pagi tiba jihan terbangun dari tidurnya saat sedikit cahaya masuk ke dalam sela-sela jendela kamarnya, ia mencoba untuk mengumpulkan nyawanya sebelum bangun.
Saat merasa nyawanya sudah terkumpul Jihan merasakan ada hal yang berat menimpa perutnya, saat matanya menatap kearah perut ia bisa melihat sebuah tangan kekar yang melingkar di atas perutnya, siapa lagi kalo bukan tangan jihoon, ia pun menoleh kesamping dimana wajah damai jihoon yang masih pulas tidur itu sangat tampan.
"Morning." Ucap Jihan pelan dengan mengelus pipi jihoon, ia pun menyingkirkan pelan tangan jihoon dari perutnya.
Jihan bangun dari tidurnya sebelum itu ia merenggangkan otot badan nya dan beranjak pergi masuk ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama untuk Jihan mandi sepuluh menit kemudian dia sudah memakai kaos putih dan celana jeans pendek di atas lutut dengan rambut yang basah karena habis keramas, ia pun beralih untuk mengeringkan rambutnya dan mencatok rambut nya itu, olesan makeup tipis sangat pas di wajahnya.
"Mumpung masih tidur aku masak dulu deh." Ucap Jihan, ia pun berjalan keluar kamar dan pergi ke dapur.
Saat sampai di dapur Jihan bisa merasakan sendiri bagaimana besarnya dapur di rumah ini terlebih lagi hanya dia dan jihoon yang tinggal di sini, awalnya papa Hyungsik meminta untuk ada pembantu di rumah mereka agar Jihan tidak merasa kelelahan, namun, Jihan menolaknya dengan alasan dia bisa mengurus rumah nya sendiri.
"Masak apa kira-kira?!."
Jihan berjalan membuka lemari es yang berada di pojok kanan, saat ia membukanya sudah banyak bahan-bahan masakan yang berada di lemari es tersebut bahkan masih terlihat segar.
"Aku sedang malas masak bagaimana kalo bikin nasi goreng kimchi lagi saja dengan toping rumput laut mungkin akan jauh lebih enak."
Jihan mengeluarkan semua bahan-bahannya dan meletakkan di meja, tak lupa ia memakai celemek untuk menjaga bajunya agar tidak kotor, satu persatu Jihan memotong bahan-bahan seperti bawang Bombay dan yang lainnya.
Saat ia mulai memasak nasi goreng itu tak lama berselang jihoon turun dengan wajah fresh setelah mandi.
"Wah, nasi goreng Kimchi lagi?! Ini makanan kesukaan aku." Ucap jihoon yang berdiri di samping Jihan.
"Aku bingung mau masak apa jadi untuk sarapan pagi ini aku buat Nasi goreng kimchi dengan tambahan rumput laut di atasnya."
"Apapun masakan kamu itu adalah masakan favorit aku." Ucap jihoon.
"Apaan si gombal banget." Ucap Jihan terkekeh kecil.
"Aku serius malahan dibilang gombal." Ketus jihoon.
"Iya udah iya, sana duduk nasi goreng nya udah jadi."
Jihoon pun berjalan ke meja makan dan duduk di sana, Jihan meletakkan nasi goreng itu di hadapan jihoon lalu menuangkan segelas air putih untuk jihoon.
"Makasih." Ucap jihoon kemudian langsung memakannya.
"Bagaimana enak?!." Tanya Jihan yang duduk di samping jihoon.
"Masakan kamu selalu enak, tidak pernah tidak enak." Ucap jihoon.
"Syukurlah kalo kamu suka."
Saat di sela-sela makan mereka, Jihan melirik kearah jihoon yang masih menyantap nasi goreng buatannya itu.
"Jihoon aku mau nanya sesuatu."
"Nanya apa?!."
"Kapan kita masuk kuliah?!."
"Tiga hari lagi, kenapa memangnya?! Kamu mau kuliah."
"Iyah, aku kangen sama Sooyoung."
"Sama Sooyoung atau sama sungchan?!."
"Ih kok jadi bawa-bawa sungchan si, aku itu beneran kangen sama Sooyoung bukan sama sungchan!." Ketus Jihan mengerucutkan bibirnya.
"Iyah Iyah aku cuman bercanda kok, tiga hari lagi kita kuliah, oh ya aku juga mau kasih tau kamu kalo semalam papa bilang aku udah bisa mengelola perusahaan papa itu sekarang tapi sistemnya aku masih harus kerja di rumah sampai kelulusan nanti baru aku kerja di perusahaan."
"Kalo gitu kamu tidak boleh kelelahan, kerja sambil kuliah itu tidak mudah lho, jadi aku harap kamu bisa seimbangkan jam kerja kamu dengan jam kuliah." Ucap Jihan.
"Iyah aku tau kok." Ucap jihoon tersenyum manis.
"Oh ya, kalo di kampus nanti bolehkan cincin ini aku kalungin?! Aku cuman tidak mau anak kampus mikir yang aneh-aneh karena aku menikah tiba-tiba."
Mendengar ucapan itu membuat jihoon terdiam, entah kenapa rasanya dia sangat tidak menyetujui permintaan Jihan yang ini, tapi jihoon sadar ia mungkin Jihan masih butuh waktu untuk menerima pernikahan ini.
"Baiklah, lakukan saja apa yang menurutmu baik." Ucap jihoon.
"Terimakasih jihoon." Ucap Jihan tersenyum manis, sedangkan Jihoon menganggukkan kepalanya saja.
Advertisement
-
The Unusual Mage
Within the boundaries of the Covenant everyone lived peacefully, the ruling mages seldom seen. Within its bounds is born Martin, seemingly a normal boy and blacksmith's apprentice that is brought into the wider world of those ascended, to the Magi. A new world, new challenges, and dark threats on the horizon drawing ever closer
8 171 -
Domhain: A Modern Fantasy LitRPG
(Blurb) When Ardan, a teenage elf boy, is thrown into the world- his world, of distrust and tension, he wants only one thing. To live a normal life, get a job, make friends, even start a family. But either dumb luck or fate won't leave him alone. With the power of a game system and magic, he's determined to find out the reason he was picked, and what makes him special. Along the way, hopefully meeting new friends and learning some magic here and there. (Synopsis) Domhain - a world split between five nations and five unique magical gifts; home of elves, dwarves, goblins, trolls, and humans, each of them so different but in reality more alike than anyone would like to acknowledge. Twenty years ago, the humans, weakest of the five, secretly acquired powerful magic and set out for war. The united forces of the other nations stood no chance. Humanity prevailed, proving itself as the new leader of the modern world. Now, Domhain is at peace but tensions are rising again. The humans want more than their territory back. They want it all. And they want revenge. But this time, the elves hide a dark power, and will stop at nothing to wipe the humans off Domhain forever. War is inevitable. Thousands will die. And the power to stop it all falls into the hands of none other than a particularly tall fifteen-year-old elf orphan. Ever since he could remember, Ardan lived a normal, sheltered, life in an elven orphanage. On the day he's finally able to leave for good and start his independent life, something strange occurs. He is given a pill, a gift, that turns his life into a game with levels, quests, dungeons, and a... talking weapon? All of which are capable of transforming his body and the world around him. As if that weren’t enough, Ardan learns the orphanage has hidden natural magic from him, and the whole world is intertwined with it. More importantly, he, as an elf, has a particularly unique and powerful heritage. That heritage, along with the benefits of his new power makes him a target for the greed of many... With nothing but his friends and a incredibly smart sister, he is determined to find out what makes him so special. Who can he trust? New Chapter Schedule: M/W/F - 3x Week (Relaxed Pace) Book One: The First Hybrid Credits: - Joshua Yee - Archie Chee - Jay Grundy (Cover) - And to the rest of my beta readers!
8 199 -
Life Hunter
Arimane Blade was a living legend. He had been granted many names. They were not all bright. Some hailed him as a messiah, others slandered him as the Devil. A man that was feared by all even as a simple mortal. One day like any other, decades after his retirement, an old god informed him that he had been killed by mistake and offered him a chance to start a new life with a younger body. Where? A place where fantasies are reality and where everything is possible. This is where the story of the most legendary human started. People couldn't find a name for such a controversial being. Instead, they began to call him by his first and most fitting title: 'The Kind Demon' --- Note: This is a re-upload. I have 260 chapters to go through and I'll probably do it in the following week or two... probably.
8 92 -
The Balance Breaker
A man witnesses the unreasonable and undescribable destruction of Earth. He doesn't how it happened, but he is sure that all life on Earth was done for. Fortunately, he is given a second chance and a gift as compensation by an unknown powerful being called the "Overseer of the Universe." The same series of events happened to all humans on Earth and they have also been given a second chance in life. Witness the adventures of the protaganist as he wishes to live his life to the fullest, meet new comrades, and to no longer make the mistakes he made in his past life, which made him live with regrets.
8 160 -
Lego Monkie Kid (characterxcharacter oneshots!!)
hey these will be monkie kid oneshots!! (mostly spicynoodles! I think) I take requests and other things like that so feel free to ask away <>(Monkie kid characters and the show r not mine pls don't raid my home 😞)
8 53 -
Castle of Dragons || Lloyd Garmadon X Reader
"ᴛʜᴇʏ ꜱᴀʏ ᴅʀᴀɢᴏɴꜱ ɴᴇᴠᴇʀ ᴛʀᴜʟʏ ᴅɪᴇ. ɴᴏ ᴍᴀᴛᴛᴇʀ ʜᴏᴡ ᴍᴀɴʏ ᴛɪᴍᴇꜱ ʏᴏᴜ ᴋɪʟʟ ᴛʜᴇᴍ."― ꜱ.ɢ. ʀᴏɢᴇʀꜱ♤♤♤The Lost Princess of Dragons.The Prince of Elements.Living in the same Kingdom with different titles. What happens when someone is kept from their destiny after 18 years? Will the full truth be revealed or will Princess Y/N continue to live below her title?♤♤♤"Did you hear that?!" I exclaimed, fear now taking over again."Hear what?" Nya asked."The voice, it has been taunting me ever since I've been in this tower. There's a very scratchy and scary voice teasing me and it keeps speaking to me. I don't know what wrong with me. Oh my god I'm going insane." I said, drifting off into a small rant about me going crazy."Y/N calm down! What has this voice said?" Nova asked. I don't know if they believe me entirely, but at least they are being nice about it."First thing it said was: Come to me. Then it said: I am waiting for your return, Princesssss. Next it just said: Princessss. Then it said: Yes, trust themmmm. Which is the thing I just heard." I explained."That's definitely not creepy." Nova shuddered."Princess? What is that supposed to mean? Is it a jab at you and Lloyd?" Nya questioned.♤♤♤Fantasy AUFemale reader pronounsThis book has not been edited yetCover:Lloyd art is by @cilundi.art on InstagramBackground is off Google from a how to train your dragon wallpaper search.I edited it all together
8 123