《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 13.

Advertisement

Tuan Hyungsik dan papa Jihan sedang mengamati dekorasi setiap gedung yang akan menjadi tempat saksi pernikahan kedua anak mereka, sebuah gedung yang besar dan lebar ini sudah di ubah menjadi tempat yang sangat mewah, jadi tidak aneh jika kedua pria tua itu harus mengeluarkan uang sebesar 1,5M untuk biaya sewa gedung, dekorasi, wedding organizer dan yang lainnya.

Pelaminan pun di dekorasi begitu cantik sekali sesuai keinginan jihoon yang ingin pelaminan nya sederhana tapi terkesan sangat mewah untuk di lihat.

Bahkan untuk meja tamu undangan pun didesain khusus yakni membentuk lengkungan di setiap sudutnya, bahkan, penempatan lampu besar di tengah-tengah menambah kesan mewah di sana, dikarenakan tamu yang datang bukan hanya dari kerabat maupun teman-teman dari kedua orang tua mereka melainkan ada kolega-kolega bisnis dari perusahaan papa mereka yang turut datang ke acara pernikahan jihoon dan jihan nanti.

*Meja Tamu Undangan*

Dikarenakan gedung ini begitu besar dan juga luas, maka dari itu papa Jihan menyarankan untuk menjadikan gedung ini menjadi dua bagian di mana meja tamu akan terletak di bagian belakang supaya memiliki kesan tersendiri atas dekorasinya, namun, tetap akan kelihatan ke arah pelaminan.

Sedangkan untuk pelaminan sendiri mereka mendekorasinya dengan warna putih dipadukan dengan warna gold muda.

*Pelaminan*

"Papa." Jihoon yang baru sampai di gedung tempat ia akan menikahi Jihan itu mendadak membeku saat melihat gedung yang awalnya kosong kini berubah menjadi sebuah pelaminan yang luar biasa.

"Eh jihoon, akhirnya sampai juga kamu." Ucap papa Hyungsik.

"Wah, bagus banget." Ucap Jihoon.

"Bagaimana?! Kamu puas dengan hasilnya?!." Ucap papa Jihan.

"Puas banget pa, ini diluar pemikiran aku." Ucap Jihoon.

"Papa senang jika kamu menyukainya, oh ya bagaimana dengan pemotretan kalian berdua?! Lancar?!." Tanya papa Hyungsik.

"Lancar kok pa, besok juga sudah diantar Kata om seung-yoon."

"Jihoon, dua hari lagi adalah pernikahan kamu dengan putri papa, tanggungjawab papa untuk menjaga Jihan kini papa serahkan ke kamu, papa yakin kamu bisa menjadi suami yang baik untuk Jihan, kamu adalah orang yang ditakdirkan untuk menjadi suami Jihan, jadi Papa harap kamu bisa memegang kepercayaan papa Sama kamu."

"Jihoon janji sama papa akan memegang kepercayaan papa terhadap jihoon untuk menjaga Jihan, mungkin awalnya akan berat bagi jihoon karena ini adalah hal yang pertama yang akan kami berdua lewati bersama, tapi jihoon yakin, baik jihoon ataupun Jihan akan menjaga hubungan kami dengan baik dan jihoon akan selalu menjaga dan melindungi Jihan sebagai istri jihoon."

"Papa selalu percaya dengan kamu ji." Ucap papa Jihan menepuk pundak Jihoon.

"Papa bangga sama kamu, papa percaya kamu akan menjadi sosok yang berarti di kehidupan Jihan, karena nanti kamu akan menjadi suami maka kamu harus menjadi pria yang dewasa yang tau bagaimana menghadapi setiap masalah di rumah tangga kalian nanti." Ucap papa Hyungsik.

Advertisement

"Iyah pa, jihoon faham kok."

*****

"Nih minumnya."

"Terimakasih, Jihan." Sooyoung yang mendapatkan telepon dari Jihan yang menyuruhnya datang ke rumah nya malam ini pun sudah sampai di rumah Jihan.

"Sama-sama, minumlah aku tau kamu haus." Ucap Jihan.

"Kamu itu doi yang terpeka Jihan hehe." Ucap Sooyoung lalu meminum air yang dibawa oleh Jihan.

"Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan sama kamu, Sooyoung."

"Apa itu?! Bicara saja."

"Datanglah ke pernikahan ku dengan jihoon lusa nanti."

Sooyoung yang lagi minum pun tersedak setelah mendengar kata pernikahan yang keluar dari mulut Jihan.

"Yaa! Pelan-pelan Sooyoung." Sarkas Jihan.

"Maaf aku kaget, apa kau bilang tadi pernikahan?! Jihoon?! Astaga, Jihan jangan bercanda seperti itu."

"Aku tidak bercanda young, ini undangannya."

Jihan memberikan undangan pernikahan kepada Sooyoung, di undangan itu tertulis nama jihoon dan Jihan serta tanggal pernikahan mereka, melihat itu Sooyoung tentunya terkejut karena tiba-tiba saja mereka akan menikah.

"Yaa! Sejak kapan kalian berpacaran ha?! Kenapa tiba-tiba sudah mau menikah seperti ini, kau hutang cerita padaku, park Jihan." Ketus Sooyoung.

"Baiklah aku akan menceritakannya, jadi sebenarnya aku dan jihoon di jodohkan oleh keluarga kami, awalnya, aku juga tidak tau jika pria yang dijodohkan olehku adalah jihoon, tapi berjalannya waktu baik aku maupun jihoon sudah bisa menerima kenyataan kalo kami akan segera menikah."

"Jadi kalian berdua dijodohkan, tapi bukannya kalian berdua sama-sama tidak memiliki perasaan suka, lalu kenapa tidak menolaknya saja?!."

"Entahlah, aku dan jihoon tidak punya pilihan lain selain menerima perjodohan ini."

"Yaa! Kenapa wajahmu mendadak sedih seperti itu?! Sudahlah, tidak perlu dipikirkan ucapan ku barusan, yang penting sekarang aku senang karena kamu akan menikah dengan jihoon, ya walaupun anak itu menyebalkan tapi aku yakin dia adalah pria yang cocok untuk kamu."

"Terimakasih young, kamu selalu tau cara untuk membuatku tenang."

"Sama-sama, kamu kan sahabat aku mana mungkin aku membiarkan sahabat aku sedih di hari pernikahan nya, oh ya ngomong-ngomong apa kamu mengundang anak kampus juga?!."

Jihan menggelengkan kepalanya,"Tidak, hanya kamu dan mashiho yang diundang, aku sudah minta ke jihoon untuk tidak memberitahukan anak kampus soal pernikahan mereka, aku belum siap young."

"Kalo seperti itu berarti sungchan juga tidak kamu beritahu soal pernikahan ini?!."

"Iyah, aku belum siap memberitahu sungchan, aku takutnya dia akan berpikir yang aneh-aneh tentang aku, kamu bisa kan menyembunyikan ini dari sungchan."

"Baiklah, tapi aku harap kamu tidak terlalu lama menyembunyikan ini semua Jihan, karena bagaimanapun kamu dan jihoon satu kampus jangan sampai kalian bertengkar hanya karena cemburu."

"Aku mengerti, terimakasih young." Ucap Jihan tersenyum.

"Sama-sama."

"Lho, ada Sooyoung ternyata, kapan sampainya?!." Mama yang baru saja keluar dari kamarnya melihat Sooyoung yang sedang mengobrol dengan Jihan di ruang tamu.

Advertisement

"Halo Tante, sudah lima menit yang lalu aku sampainya." Ucap Sooyoung.

"Oh seperti itu, Jihan kamu sudah memberitahukan Sooyoung tentang pernikahan kalian?!."

"Sudah kok ma baru saja."

"Baguslah kalo gitu, oh ya Sooyoung Tante boleh minta tolong sama kamu?!."

"Boleh kok Tante, memangnya mau minta tolong apa?!."

"Lusa nanti kamu dan Tante jadi pendamping Jihan untuk jalan di pelaminan, kamu mau kan?!."

"Mau, Sooyoung mau banget Tante."

"Akhirnya mau juga, Tante senang karena kamu mau menemani Jihan di pelaminan." Ucap mama dengan tertawa lebar.

"Apapun untuk Jihan aku selalu mau membantunya Tante."

"Haha terimakasih Sooyoung kamu memang sahabat baik Jihan, ya sudah kalo gitu kamu menginap saja di sini sampai hari pernikahan Jihan datang."

"Benar young, kamu menginap saja di sini."

"Tapi kan besok aku harus kuliah."

"Kamu bisa berangkat dari sini dan pulang ke sini, anggap saja seperti rumah kamu sendiri." Ucap mama.

"Iyah young, ayolah menginap saja di disini aku juga kan sudah lama tidak bertukar cerita di kamar sebelum tidur sama kamu, nanti kalo sudah menikah aku mana mungkin meminta kamu untuk menginap di rumah ku dengan jihoon nanti."

"Yasudah Iyah, aku akan menginap itung-itung aku akan menghabiskan waktu bersama kamu sebelum diambil jihoon, tapi aku tidak bawa baju bagaimana?!."

"Aish, pakai bajuku ukuran kita juga sama kan, sudahlah tidak perlu dibawa ribet seperti itu."

"Iyah Iyah, oke aku akan menginap di sini."

"Yeay! Makasih Sooyoung." Ucap Jihan kegirangan dan langsung memeluk Sooyoung dari samping.

"Lihat Tante, padahal sudah mau menikah tapi tingkah nya masih saja seperti anak umur lima tahun." Ketus Sooyoung.

"Haha biarkan saja Sooyoung, dia tidak akan bisa seperti itu jika sudah menikah nanti, ya sudah mama ke kamar dulu ya kalian berdua pergi ke kamar sana."

"Oke Tante/mama."

*****

Keesokan paginya, Sooyoung sudah berada di dapur dengan mama dan papa jihan sedangkan jihan gadis itu masih tertidur karena semalam tidak berhenti-henti nya bercerita bahkan nonton drama Korea kesukaannya dengan Sooyoung sampai tengah malam.

"Sooyoung, kamu ke kampus naik apa?!." Tanya papa Jihan.

"Taksi om, memangnya kenapa?!."

"Bareng om saja, kebetulan om mau ke kantor ngecek berkas-berkas penting sebelum hari pernikahan Jihan tiba."

"Tapi apa tidak merepotkan om?!."

"Apa yang merepotkan?! Tentu saja tidak, kamu itu sahabat baiknya Jihan dan bagi om dan Tante kamu juga seperti anak kami sendiri, sudahlah bareng om saja ya."

"Baiklah om."

Skipp>> Saat Sooyoung sudah sampai di depan kampus dan sudah turun dari mobil papa Jihan, ia tak lupa membungkukkan tubuhnya untuk mengucapkan terimakasih karena sudah di hantar ke kampus.

"Terimakasih om sudah mengantar aku ke kampus."

"Sama-sama, pulang nanti langsung ke rumah saja ya."

"Baik om, kalo gitu aku masuk dulu ke kampus, sampai jumpa om."

Sooyoung pun berjalan masuk ke koridor kampus, ia berjalan sendiri kali ini karena Jihan harus izin tidak masuk untuk beberapa hari ke depan karena pernikahannya, namun, ia izin dengan alasan lain tentunya yang tidak mungkin untuk memberitahu siapa pernikahan Jihan dan jihoon.

Saat Sooyoung berjalan untuk menuju ke kelas tiba-tiba ia berhenti saat seseorang memanggil namanya.

"Sooyoung, tunggu."

Sooyoung menolehkan kepalanya ke belakang saat tahu siapa yang memanggilnya Sooyoung pun tersenyum.

"Selamat pagi sungchan."

"Pagi Sooyoung." Ucap sungchan lalu matanya melirik ke kanan kiri seperti mencari sesuatu.

"Pasti nyari Jihan, benarkan?!."

"Iyah kok kamu tau hehe." Ucap sungchan tersenyum malu dengan menggaruk tengkuknya,"Oh ya, kamu sendirian?! Dimana Jihan?!."

"Jihan tidak masuk hari ini dia sedang izin untuk beberapa hari ke depan."

"Lho, kenapa memangnya?!."

"Dia sedang mengunjungi rumah neneknya di Busan, makanya dia izin tidak masuk." Ucap Sooyoung berbohong karena sudah terikat janji dengan Jihan untuk tidak memberitahukan sungchan tentang pernikahan jihan.

Sungchan menganggukkan kepalanya sambil membentuk mulutnya 'O'.

"Maafkan aku yang harus berbohong kepada kamu sungchan." Batin Sooyoung.

"Yasudah kalo gitu, ayok ke kelas bareng." Ucap sungchan.

"Oke, ayok pergi." Ucap Sooyoung berjalan bersama sungchan karena letak kelas mereka searah.

Sedangkan di posisi mashiho yang berjalan di koridor dan akan masuk ke kelas mendadak berhenti karena di hadang oleh yujin.

"Astaga, kamu menghalangi jalanku, yujin."

"Tunggu sebentar, dimana Jihoon?! Kok aku dari tadi tidak melihatnya."

"Mana aku tahu memang aku orangtuanya." Ketus mashiho lalu hendak pergi, namun, di hadang oleh yujin.

"Jangan berbohong Shiho, aku tahu kamu pasti tahu dimana jihoon, ayo katakan dimana jihoon."

"Yaa! Kenapa jatuhnya seperti aku yang menculik jihoon, dengar yujin, tidak ada gunanya mencurigai ku, sekarang aku tanya sama kamu, kamu kalo aku tanya dimana jihoon, kamu bakalan jawab apa?!."

"Ya bakalan jawab tidak tahu lah."

"Kenapa?!."

"Ya karena aku memang tidak tahu dimana jihoon."

Mashiho menjentikkan jarinya,"Pintar, ya sudah aku ke kelas dulu."

"Eh, mau kemana?! Aku kan belum selesai bicara."

Mashiho membuang nafas beratnya ia pun menatap malas yujin di hadapannya sampai ketika muncul ide jail di otaknya.

"Park jihoon!." Teriak mashiho menatap ke belakang Yujin.

"Jihoon?! Mana jihoon." Ucap yujin lalu membalikkan tubuhnya membelakangi mashiho, melihat yujin dikerjai oleh dirinya membuat mashiho terkekeh pelan lalu pergi meninggalkan yujin.

"Mana?! orang tidak ada siapapun, Yaa! Kau mengerja--MASHIHO!!." Teriak yujin kesal saat mashiho sudah tidak ada di belakangnya,"Aish, menyebalkan sekali." Sarkasnya menghentakkan kakinya di lantai.

    people are reading<[✓] Mate || Park Jihoon>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click