《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 12.
Advertisement
Jihan yang baru saja pulang dari taman setelah bertemu sungchan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, saat baru masuk Jihan dibuat kaget dengan suara seseorang dengan nada dingin nya.
"Dari mana."
Jihan pun menolehkan kepalanya menatap kearah ruang tamu dimana ada jihoon yang sedang menatapnya dengan wajah datarnya, tentu saja jihan terkejut karena tiba-tiba sudah ada jihoon di rumah nya, bukankah dia bilang akan menjemput nya siang tapi sekarang baru jam sepuluh lewat lima belas menit.
"Aku sedang bertanya, kamu dari mana?!." Tanya jihoon sekali lagi.
Jihan berjalan mendekat ke arah jihoon yang sedang menatapnya dengan satu alis terangkat satu ke atas.
"Aku habis keluar ketemu sungchan, tapi dengar dulu." Ucap Jihan yang langsung waspada karena wajah jihoon seperti akan segera murka.
"Aku ketemu sungchan cuman mau balikin handuk dia yang beberapa hari lalu dikasih pinjam ke aku saat kamu ngerjain aku di perpustakaan, aku jujur kok aku tidak ngapa-ngapain cuman ketemu dia terus kembalikan handuk miliknya setelah itu pulang." Ucap Jihan dengan wajah seriusnya.
"Kenapa tidak memberitahukan aku terlebih dahulu?! Kenapa main pergi begitu aja?!." Tanya jihoon yang masih mempertahankan wajah datarnya.
"Itu karena handphone aku tertinggal di kamar saat aku terburu-buru tadi pagi, maaf jihoon." Ucap Jihan menundukkan kepalanya karena merasa bersalah, tidak seharusnya ia seenaknya main keluar dari rumah.
Jihoon mengusap wajah nya kemudian menatap wajah Jihan yang berdiri sambil menundukkan kepalanya, jihoon pun beranjak berdiri lalu berjalan mendekati Jihan.
"Aku maafin, tapi lain kali kamu harus memberitahukan aku lebih dulu, aku tidak mau terjadi sesuatu sama kamu, mengerti." Ucap jihoon lembut sambil mengelus rambut Jihan.
Jihan menatap tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang, jihoon yang dulunya sangat menyebalkan kini berubah menjadi pria lembut, benar-benar pria idaman semua wanita.
Jihan menganggukkan kepalanya,"Aku mengerti, Maaf sekali lagi karena sudah membuat kamu marah."
"Tidak apa-apa, lupakan saja, lagi pula kamu pergi cuman mau mengembalikan handuk milik pria itu aja kan."
"Iyah." Ucap Jihan mengangguk, dalam batin nya ia membuang nafas leganya karena tidak menerima tawaran sungchan untuk pergi makan siang bersamanya, kalo ia menerimanya sudah tidak terbayangkan bagaimana wajah marah jihoon.
Flashback On
"Aku sebenarnya mau mengajak kamu makan siang bersama, apa kamu mau makan siang bersamaku?!."
"Makan siang?!." Tanya Jihan.
"Iyah makan siang, tenang saja aku yang traktir." Ucap sungchan.
"Em maaf sebelumnya bukan maksudnya aku tidak mau makan siang bersamamu, tapi hari ini aku ada urusan penting jadi tidak bisa lama-lama, maaf ya sungchan."
"Oh, tidak apa-apa masih bisa lain hari, ngomong-ngomong apa kamu ingin aku hantar pulang?! Kebetulan aku bawa motor."
"Ah tidak usah tidak apa-apa, aku naik taksi saja."
"Yakin?! Aku mau kok nganterin kamu pulang."
"Yakin sungchan, sudah tidak apa-apa aku bisa naik taksi." Ucap Jihan, lalu melirik kearah jam tangan nya,"Sungchan, aku pulang dulu ya takut telat karena ada acara."
Advertisement
"Oh yasudah, hati-hati di jalan, terimakasih untuk waktunya."
Jihan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum,"Sampai jumpa lagi sungchan."
Jihan bisa bernafas lega Kali ini karena dia tidak membuat jihoon marah karena menunggunya lama di rumah.
"Oh ya, kamu dari kapan di rumah aku?!." Tanya Jihan.
"Setengah jam yang lalu." Ucap Jihoon.
"Kamu bilang mau jemput mashiho, kenapa sudah ada di sini saja?!."
"Aku sudah menjemputnya dan kami juga ke restoran untuk makan bersama, abis mengantarkan Shiho pulang aku langsung ke sini."
Jihan menganggukkan kepalanya sambil membentuk mulutnya 'O'.
"Kau selamat kali ini Jihan." Batin Jihan.
"Oh ya, aku memberitahu mashiho tentang pernikahan kita dan aku juga meminta dia untuk datang dan merahasiakan pernikahan kita, kamu tidak keberatan kan?!."
"Tidak kok, aku juga akan memberitahu Sooyoung nanti." Ucap Jihan.
"Lho, Jihan kamu sudah pulang rupanya." Ucap mama.
"Iyah ma."
"Jadi kalian berdua mau berangkat kapan untuk foto prewedding?!."
"Sekarang kok ma, jihoon udah janjian sama teman papa untuk foto prewedding hari ini." Ucap jihoon.
"Ya sudah kalo gitu, mama selalu mendoakan yang terbaik semoga pernikahan kalian berjalan lancar ya."
"Terimakasih mama." Ucap mereka berdua dengan senyum terukir di wajah.
"Yasudah aku ganti baju dulu, kamu tunggu di sini sebentar." Ucap Jihan, mendapatkan anggukan kepala dari jihoon lantas Jihan pun langsung pergi ke kamarnya.
Sepuluh menit kemudian Jihan menuruni tangga dengan memakai rok pendek berwarna abu-abu dan baju crop pendek warna hitam jika Jihan mengangkat tangan nya maka perut nya akan terlihat dengan jelas.
"Ayo pergi." Ucap jihan berdiri di hadapan jihoon dan mama.
Jihoon menatap penampilan Jihan dari atas sampai bawah tatapan nya kini beralih ke wajah Jihan.
"Kalo seandainya waktu kita tidak kepepet mungkin aku sudah memakaikan kamu baju yang dibuat dari Benang wol, Jihan!." Ketus jihoon dengan wajah datarnya.
"Lho, memang nya ada yang salah dengan pakaian ku?!." Tanya Jihan.
"Tidak salah sayang, tapi baju kamu terlalu pendek kamu angkat tangan saja perut kamu sudah kelihatan." Ucap mama.
"Astaga, aku lagi malas nyari baju jadi yasudah aku pakai baju ini, udahlah ayok pergi nanti telat." Ucap Jihan.
Jihoon hanya menggelengkan kepalanya ia pasrah dengan penampilan Jihan yang memamerkan perut nya itu.
"Ma, Jihoon izin bawa Jihan ya." Ucap jihoon.
"Iyah sayang, kalian berdua hati-hati ya, jihoon tolong jagain jihan."
"Siap ma, yasudah kami pergi dulu."
"Hati-hati sayang." Ucap mama.
Jihoon berjalan duluan kemudian di susul oleh jihan di belakangnya, saat sampai di dekat mobil Lamborghini Nissan Gt-R50 milik jihoon, Jihan langsung masuk ke dalam saat jihoon membukakan pintu untuknya ia pun berjalan ke pintu sebaliknya dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah jihan.
Di dalam mobil seperti biasa tidak ada hal yang diobrolkan oleh mereka berdua, Jihan yang melihat ke luar jendela sedangkan jihoon yang begitu fokus menyetir mobil.
Advertisement
"Jihoonie." Ucap Jihan.
"Apa?!."
"Berapa lama kita foto prewedding?!."
"Tidak lama, hanya tiga puluh menit karena kita akan berganti baju setiap foto, kenapa memangnya?!."
"Tidak apa-apa, aku hanya bertanya saja." Ucap Jihan.
Setengah jam perjalanan kini mereka sudah sampai di tempat foto prewedding, saat Jihan sudah keluar dari mobil dan hendak berjalan masuk tangannya di tahan oleh jihoon.
"Kenapa?!." Tanya Jihan.
Bukannya menjawab jihoon melepaskan jaket yang ia pakai lalu di sampingkan di pinggang Jihan yang membuat Jihan kaget dengan apa yang dia lakukan oleh jihoon.
"Aku tidak mau ada pria lain yang melihat apa yang akan menjadi hak aku nantinya, mengerti." Ucap Jihoon.
"Iyah Iyah, posesif banget." Ucap Jihan.
"Ayok masuk." Ucap jihoon menggenggam tangan Jihan untuk masuk ke dalam.
Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam seorang pria tampan yang diketahui adalah fotografer profesional yang dipercaya untuk memotret mereka berdua bernama Kang seung-yoon itu menyambut mereka berdua.
"Wah, calon pengantin akhirnya datang juga, bagaimana kabarnya jihoon, aku tidak nyangka kalau kamu akan menikah sebentar lagi." Ucap kang seung-yoon.
"Aku baik kok om, om saja tidak menyangka apalagi aku yang akan menikah dua hari lagi." Ucap jihoon.
"Yaa! Apa dia calon istri mu?! Wah, tuan Hyungsik memang tidak salah memilih calon istri untuk mu jihoon, dia benar-benar cantik."
"Hehe makasih om." Ucap Jihan tersenyum malu.
"Siapa namamu?!." Tanya kang seung-yoon.
"Aku Jihan om." Ucap Jihan.
"Wow nyonya Park anda sangat cantik." Ucap kang seung-yoon dengan kekehan kecilnya, jihan hanya menunjukkan senyum malu nya karena pujian dari kang seung-yoon.
"Sudahlah om jangan mengganggu dia terus, bagaimana kalo kita mulai sekarang saja." Ucap Jihoon.
"Baiklah, Kita mulai foto prewedding pertama yaitu dengan tema indoor, sesuai permintaan dari jihoon kami sudah menyiapkan tiga background berbeda untuk setiap foto, jadi sekarang kalian bisa ke ruang ganti pakaian lalu kembali lagi ke sini."
"Baiklah, ayok Jihan." Ucap jihoon.
Selang beberapa menit mereka berdua sudah berganti pakaian dan mulai menjalankan foto prewedding pertama dan kedua mereka, foto-foto dengan latar background wedding berbeda yang tidak kalah bagusnya membuat hasil foto mereka berdua terlihat sangat sempurna.
Saat foto sesi ketiga akan segera dimulai, jihoon sudah rapih dengan celana hitam, kemeja putih dan jas hitam nya sedang menunggu Jihan yang sedang di tata rambutnya oleh stylish handal.
"Jihoon." Panggil Jihan, jihoon menoleh saat namanya dipanggil itu pun membulat sempurna kala melihat bagaimana cantiknya Jihan saat ini.
Jihan yang memakai dress pengantin berwarna putih dengan rambut yang di tata membuat aura cantik Jihan terlihat sangat jelas.
"Cantik." Ucap jihoon tanpa sadar.
"Aku tau kok aku cantik, makasih untuk pujiannya." Ucap Jihan terkekeh, jihoon yang baru sadar dengan ucapannya itu memutar bola matanya malas.
"Jangan kepedean maksud aku itu rambut kamu yang cantik bukan kamu nya."
"Alasan saja, tapi tidak apa-apa kalo rambut aku cantik berarti aku juga cantik."
"Seterah kamu saja, udah ayok selesaikan habis itu pulang." Ucap jihoon.
Mereka berdua kembali berfoto dengan instruksi yang diberikan oleh kang seung-yoon.
"Oke, selesai." Ucap kang seung-yoon.
"Bagaimana hasilnya?!." Tanya Jihoon.
"Tentu saja bagus lihat dulu siapa fotografer nya, kang seung-yoon gitu lho."
"Aish, kenapa papa bisa-bisanya punya teman yang memiliki tingkat kepedean tinggi seperti om."
"Yaa! Park jihoon, untuk aku sedang senang karena melihat kamu akan menikah coba kalo tidak, sudah ku rebus kamu bersamaan dengan ramen."
Jihan hanya bisa terkekeh geli mendengar perdebatan kedua pria dihadapan dirinya, ia juga tidak percaya kalo sebentar lagi ia akan melepas masa lajangnya ia akan menikah dan memiliki suami, ia tidak tau harus mengekspresikannya seperti apa, yang jelas yang sangat menantikan hari pernikahannya itu.
"Ya sudah kalo gitu kami berdua pamit pulang dulu, terimakasih om untuk kerja samanya." Ucap Jihoon.
"Sama-sama, aku akan mengantarkan hasilnya besok siang dan langsung ke gedung pernikahan kalian."
"Baiklah, jangan lupa untuk datang di hari pernikahan kami nanti."
"Aku pasti akan datang, semoga pernikahan kalian berjalan lancar ya."
"Terimakasih om, kalo gitu kami ganti baju dulu terus pamit pulang."
Setelah mereka berdua berganti pakaian dengan pakaian yang tadi mereka pakai kini mereka sudah berada di dalam mobil untuk ke rumah Jihan, Langit juga sudah menjelang sore tidak ada waktu untuk berduaan karena jihoon harus pergi ke gedung pernikahan mereka untuk melihat hasilnya.
"Jangan pergi kemanapun lagi, kamu harus istirahat, jangan lupa makan, kalo ada apa-apa hubungin aku segera." Ucap jihoon saat sudah sampai di depan rumah Jihan.
"Iya Jihoon, kamu hati-hati ya."
"Aku pergi dulu, salam ke mama bilangin maaf karena aku tidak bisa mampir ke rumah sebab papa udah bawel banget nyuruh aku datang ke gedung pernikahan."
"Baiklah nanti aku sampaikan, oh ya ini jaket kamu."
"Simpan saja sama kamu."
"Tapi kamu nanti kedinginan gimana?! Cuaca malam kan lagi dingin."
"Aku bisa menanggani nya, sudah simpan saja sama kamu, aku pergi dulu ya sudah ditunggu papa."
"Baiklah, hati-hati jangan kebut-kebutan bawa mobilnya."
"Iyah." Jihoon mengacak-acak rambut Jihan dengan tersenyum manis, lalu berjalan masuk ke dalam mobilnya, Jihan yang melihat mobil jihoon sudah menghilang pun berjalan masuk ke dalam rumahnya.
"Sudah pulang sayang?!." Tanya mama.
"Sudah ma."
"Bagaimana foto prewedding nya, lancar?!."
"Lancar kok ma, besok juga udah diantar, oh ya ma jihoon bilang dia minta maaf karena tidak bisa mampir ke sini papanya minta jihoon untuk datang ke gedung pernikahan untuk mengecek kondisi di sana."
"Tidak apa-apa sayang mama mengerti kok, ya sudah kamu istirahat sana, nanti turun lagi setelah makan malam ya."
"Iyah ma, kalo gitu aku ke kamar dulu ya."
"Iyah sayang." Ucap mama, jihan pun berjalan menuju tangga untuk sampai di kamar miliknya.
Advertisement
- In Serial92 Chapters
Super-Soldier in Another World
The anti-matter bomb had worked... sort of. Hoplite thirty-seven didn't think that it worked quite the way that it was intended... After all, he was still alive and now he had to deal with elves, magic, and a primitive human civilization, along with other fairy-tale creatures he didn't understand.
8 469 - In Serial8 Chapters
Omaye: The First Chronicle Of Zion
Zion, the next frontier of virtual reality games that pushes the very boundaries of the word reality. It was meant to be next pleasure attraction for a planet with twelve billion people. Now.....its their home. The suns core becomes unstable and star which has seen the rise of humanity and even contributed to its growth, is about to be its end. The only way to survive the upcoming solar storm was to transfer permanently, the consciousness of every willing participant into Zion. A virtual reality game whose server was built as an actual moon orbiting a somewhat hospitable planet in the next galaxy. This is the story of how a broken family got another chance at life, of betrayal, of triumph, of sin, and of love.
8 131 - In Serial12 Chapters
trust is venom
he, who trusted his friends and family got betrayed and killed but fate gave him a second chance, will he take or use it to take some kind of revenge.
8 241 - In Serial16 Chapters
Valkyries and Blade Dancers
It has been a millennium since the dawn of the war between the aradama and the Toji and there are absolutely no signs of the conflict ending. This status quo had more or less remained the same throughout the centuries; the aradama had failed to destroy humanity while the Toji had failed to eradicate the aradama. However, this would all change during the 123rd National Swordsmanship Tournament. One after the other, multiple calamitous events rocked the island nation of Japan to its core...
8 316 - In Serial7 Chapters
Queen's Poetry
My own collection of different poems and short stories...
8 179 - In Serial109 Chapters
Loving Lamelo Ball
Chanel And Lamelo meet when they we're just 14 year olds. Coming from two very different worldsBut now in their finale year of high school and entering adulthood. Chanel is struggling with her fame and rap career and past.And Lamelo is dealing with fame and basketball. Dealing with everyday challenges, friends, social media, and many options will there love stay strong or will it fade.But weather they fall completely in love or completely fall out Chanel and Lamelo will always have their own story🫀UJust to let y'all know I'm already working on the second one if it takes a long time for new chapter
8 178

