《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 8.

Advertisement

Jihan berada di mobil jihoon saat ini, sesuai keinginan mama jihoon yang minta Jihan untuk datang ke rumah nya, Jihan di mobil sedari tadi hanya diam dengan menatap keluar jendela dan sesekali melirik kearah jihoon yang serius mengendarai mobil.

"Jihoon." Panggil jihan.

"Hm?!."

"Boleh aku bertanya sesuatu?!."

"Bicara saja." Ucap jihoon tanpa mengalihkan pandangan nya ke jalan.

"Apa alasan kamu menerima perjodohan kita?! Kalo memang kamu tidak suka seharusnya kamu menolaknya kan."

"Tidak ada alasannya, aku menerimanya karena mama dan papa saja, lagi juga saat aku tau kalo kamu yang dijodohin sama aku, ya aku pikir itu tidak masalah juga untukku, kamu sendiri kenapa mau menerima perjodohan ini?! Bukannya kamu sangat tidak menyukai sikap ku."

"Awalnya memang Iyah, apalagi aku sangat kesal jika diganggu oleh mu, tapi aku pikir-pikir tidak ada salahnya aku menerima kenyataan kalo aku dijodohin oleh pria menyebalkan seperti kamu."

Jihoon tersenyum simpul lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kok berhenti?!." Tanya Jihan.

Jihoon menolehkan wajahnya kearah jihan.

"Sebenarnya aku tidak memiliki niat untuk selalu mengganggumu, tapi entah kenapa, mengganggu kamu adalah hobi baru ku." Ucap jihoon.

"Ih menyebalkan sekali!!." Jihan menghajar tubuhnya jihoon yang membuat jihoon tertawa dengan sesekali meringis karena pukulan Jihan begitu sakit.

"Yaa! Hentikan, tubuhku bisa sakit karena pukulan mu park jihan."

Bukannya berhenti Jihan malahan semakin mengeraskan pukulan nya ke tubuh jihoon, sontak jihoon langsung menghentikan pukulan itu dengan menggenggam tangan Jihan dan menatap nya datar.

Jihan yang ditatap datar oleh Jihan terdiam merasakan hal aneh dalam hatinya, tatapan mata jihoon benar-benar membuat jantung Jihan mendadak berdetak kencang.

"Astaga, ada apa dengan jantungku." Batin Jihan.

"Anak bandel." Ucap jihon menyentil dahi Jihan dengan terkekeh kecil.

"Aish, sakit tau gak!." Ketus Jihan.

Jihoon tertawa kecil lalu tangannya terulur mengelus dahi Jihan lembut, lagi-lagi perlakuan manis dari jihoon membuat Jantung Jihan tidak sehat.

"Maaf jika aku menyakitimu, Jihan."

Jihan terkejut mendengarnya, lagi-lagi jihoon meminta maaf padanya, sebenarnya setan apa yang merasuki tubuh jihoon saat ini.

"Yaa! Jihoonie, kau sedang demam ya?! Perasaan dari tadi kau selalu minta maaf kepada ku."

"Sembarangan kalo ngomong, aku hanya ingin melakukan hal yang lebih baik saja, apalagi kan selama ini aku selalu membuat kamu kesal jadi tidak ada salahnya aku mengubah sikap buruk ku menjadi lebih baik, salah satunya ya harus minta maaf jika aku salah." Ucap jihoon.

Jihan tersenyum, rasanya ia sangat suka dengan perlakuan lembut jihoon sekarang ini.

"Haha baiklah, aku suka dengan cara pemikiran kamu, tapi tetap saja jangan sampai menghilangkan jati diri kamu sendiri." Ucap Jihan.

"Aku bisa menangani nya soal itu." Ucap jihoon, lalu memberikan jari kelingkingnya kearah Jihan,"Mari saling mengenal lebih jauh lagi, salah satu nya menjadi teman baik, kita baikan?!."

"Kita baikan." Ucap Jihan menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking jihoon, ya ini lah awal untuk mereka kembali memulai dari nol yaitu menjadi teman.

Saat mobil Jihoon sampai di haman rumah miliknya, jihoon keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk jihan keluar.

Advertisement

"Terimakasih." Ucap Jihan tersenyum.

"Sama-sama." Ucap jihoon, saat mereka hendak masuk ke dalam, mama dan papa jihoon lebih dulu keluar rumah menyambut calon mantu kesayangan mereka.

"Selamat malam mama! Papa." Ucap Jihan.

"Malam juga sayang, akhirnya kamu datang juga, mama sudah menunggu kamu dari tadi."

"Hehe maaf ya ma, tadi Jihan pergi dulu ke pameran seni yang ada di balai kota kalo Jihan batalin gak enak soalnya udah janji sama teman, makanya baru sekarang ke rumah mama, maafin Jihan ya."

"Tidak apa-apa sayang, mama juga tidak marah kok, ya sudah ayo masuk, mama sudah masakin Makan malam yang enak untuk kamu."

"Untuk jihan doang?! Untuk aku dan papa tidak gitu?!." Tanya jihoon.

"Maklum boy, mama kamu hanya ingat sama calon menantu kesayangannya, sedangkan kita dilupakan begitu saja."

"Tau gitu, tadi aku beli makan malam di luar saja nanti kita makan berdua di atas pohon ya pa."

"Kalo Itu tidak terimakasih." Ucap papa, mama dan Jihan hanya terkekeh geli melihat ayah dan anak satu ini, memang sifat random nya jihoon itu nurun dari papanya.

"Sudah jangan bertengkar, ayok masuk mama juga masakin makanan kesukaan papa dan Jihoon di dalam."

"Nah gitu dong, kan jadi sayang sama mama." Ucap jihoon.

"Bisa saja kamu, sudah ayok masuk ke dalam." Ucap mama merangkul pundak Jihan untuk masuk ke dalam rumah mereka.

Saat jihan berada di meja makan, sudah tersaji menu makanan yang banyak dan juga enak di meja, Jihan duduk berhadapan dengan mama sedangkan papa di samping mama, bangku sebelah Jihan kosong karena jihoon sedang mandi di kamarnya.

"Jihan, kamu menginap saja disini mama sudah menghubungi papa kamu kalo kamu sedang berada di rumah kami, dan papa kamu bilang kalo pulangnya kemalaman lebih baik menginap saja semalaman." Ucap mama Shoji.

"Tapi aku tidak bawa baju ganti ma, lagi juga bukannya terlalu merepotkan jika aku menginap di sini?!."

"Kamu bisa pakai baju mama sayang, sepertinya ada deh baju yang seukuran dengan kamu nanti mama cari ya, kamu juga tidak perlu khawatir karena akan merepotkan kami, malahan kami senang sekali kalo kamu mau menginap di sini."

"Benar Jihan, kamu bisa tidur di kamar jihoon biar jihoon tidur dikamar tamu."

"Ah jangan pa, kasihan jihoon masa aku yang tamu malahan tidur di kamar jihoon, tidak apa-apa aku tidur di kamar tamu saja."

"Kamu yakin?! Tidak apa-apa jika kamu mau tidur di kamar jihoon, mama yakin kok jihoon juga tidak keberatan."

"Aku yakin ma, tidak apa-apa biar aku tidur di kamar tamu saja."

"Ya sudah nanti biar papa suruh bibi bersihkan kamar tamu ya." Ucap papa, Jihan tidak menyangka kalo orangtuanya jihoon sangat baik kepadanya, ini kedua kalinya dia merasa nyaman di dekat orang tua jihoon setelah mama dan papanya.

"JIHOON! Cepat tu-- oh udah turun rupanya." Ucap mama yang hendak teriak, namun, jihoon lebih dulu datang ke meja makan dengan tatapan malas kearah mamanya.

Jihoon dengan wajah segarnya setelah mandi turun ke bawah mengenakan kaos putih dengan celana pendek selutut berwarna hitam, jihoon pun duduk di sebelah Jihan, dari situ Jihan bisa mencium aroma parfum yang dipakai oleh jihoon benar-benar sangat wangi.

Advertisement

"Biar mama ambilkan untuk Jihan."

"Jangan ma." Ucap Jihan menahan tangan mama yang ingin mengambilkan nasi di piring untuk Jihan,"Biar Jihan saja yang ambil sendiri, sekarang mama duduk dan biarkan Jihan yang mengambilkan nya untuk kalian."

Jihan berdiri dari duduknya, lalu mengambil piring mama untuk ditaruh nasi dan juga lauk, setelah itu Piring papa juga sama, semua mata tertuju pada Jihan gadis itu sangat telaten dalam hal seperti ini, mama, papa dan Jihoon menatap kagum kearah Jihan.

"Kamu mau makan pakai apa?!." Tanya Jihan saat sedang mengambilkan makanan untuk jihoon.

"Apa saja." Ucap jihoon.

Jihan meletakkan semua lauknya di piring jihoon lalu memberikannya kepada Jihoon.

"Terimakasih." Ucap jihoon.

"Sama-sama." Ucap Jihan tersenyum, lalu kembali duduk saat piringnya sendiri sudah ia isikan nasi dan lauknya.

"Sepertinya kita tidak salah memilih jihan sebagai calon istrinya jihoon pa, lihat bagaimana telatennya dia tadi, mama sangat terharu." Ucap mama Shoji menatap Jihan.

"Benar, papa juga gak bisa berkata-kata selain kagum sama jihan, lihatlah jihoon calon istri kamu ini sangat pantas untuk kamu."

"Mama sama papa jangan berlebihan gitu deh, Jihan kan cuman menjalankan apa yang udah seharusnya Jihan lakukan."

"Tetap saja sayang, kamu benar-benar cocok untuk menjadi istri jihoon, benarkan Jihoon?!."

Jihan menatap kearah jihoon seakan-akan menunggu jawaban dari pria di samping nya itu, jihoon menoleh kesamping melihat bagaimana wajah jihan yang sedang menatapnya, lalu Jihoon menoleh kearah mama dan papanya dengan senyum simpul di bibirnya.

"Iyah." Ucap jihoon.

Jihan tentu saja sedikit terkejut mendengar nya, jihoon mengiyakan ucapan mamanya itu berarti jihoon sudah mulai menerima perjodohan ini, tolong siapapun tampar Jihan sekarang semenjak pertemuannya dan tau kalo jihan adalah gadis yang dijodohkan dengan jihoon, sifat jihoon mendadak berubah dari yang Jihan kenal sebelumnya, lantas ucapan jihoon membuat Jihan tersipu malu saat ini.

Setelah acara makan malam selesai dan jam juga sudah menunjukkan tengah malam, Jihan yang tidak bisa tidur merasa haus dan ingin mengambil minum, namun, saat melewati kamar jihoon ia melihat pintu kamar jihoon terbuka sedikit dengan lampu yang masih menyalah dengan terang.

"Apa Jihoon belum tidur?! Kenapa lampu kamarnya masih menyalah."

Jihan berjalan mendekati pintu kamar jihoon, saat di depan pintu ia membuka pelan-pelan pintu kamar jihoon dan ia melihat jihoon yang sedang berkutat dengan laptopnya di meja belajarnya.

"Jihoon-ah." Jihoon yang merasa namanya dipanggil pun menoleh kebelakang.

"Jihan, kamu sedang apa malam-malam begini di luar?!." Tanya Jihoon.

Jihan berjalan masuk ke dalam kamar jihoon dan berdiri di samping meja jihoon dengan kedua tangan dilipat di dada.

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu belum tidur?! Ini sudah tengah malam, jihoon."

"Aku lagi bantu papa menyelesaikan berkas-berkas ini, ya itung-itung aku belajar sedikit supaya Nanti aku sudah mengerti cara mengelola perusahaan."

"Tapi ini sudah malam jihoon, kamu juga butuh istirahat."

"Aku tidak apa-apa Jihan, kamu tidak perlu khawatir aku sudah seminggu ini membantu papa dan sudah terbiasa tidur jam dua pagi bahkan jam tiga, tidak apa-apa kamu tidur duluan saja."

Jihan bisa melihat wajah lelah jihoon walaupun wajahnya tersenyum tapi Mata lelahnya tidak bisa berbohong, Jihan cukup salut dengan jihoon dibalik sifat menyebalkan nya ternyata Jihoon memiliki sisi pekerja keras.

"Kamu tunggu sebentar ya, aku mau ke dapur dulu." Ucap Jihan lalu keluar dari kamar jihoon.

Jihan yang menuruni tangga berjalan ke dapur lalu mengambil cangkir untuk membuat teh hijau untuk jihoon.

"Lho, Jihan kamu sedang apa di dapur malam-malam?!." Tanya Mama Shoji yang hendak mengambil air minum.

"Oh, aku lagi mau buatin teh hijau untuk jihoon ma, tadi aku tidak sengaja lewat kamar jihoon, terus lihat Jihoon lagi ngerjain berkas-berkas, jadi karena aku tidak mau dia kelelahan terus jadi sakit yaudah aku buatin teh hijau untuknya."

"Kamu memang istri idaman Jihan, terimakasih sudah perhatian dengan kesehatan jihoon." Ucap mama tersenyum manis.

"Jangan berterimakasih ma, ini sudah menjadi tugas Jihan untuk mengurus calon suami Jihan, oh ya mama sedang apa di sini?! Kok belum tidur."

"Mama kebangun terus haus mau ambil minum."

"Oh gitu, yasudah Jihan ke kamar jihoon dulu ya ma, selamat malam mama."

"Malam juga sayang." Ucap mama, Jihan pun membawa cangkir teh hijau itu menuju kamar jihoon.

Saat di kamar jihoon, Jihan masuk dan membawa cangkir itu dan diletakkan di samping meja jihoon.

"Aku buatkan teh hijau untuk kamu, jangan terlalu memaksakan diri jihoon, kalo lelah istirahat saja kamu juga manusia yang membutuhkan tidur."

"Aku mengerti, terimakasih Jihan."

"Sama-sama."

Jihoon meneguk teh hijau buatan Jihan, saat meneguknya jihoon bisa merasakan tubuhnya lebih relaks dari sebelum nya.

"Pergilah ke kamar mu, aku tidak mau kamu kurang tidur hanya diam di kamar ku." Ucap jihoon.

"Aku belum ngantuk dan kebetulan aku bete di kamar, jadi aku akan disini sebentar sambil menemanimu."

"Baiklah, seterah kamu saja."

Jihan duduk di sofa kamar jihoon, ia baru ingat kalo handphone nya baru saja di charger karena baterai nya habis dan lihat sekarang ia bingung harus ngapain selain memperhatikan jihoon yang serius di depan laptop.

Satu jam kemudian Jihan tertidur di sofa setelah dilanda ngantuk berat, jihoon yang sudah selesai dengan berkas-berkas nya itu menutup laptopnya, mata nya tertuju pada Jihan yang tertidur pulas di sofa.

"Menemaniku katanya, tapi lihat sekarang?! Dia malahan tertidur pulas di sofa." Ucap jihoon dengan tertawa kecil.

Jihoon pun mengangkat tubuh jihan untuk dipindahkan ke kasur miliknya, jihoon menyelimuti tubuh Jihan tak lupa ia mematikan lampu kamarnya dan menyalahkan lampu tidur, jihoon mengambil bantal satunya lagi dan pindah ke sofa, ia pun menoleh kesamping dimana Jihan tertidur.

"Selamat malam Jihan." Ucap jihoon sebelum memejamkan matanya untuk menyambut mimpi yang indah.

    people are reading<[✓] Mate || Park Jihoon>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click