《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 2.
Advertisement
Setelah perkenalan dengan pria bernama sungchan itu, kini Jihan dan Sooyoung berniat untuk pergi ke kantin.
Jihan yang baru keluar dari perpustakaan mendadak memiliki mood yang bagus hanya karena pertemuan singkat dirinya dengan pria tinggi itu, sepanjang jalan Jihan terus saja senyum-senyum sendiri yang membuat Sooyoung harus menebalkan wajahnya saat mahasiswa menatap kearah mereka berdua.
"Yaa! Park jihoon, kembalikan itu daging milik ku."
"Ayolah Shiho, aku hanya minta satu."
"Tidak! Kau sudah makan tiga dan itu milik ku, Ayo kembalikan!."
Mashiho dan jihoon pun perebutan daging steak yang menggiurkan bagi mereka yang penyuka daging, saat jihoon menaiki tangan kirinya, tak disangka tangan nya mengenai wajah Jihan yang berada di belakangnya.
"Astaga." Ucap jihoon terkejut saat melihat Jihan meringis memegang wajahnya yang terkena tebasan tangan nya itu.
"Jihan, kamu baik-baik saja?!." Tanya Sooyoung.
Jihan membuang nafas kasarnya ia menatap wajah jihoon tajam, mood nya kini berubah drastis hanya karena seorang park jihoon.
"PARK JIHOON!!." Teriak Jihan keras, jihoon menutup telinganya kuat begitupun mashiho dan Sooyoung, seketika semua pandangan mata mengarah ke mereka.
"Astaga, kecil-kecil suaranya nyaring banget." Ucap Jihoon menutup kedua telinganya.
"Bodo! Bisa gak Sehari gak buat aku kesal ha?!." Ketus Jihan.
"Gak bisa, gimana dong?!." Ucap jihoon dengan wajah menyebalkan nya itu, Jihan meremas tangan nya di depan wajah jihoon.
"Huh.. minggir aku mau lewat." Ketus Jihan, ia pun mendorong tubuh jihoon dan melewati jihoon begitu saja.
"Jihoon, kau lagi-lagi membuat seorang park Jihan darah tinggi." Ucap mashiho.
"Biarkan saja, mungkin sudah menjadi hobi ku membuat gadis itu kesal." Ucap jihoon, mashiho hanya memutar bola matanya malas menanggapi hobi jihoon yang terbilang menyebalkan.
Jihan dan Sooyoung duduk di meja pojok, mereka baru saja mengambil menu makan siang mereka hari ini.
"Jihan, kau pulang ada acara?!." Tanya Sooyoung.
"Tidak, kenapa memangnya?!."
"Kita pergi ke toko buku yang ada di toko seberang jalan sana, kau mau kan?!."
"Astaga, apa kamu tidak muak setiap hari harus bertemu dengan buku-buku itu, Sooyoung?!."
Sooyoung menggeleng,"Sudah menjadi hobi aku membaca buku, ayolah Jihan temani aku nanti pulang dari kampus."
"Baiklah, aku akan menemanimu."
"Benarkah?! Yeay makasih Jihan."
"Sama-sama." Ucap Jihan tersenyum manis.
Saat mereka berdua sedang menikmati makan siang, mereka dikejutkan dengan kedatangan seorang pria ke meja mereka.
"Apa saya boleh gabung dengan kalian?!."
Jihan dan Sooyoung mendongakkan kepalanya menatap pria tampan yang berdiri di depan mereka.
"Sungchan, kamu baru istirahat?!." Tanya Jihan, sungchan selalu tersenyum manis ketika berbicara dengan orang lain.
Advertisement
"Iyah, apa boleh aku gabung dengan kalian, kebetulan meja kantin sudah penuh semua."
"Boleh kok, duduk saja." Ucap Jihan mengangguk, sungchan pun duduk di samping Jihan.
"Kalian saling kenal?!." Tanya Sooyoung.
"Oh, i-ini tadi di perpustakaan aku tidak sengaja nabrak sungchan, dari sana kami kenalan makanya sekarang kenal."
Sooyoung menganggukkan kepalanya dengan membentuk mulutnya 'O'.
"Kenalin aku Kim Sooyoung, sahabat baiknya Jihan." Ucap Sooyoung sambil menyodorkan tangannya kearah sungchan.
"Sungchan, salam kenal Sooyoung." Ucap sungchan membalas jabatan tangan Sooyoung.
"Oh ya ngomong-ngomong, kalian berdua masuk jurusan apa?!." Tanya sungchan.
"Kami masuk fakultas bisnis administrasi, kalo kamu?!." Tanya Jihan.
"Aku masuk fakultas seni." Ucap Sungchan, lalu ia menatap kedua gadis itu,"Oh ya, apa kalian suka melihat pameran seni seperti lukisan atau semacamnya gitu?!."
"Kebetulan kami suka datang ke pameran seni yang suka diadakan di kampus, benarkan Jihan?!."
"Iyah benar, kami juga suka banget sama lukisan-lukisan yang di pajang di museum kampus, di sana lukisannya benar-benar bangus banget." Ucap Jihan dengan ekspresi wajah senangnya yang di anggukin Sooyoung yang setuju dengan ucapan Jihan.
Sungchan tertawa kecil mendengar nya, ia senang karena ternyata masih banyak yang menyukai sebuah karya seni di jaman modern ini.
"Aku juga suka dengan seni, maka dari itu aku masuk fakultas seni di kampus ini, bagaimana kalo lusa kita pergi ke pemeran seni yang di adakan di balai kota, apa kalian mau ikut dengan ku?!." Ucap sungchan.
"Mau, aku mau ikut, bagaimana dengan kamu, Jihan?! Kamu ikut kan?!." Tanya Sooyoung.
Jihan diam karena tiba-tiba ia baru ingat kalau besok malam ada pertemuan keluarga Park ke rumah nya untuk membahas perjodohan diri nya dengan pria yang masih tidak diketahui siapa orangnya, tapi jika dipikir-pikir tidak ada salahnya juga buat dia keluar bersama sungchan dan Sooyoung, lagi pula tidak mungkin pernikahan mereka dipercepat kan.
"Jihan, kenapa diam saja?! Kamu ikut kan?!." Tanya sungchan.
"Ah baiklah, aku akan ikut dengan kalian, kabarin saja ya jam berapanya." Ucap Jihan.
Di seberang meja sana, jihoon terus melirik kearah meja Jihan tepatnya kepada seorang pria yang duduk di samping Jihan.
"Yaa! Mashiho, apa kau tahu siapa pria yang duduk di samping gadis cerewet itu?!." Tanya jihoon.
Mashiho langsung menoleh kearah meja jihan, kemudian kembali menatap ke arah jihoon dengan anggukan kepala.
"Oh, dia sungchan dari jurusan fakultas seni." Ucap mashiho.
"Sungchan?! Mahasiswa baru?!."
"Tidak, dia mahasiswa lama seperti kita, bedanya dia jarang bergaul dengan mahasiswa yang lain, aku tau dia saja itu karena aku tidak sengaja lewat ruang seni lalu melihat dia di sana."
Advertisement
Jihoon menganggukkan kepalanya sambil membentuk mulutnya 'O'.
"Kau cemburu, jihoon?!." Tanya mashiho dengan nada meledeknya.
"Tidak, jangan mengarang yang aneh-aneh Shiho, aku tidak cemburu."
"Lalu kenapa kau selalu melihat kearah meja mereka, bahkan menanyakan pria yang duduk di samping Jihan."
"Aku hanya penasaran saja sekaligus heran, kok ada laki-laki yang betah duduk di samping gadis cerewet itu."
Mashiho tertawa kecil mendengar alesan jihoon, jelas-jelas ia selalu melihat jihoon menatap kearah meja Jihan.
"Seterah kamu saja, rajanya mencari alasan." Ucap mashiho.
*****
"Jihan pulang." Dengan langkah gontai nya Jihan masuk ke dalam rumah.
"Kamu sudah pulang nak." Ucap mama menyambut kedatangan Jihan, namun, tiba-tiba pandangannya terhenti saat melihat baju anaknya ini kotor,"Jihan, kau abis kecebur dimana?! Kenapa bajumu kotor dan Basah seperti ini."
Mata jihan membulat sempurna mendengar ucapan Mama nya yang bilang kalo dirinya abis kecebur.
"Aku ini tidak kecebur mama, tapi si pria menyebalkan itu yang membuat bajuku kotor seperti ini!." Ketus jihan, terlihat sekali ia sedang kesal saat ini.
"Pria menyebalkan?! Siapa maksud kamu?!." Tanya mama mengerutkan keningnya.
"Ya pokoknya pria menyebalkan lah ma, aku males nyebut nama nya, udah ya ma Jihan ke kamar dulu mau mandi." Ucap Jihan, mama menatap bingung anak semata wayangnya itu tak ambil pusing mama pergi ke ruang tamu melanjutkan nonton TV kesukaannya.
Saat di kamar, Jihan melempar tas miliknya ke kasur kemudian berkacak pinggang dengan wajah penuh kekesalan mengingat kejadian saat pulang kampus.
Flashback On
"Aish, mana si taksi kok gak muncul-muncul."
Saat Jihan sedang menunggu taksi di samping jalan dekat toko buku karena ia dan Sooyoung baru saja mampir ke toko buku karena keinginan Sooyoung yang ingin membeli buku di sana.
Awalnya Sooyoung menawarkan Jihan untuk pulang bersamanya, namun, Jihan menolak dengan alasan dia akan naik taksi saja supaya tidak merepotkan karena jarak rumah nya dengan rumah Sooyoung cukup jauh.
Saat Jihan sedang berdiri di samping jalan menunggu taksi tiba-tiba ada sebuah motor sport lewat dengan cepat yang membuat genangan air yang berada tak jauh dari Jihan itu muncrat mengenai baju Jihan.
"Astaga, baju aku!!." Ucap Jihan, lalu matanya tertuju pada pengendara motor itu,"Yaa! Bawa motor tuh hati-hati jangan kebut-kebutan!." Sarkas Jihan.
Pengendara motor itu membuka helmnya, mata Jihan membelalak saat tau siapa pengendara motor yang seenaknya di jalan itu.
"Park jihoon! Lagi-lagi kau mencari gara-gara denganku!." Sarkas Jihan, pria pengendara motor itu adalah jihoon.
Jihoon tak turun dari motornya melainkan tertawa melihat baju Jihan yang kotor terkena genangan air, memang pria menyebalkan.
"Pftt haha kau abis main air, jihan?! Kotor sekali baju mu."
"Ini semua salah kamu, minta maaf gak!."
"Yaa! Park jihoon gak pernah minta maaf duluan, ngerti." Ucap jihoon lalu memakai kembali helm nya itu.
"Park jihoon!! Kau mau kemana! Minta maaf gak! Park jihoon!!." Teriak Jihan, namun, motor jihoon sudah pergi melaju kencang di jalan, Jihan menghentakkan kakinya kesal,"Selalu aku sial kalo bertemu jihoon! Apa tidak bisa pria itu dihilangkan saja dari muka bumi ini, benar-benar menyebalkan!!."
"Awas saja kamu jihoon! Kalo ketemu lagi aku bejek-bejek kamu, heran deh mamanya pas hamil jihoon tuh ngidam apa si?! Anak nya rese dan nyebelin banget begitu, semoga saja pria yang dijodohkan mama dan papa nanti tidak menyebalkan seperti jihoon." Ucap Jihan, ia pun langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
*****
Jihoon yang baru saja sampai di halaman rumah nya langsung membuka helm dan turun dari motor kesayangan nya itu, jihoon melangkah masuk ke dalam rumah.
"Jihoon pulang." Ucap jihoon saat sudah masuk ke dalam.
"Kamu sudah pulang rupanya, jihoon kemari lah ada yang mau papa dan mama bicarakan sama kamu."
Jihoon duduk di sofa samping papa nya, papa dan mama tersenyum manis menatap jihoon yang membuat jihoon mengerutkan keningnya.
"Kenapa mama dan papa senyum-senyum menatapku?! Kalian habis kerasukan setan?!." Tanya jihoon.
"Sembarangan kamu bilang mama dan papa kerasukan setan, jihoon." Ketus mama.
"Ya terus kenapa kalian aneh begitu, bikin jihoon takut aja."
"Jadi gini, kamu tau kan tradisi keluarga Park seperti apa, umur kamu sudah masuk dua puluh tiga tahun jihoon, sudah saatnya kamu bersiap-siap untuk dijodohkan dengan keluarga Park."
"Jodohkan?! Astaga papa ini zaman modern apa masih ada perjodohan seperti itu?!."
"Tentu masih ada, ini sudah menjadi pilihan kami untuk menjodohkan kamu dengan anak teman papa yang berasal dari keluarga Park, sudah saatnya menentukan pasangan kamu jihoon."
"Tapikan pa."
"Tidak ada tapi-tapian kamu harus menerima kenyataan ini, percayalah jihoon, kamu akan bahagia nantinya, gadis pilihan papa dan mama adalah yang tepat untuk kamu."
Jihoon membuang nafas panjang nya kala ia tidak bisa untuk menolak perjodohan yang sudah menjadi tradisi keluarga Park.
"Huft, yasudah kalo bagi mama dan papa itu baik untuk jihoon, aku gak bisa menolaknya." Ucap jihoon pasrah.
"Besok malam kita akan pergi ke rumah calon istri kamu, jadi persiapkan diri kamu."
"Baiklah pa, kalo gitu jihoon ke kamar dulu." Jihoon beranjak dari duduknya lalu jalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Advertisement
Hollow Core: School of Swords and Serpents (Book 1)
Jace Warin never wanted anything more than to attend the School of Swords and Serpents to escape the labor camps and restore his family's stained honor.But the determined young martial artist soon discovers the school he's always dreamed about is teeming with secret plots and sinister designs. To survive, he will have to master long-lost jinsei techniques, repair his wounded soul, and face down a most unexpected enemy: The Academy's ruthless headmaster and cunning professors.Hollow is the first book in the School of Swords and Serpents series, a tale of wuxia adventure, cultivation mastery, and lurking threats.
8 110The Fleet
Earth Had reached an Era of Peace. Humans felt that they had secured the future of their species. That they had full control of their lives. But Fate had different plans. All this changed one day. The Gate opened. A portal to another dimension. An event that would forever change the course of History. ? ? ? A boy who has nothing to live for. No ties to the world and no one to trust. Left alone without anyone to rely on. What path will he chose? Will he find a reason to live or will he walk down the path of despair. When the gears of fate start to turn. What future will they make? Read to find out.
8 131Unbound
Dissonance, Unbound Book 1 is available now on Kindle for Amazon, Kindle Unlimited, Audible, or Paperback!A New World. A Thousand Threats. Welcome to The Continent. Felix's life on Earth had become a series of dead-end jobs, ruined relationships, and rotating apartments smaller than most postage stamps. By all accounts, even his own, he was a coward. Too afraid to move forward, to take risks. Yet when given the chance to choose between risking his life or walking away from a deadly encounter, he didn't hesitate. Moments before his untimely demise, Felix was snatched from earth and thrust into a magical world known only as ‘The Continent’. Empowered by the ‘System,' he learns that he can strengthen himself through combat and dedication. To survive he'll have to push himself beyond his limits, or else fall to the monsters all around him. Levels, stats, and magic. Death is the start of a terrible fate, but if he lives…who knows what he will become. [Participant in the Royal Road Writathon challenge]Chapters Post: Monday/Wednesday/Fridays Discord server
8 163Random Grammar Tips (Book 3)
#18 in non-fictionEnglish Grammar is tricky! We all mess it up at some point, so I'm hoping these quick grammar tips are going to make it more fun and easy for learners, writers, and hopefully everyone coming across this book. *I DO NOT OWN THE COPYRIGHT TO THE PUBLISHED MATERIALS IN THIS BOOK!¶ Some posts may be repeated in the previous books if they were about grammar. ¶ If you're a new reader, please check out the first two books (Random Writing Tips) & (Random Writing Tips book 2)==Credit goes to @MartaxSofia for making the wonderful cover for all three books. NOW, LET'S HOP IN AND LEARN SOME 'RANDOM' GRAMMAR TRICKS!!! ;)
8 204The Ending They Should've Gotten - Monty and Winston
What if Monty didn't die? And what if he and Winston got a happy ending?
8 111Monster High preferences
So this is exactly what the tittle says, I noticed there isn't a lot of these. Includes-Holt Hyde/ Jackson Jekyll -Duece -Heath-Clawd-Porter-Pharaoh -Valentine -Neighthan -Frankie-Clawdeen-Draculaura Tell me if you want anyone added or if you want something specific!!
8 155