《Timeless [ Kaisoo GS] ✔️》#15 (END)

Advertisement

in the haze of hell, I have dreamt that you'd lift this wing and see you are my first wound _ and that long ago, in some distant past, with open eyes, I kissed you till it bled.

Ciardha - Segovia Amil

Kyungsoo membuka matanya perlahan dan tersadar penuh, menyadari dirinya berada dikamar yang sama yang selalu dia lihat setiap harinya namun untuk pertama kalinya juga dia merasa asing dikamar itu, terlalu banyak cahaya yang menyambutnya seolah dia lupa untuk menutup jendela dan mematikan lampu. Satu hal yang bahkan hampir tidak pernah dia lakukan sebelumnya.

Gadis itu merangkak duduk melihat sekeliling sebelum akhirnya tertuju pada kedua telapak tangannya. Mimpi, entahlah semuanya tampak seperti mimpi yang begitu mengerikan namun terlalu nyata jika hanya sebuah mimpi. Dia bahkan masih bisa melihat beberapa luka gores di sepanjang lengannya dan rasa ngilu dikaki dan lengannya salah satu bukti bahwa hal itu bukanlah mimpi belaka.

Tak lama kemudian seseorang membuka pintu membuat perhatiannya tertuju pada pintu. Heboh, mungkin itu satu perumpamaan yang terjadi sekarang mengingat pria itu langsung menghambur kearah Kyungsoo, menggenggam kedua tangannya. Pria itu tak berhenti mengucap syukur dengan menggenggam erat kedua tangan Kyungsoo kearah keningnya.

"Oppa. . ." Satu kata meluncur dari bibir Kyungsoo. Yang membuat pria itu mengangkat kepalanya mengangguk dalam diam seolah tidak akan mengintrupsi apapun sebelum gadis itu bicara.

" Jong-in, dia baik-baik saja bukan?"

***

Suho hanya bisa menghela nafas lelah, entah apa yang harus dia lakukan agar Kyungsoo bicara. Gadis itu hanya diam sejak kata terakhir yang keluar dari mulutnya. Dia merasa bodoh mengatakan bahwa Jong-in hilang.

Yah... pria itu hilang di lokasi kejadian, Baekhyun yang saat itu menjadi satu-satunya saksi yang masih sadar pun bilang bahwa Jong-in jatuh kejurang bersama Yeonhee. Dan untuk Yeonhee, gadis itu tewas di tempat yang sama seperti tempat kematian Sehun. Satu-satunya tangis yang terdengar saat jenazah Yeonhee diangkat dari jurang adalah suara ibunya namun tidak ada sedikitpun jejak dari Jong-in.

Satu-satunya orang yang mengintip ke pinggir jurang setelah Yeonhee dan Jong-in jatuh hanya Kyungsoo, namun gadis itu pula yang sekarang diam. Dia memang tertidur hampir 5 hari dan sekarang setelah bangunpun dia sama sekali tidak bicara, yang dia lakukan hanya mengangguk, menggeleng dan tersenyum.

"S.suho~ya. . ." Ujar seseorang sambil meneyntuh lembut bahunya. Yixing masih mengusap bahu pria itu sampai pria itu memilih menarik tangannya hingga dia berdiri dihadapan Suho dan dengan satu tarikan pria menenggelamkan wajahnya diperut Yixing.

" semuanya sudah berakhir, Kyungsoo hanya syok mengertilah, hm?" Ujar Yixing berusaha menenangkan Suho tapi pria itu masih diam.

Dia tidak bisa melihat adiknya seperti mayat hidup seperti itu, entah bagaimana ada sisi didalam dirinya membuatnya menyalahkan Jong-in sekalipun pria itu sudah menggagalkan kematian Kyungsoo namun yang sekarang pun hampir tidak ada bedanya. Tak lama kemudia terdengar suara bel rumah yang ditekan tidak sabaran yang membuat Suho mendengus tidak suka.

"Biar aku yang membukanya." Usul Yixing dan berjalan kearah pintu. Gadis itu tampak terkejut saat melihat Baekhyun berdiri didepan rumahnya.

Oh, jangan lupa Baekhyun juga cukup terkejut saat melihat Yixing dihadapannya.

"Anu apa yang anda. . . " tanya Baekhyun yang terlihat ragu namun Yixing dengan cepat menangkap apa yang akan ditanyakan oleh Baekhyun.

"Aku kekasih Suho, kau mau bertemu Kyungsoo bukan? Dia ada dikamar." Ujar Yixing sedikit membuat Baekhyun terkejut dan berniat melempar beberapa pertanyaan namun pada akhirnya enggan dia lakukan, dia memilih berlari masuk tanpa permisi.

Advertisement

Suho yang melihat Baekhyun berlari tanpa menyapanya hanya menyeringit bingung dan berniat menegurnya saat Yixing datang mencegah pria itu.

" Baekhyun pasti punya cara, kita hanya perlu menunggu, hm?"

***

Kyungsoo masih tidak mengerti kemana Baekhyun akan membawanya, yang jelas dia memaksanya untuk ikut, Kyungsoo awalnya menolak namun Baekhyun bersikeras bahwa Kyungsoo akan menyesalinya jika dia berani menolaknya. Disinilah dia didalam mobil yang melaju cepat menembus keramaian ibu kota dan memasuki daerah sejuk penuh pepohonan.

Pemandangan itu biasanya menarik perhatian Kyungsoo tapi isi kepalanya melayang entah kemana dia benar-benar tidak memperhatikan jalan dan hanya diam.

"Kyung. . ." Ujar Baekhyun akhirnya berusaha memecah keheningan dan sepertinya mendapat respon cukup baik.

" Apa Chanyeol baik-baik saja Baek?" Bukan Baekhyun yang bertanya, Kyungsoo memilih membuka topik lebih dulu. Entahlah dia merasa tidak nyaman jika Baekhyun juga harus menanyakan Jong-in.

"Dia baik, meski tidak cukup baik untuk bangun dari atas ranjang."

"Syukurlah" gumam Kyungsoo dan gadis itu kembali diam.

"Chanyeol, bukankah dia menyukaimu Baek?" Tanya Kyungsoo lagi yang sebenarnya asal dia ucapkan. Entahlah dia benar-benar ingin menjauh dari topik yang membahas kejadian di tebing itu dan juga Jong-in.

"Arra. . ."

"Lalu?" Baekhyun tampak menghela nafas lelah namun matanya masih fokus ke jalan, tentu dia tidak mau mati konyol karna kecelakan.

"Dia mengajakku menikah, bahkan setelah dia bangun tidak ada kata lain kecuali 'ayo menikah' kurasa mantan kekasihmu benar-benar sinting" dengus Baekhyun.

Yah dia memang tidak habis pikir dengan jalan pikiran Chanyeol. Dia yang ketakutan setengah mati saat pria itu tak kunjung membuka matanya dan saat dia membuka matanya bukan kalimat penenang seperti 'berhenti menangis' atau 'aku baik-baik saja' dia malah melamarnya dengan tampang bodoh.

"Lalu jawabanmu?" Tanya Kyungsoo lagi yang kali ini membuat tubuh Baekhyun menegang, dia rasa dia tidak perlu menjadi profesor untuk tau apa jawaban Baekhyun setelahnya dan jelas membuat Kyungsoo tersenyum dibuatnya.

"Ya. Yak! Jangan mentertawakanku, dia yang mengambil kesempatan dalam kesempitan"

"Yoksi, Chanyeol memang selalu melihat peluang agar tidak ada yang bisa menolaknya" ujar Kyungsoo mengangguk nyatanya dia pernah terjebak oleh pria itu. Baekhyun tentu mengangguk setuju dengan pernyataan Kyungsoo.

" Jadi kapan kalian menikah, kuharap kau bersabar menunggu kakiku sembuh" ledek Kyungsoo yang membuat Baekhyun mendengus kesal.

" Kau sudah bisa meledekku ternyata." Ujar Baekhyun yang seketika membuat senyum diwajah Kyungsoo hilang. Ya tentu Baekhyun tahu Kyungsoo hanya sedang mengalihkan pembicaraan.

"Sebenarnya kau mau membawaku kemana?"

"Kita sudah sampai" ujar Baekhyun yang tanpa Kyungsoo sadari sudah memasuki pelataran rumah yang sangat Kyungsoo kenal. Rumah yang pernah dia singgahi bersama Jong-in dan juga tempat pertama kali pria itu. . .

"Darimana kau tahu tempat. . ."

" Jong-in, dia yang memberitahuku tempat kencan rahasia kalian." Ledek Baekhyun sambil melepas sabuk pengamannya kemudian turun dan mengitari mobil lalu membuka kan pintu untuk Kyungsoo dan membantu gadis itu untuk naik keatas kursi roda.

Ada seorang wanita, cukup tua dengan baju suster lengkap dengan kalung salib yang menggantung dilehernya lalu seorang anak laki-laki yang mungkin berusia 5 tahunan bersembunyi dibelakangnya, tampak tidak asing namun dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Bibi Hwang?" Tanya Kyungsoo memastikan dan wanita paruh baya itu hanya mengangguk mendekat kearah Kyungsoo lebih tepatnya berlutut lalu meremas kedua tangannya Kyungsoo dan tentu membuat gadis itu tidak nyaman.

Berbeda dengan wanita paruh baya itu, anak laki-laki itu hanya dia tertegun seolah mengenalnya namun juga terlihat terkejut entah karna apa.

Advertisement

"Bibi bersyukur kau baik-baik saja nak. Kau pasti kesulitan selama ini" ujar wanita itu sambil terus mengusap tangan Kyungsoo dia bahkan terlihat hampir menangis entah karna apa Kyungsoopun tidak tahu.

"Bibi bangunlah, jangan seperti ini"

"Kalian tiba-tiba menghilang membuat bibi khawatir. Ingatanmu sudah kembali nak?" Tanya wanita itu yang terlihat tengah memastikan. Kyungsoo nampak ragu namun tetap mengangguk sebagai jawaban.

" tidak sepenuhnya tapi. . ."

" tidak apa, kau melakukannya dengan baik nak. Tuhan melindungimu sayang" ujar wanita itu yang tak hentinya mengucap syukur. Tidak dengan wajah bingung Kyungsoo dia masih belum bisa memahami maksud kedatangannya sendiri ketempat ini.

"Min joon~a, ayo sapa nunna" perintah wanita peruh baya itu yang membuat anak laki-laki yang sejak tadi bersembunyi di balik punggungnya mengintip ragu. Kyungsoo tidak pernah melihat anak itu, karna pada dasarnya ingatannya tidak kembali seperti semula, hanya potongan-potongan kecil.

"Kalian dulu sangat lengket satu sama lain." Ujar wanita paruh baya itu lagi yang membuat Kyungsoo merasa tercubit karna tidak bisa mengingatnya. Dengan sedikit dorongan pada kursi rodanya, dia mendekat kearah anak itu, mengulurkan kedua tangannya memberi isyarat pada anak laki-laki itu untuk mendekat.

Minjoon berdiri di depan Kyungsoo sebatas bentangan tangan Kyungsoo, setidaknya hingga gadis itu bisa menggenggam kedua tangan anak itu.

"Namamu Minjoon?" Tanya Kyungsoo dan anak itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Maafkan nunna karna melupakan Minjoon, nunna sempat sakit hingga melupakan Min joon dan yang lain. Minjoon mau memaafkan nunna?" Pinta Kyungsoo tulus namun anak itu masih diam, dia hanya menunduk sambil mencengkram kuat tangan Kyungsoo hingga setitik air mata jatuh yang membuat Kyungsoo sontak kaget.

"Mi. .minjoon~a. . ."

"Hyung. . Hyung bahkan hiks hyung bahkan tidak mau hiks membuka matanya, se.. hiks sekarang nunna melupakan hiks Minjoon" ujar anak itu yang membuat Kyungsoo merasa teriris dan tanpa sadar menarik tubuh Minjoon dan memeluknya erat. Bukan berhenti menangis, anak itu menangis makin keras dan membuat Kyungsoo makin merasa bersalah.

"Maafkan nunna Minjoon~a. . ." Rapal Kyungsoo berkali-kali namun anak itu masih menangis dan mencengkram tubuh Kyungsoo kuat-kuat seolah tidak akan melepaskan Kyungsoo apapun yang terjadi. Sedangkan Kyungsoo berusaha menenangkan Minjoon dengan menepuk punggungvanak itu dan mengusap lembut berharap tangisnya reda.

"Hyung. . . Tidak hiks hiks tidak mau bangun nunna. . ." Adu anak itu yang membuat Kyungsoo makin bingung, pasalnya dia tidak paham siapa yang Minjoon maksud.

"Hyung nugu, Minjoon~a. . ." Tanya Kyungsoo yang kali ini membuat Minjoon terdiam. Anak itu mundur perlahan melepaskan Kyungsoo, wajah kagetnya tak kalah membuat Kyungsoo bingung.

" Nunna juga melupakan Hyung?" Tanya anak itu yang tampak tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Minjoon. . ." Panggil Baekhyun yang tiba-tiba berjongkok di sisi tubuh Minjoon mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu mengusap jejak air mata yang membasahi pipinya lalu mengusap kepala anak itu perlahan dengan lembut.

"Kyungsoo nunna ingin melihat hyung, Minjoon bisa mengantar nunna bukan?" Ujar Baekhyun yang kali ini juga membuat Kyungsoo bingung, entah siapa yang mereka maksud, sedangkan Minjoon mengangguk lalu memposisikan diri dibelakang kursi roda Kyungsoo dan berniat mendorong Kyungsoo.

Kyungsoo melempar tatapan pada Baekhyun meminta penjelasan, namun gadis itu hanya tersenyum dan seolah memintanya untuk diam dan ikut. Dan Kyungsoo akhirnya memilih diam dan membiarkan dua orang itu membawanya.

Tiap langkah yang dia lewati hanya pepohonan, mereka memang melewati rumah utama dan terus berjalan hingga menemukan rumah minimalis dipenuhi dengan kaca seolah merasa deja vu dengan apa yang dia lihat.

Kyungsoo masih tidak berkomentar saat Baekhyun dan Minjoon membawanya masuk kerumah itu. Sunyi, tidak ada suara apapun di rumah itu, namun saat mereka mendekati sebuah ruangan, bunyi alat deteksi jantung terdengar cukup keras yang membuat Kyungsoo yakinada seseorang didalam sana.

"H.hyung. . . Minjoon masuk" gumam anak itu di depan kubang kunci sebelum mendorong pintu dan membukanya lebar-lebar.

Kyungsoo masih diam tidak mengerti namun detik berikutnya tangisnya pecah, dia bahkan menutupi mulutnya yang hampir menjerit histeris saat melihat sosok yang beberapa hari terakhir dia cari. Gadis itu langsung menggenggam tangan kurus orang itu.

Dia hampir tidak mengenalinya, dia terlalu kurus terlebih dengan rambutnya yang tampak dipotong asal, tampak panjang dan berantakan.

"A. . Apa yang terjadi, dia tidak mungkin. . . " ujar Kyungsoo tampak meminta penjelasan pada Baekhyun.

Gadis itu tidak berkata apapun, dia hanya menyerahkan sebuah surat pada Kyungsoo dan membawa Minjoon kesisinya.

"Itu pesan yang dia titipkan padaku. Bacalah"pinta Baekhyun sebelum berlalu pergi meninggalkan Kyungsoo sendiri diruangan itu. Dengan perlahan Kyungsoo membuka lembar itu dan membaca perlahan mulai dari baris pertama.

Detik berikutnya hanya terdengar jerit tangis Kyungsoo yang terdengar penuh putus asa .

***

Kyungsoo terdiam, dia tidak bergeming. Masih menatap jauh kearah bawah lembah yang sepertinya pernah dia kunjungi dengan pria itu meski sekarang tampak berbeda, dulu tempat itu hanya lembah biasa yang tersembunyi di balik hutan namun sekarang berubah menjadi lembah yang tersembunyi dibalik rumah minimalis. Dia memang meminta Baekhyun membawanya ketempat dimana dia bisa melihat matahari tenggelam.

Tidak dia bukan penggemar sunset, dia lebih menyukai sunrise yang hangat dan menyilaukan dibanding sunset yang tampak menyedihkan.

Kyungsoo tersenyum miris saat mengingat satu kata yang pernah ia ucapkan pada pria itu. Di tangannya masih dia pengang surat peninggalan Jong-in. Yah. . . Yang tergeletak tak berdaya didalam sana adalah Jong-in yang sekarang yang akan bangun dua tahun mendatang.

"Dasar bodoh. . ." Gumam Kyungsoo tanpa sadar bersamaan dengan setes air mata yang membasahi pipinya.

"Aku tidak pernah memintamu membangun rumah disini."

"Tapi kau menyukainya bukan?" Ujar seseorang yang membuat Kyungsoo tersentak kaget.

"Ti. .dak mungkin"gumam Kyungsoo

" ternyata masih sempat. . " kekeh pria itu sambil berjalan menghampiri Kyungsoo mengangkat tubuh gadis itu dan mendudukannya dipagar balkon tempat dimana mereka berdiri sekarang. Mereka tampak diam tidak satupun dari mereka berusaha melepaskan pandangan mereka.

Sebelum akhirnya Kyungsoo mengangkat tangannya mengusap lembut wajah pria itu.

"Kau baik-baik saja. . ."

"Setelah terjun ke jurang? Hampir mati tentu saja" ujar pria itu setengah bercanda dan detik berikutnya sebuah pukulan yang melayang ketubuh Jong-in.

"Brengsek! Kenapa kau menghilang begitu saja! Kau tidak tahu. . ." Ucapan Kyungsoo tercekat saat Jong-in mencengkram tangan Kyungsoo dan mengecup sekilas bibir Kyungsoo.

"Waktuku tidak banyak. . ." Ujar Jong-in sambil menyusupkan sebuah cincin kejari manis Kyungsoo.

"Tetaplah hidup sampai aku membuka mataku mengerti?" Ujar Jong-in sambil menangkup kedua belah pipi Kyungsoo dan tangis gadis itu kembali pecah.

"Tidak tidak, jangan menangis kumohon. ."

"Kau akan pergi." Isak Kyungsoo namun Jong-in menggeleng sebagai jawaban.

"Aku selalu disini." Ujar Jong-in

" Dan selalu mencintaimu. . ." Bisik Jong-in yang membuat Kyungsoo tanpa sadar mengalungkan lengannya keleher pria itu dan menempelkan keningnya pada kening Jong-in.

"Nado. . ."

Detik berikutnya entah siapa yang memulai namun saat bibir itu menyatu hanya terasa keputusasaan dan kerinduan. Tidak ada yang berniat melepaskannya hingga sinar matahari itu lenyap bersama sosok pria yang memeluknya. Tidak ada duka, hanya senyum perpisahan karna pada akhirnya dia hanya perlu menunggu hingga matahari kembali padanya.

--

    people are reading<Timeless [ Kaisoo GS] ✔️>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click