《My Love Made in the 90's》VII

Advertisement

(6 bulan kemudian)

Waktu ke waktu yang kunjung berlalu.

Tanpa terasa perjalanan kisah roman antara Ga Eun dan Daniel terbina cukup lama, namun seperti pasangan pada umumnya tidak sesekali keduanya mengalami pukulan didalam hubungan mereka yang pada akhirnya menjadi sebuah pertengkaran.

Di dalam perjalinan, memang tidak menyelalu tentang hal yang baik-baik saja, tidak senantiasa berkenaan dengan apa itu kebahagiaan.

Pasti akan ada situasi atau keadaan yang menciptakan keduanya saling berbeda buah pikiran, tidak menerima pernyataan satu sama lain dan penuh alasan yang memicu kedua pasangan berselisih akibatnya.

Ada yang memilih mencari solusi upaya saling memperbaiki, ada pula yang memilih untuk memutuskan tidak melanjutkan hubungan tersebut.

Cinta akan terasa getir atau hangat, itu bergantung bagaimana cara kamu menyelami dan dengan siapa kamu melaluinya.

Jika pertikaian besar maupun kecil itu muncul dihubungan Ga Eun dan Daniel, tak sesekali Ga Eun yang mengalah. Meskipun Daniel sendiri yang membuat kesalahan itu, tapi pada kesudahannya Ga Eunlah yang meminta maaf. Adakalanya Ga Eun tersadar, mengapa dirinya begitu acap kali mengalah, padahal bukan dirinya yang melakukan pertengkaran diantara keduanya itu terjadi. Kadang kala Ga Eun ingin menyerah namun dirinya selalu ragu.

Ia merasakan gamang apabila Daniel tidak berada disisinya.

Apa disebabkan Daniel cinta pertamanya? Apa karena selama Ga Eun hidup ini adalah pertama kalinya dia begitu jatuh terlalu dalam ketika bertemu Daniel? Apakah semua orang bersikap seperti dirinya ketika bertemu cinta pertama mereka? Ga Eun tidak benar-benar memahami apa yang dirasakannya.

*****

Dibalik terjalinnya percintaan mereka, tanpa diketahui ke dua insan tersebut, ada seseorang yang begitu tidak menyukai hubungan antara Ga Eun dan Daniel.

Sebenarnya selama itu orang tersebut memendam siasat dalam benaknya, beberapa kali ia mempunyai cara untuk menghancurkan hubungan Ga Eun dan Daniel. Namun saja, ia masih memikirkan dampak yang nanti akan dia terima jika ia benar-benar melakukannya.

Geonu adalah sepupu kandung dari Seon, artinya dia adalah sepupu tiri dari Daniel. Semenjak kecil Geonu dan Seon begitu dekat, Geonu sangat menyukai sosok Seon. Baginya Seon adalah kakak laki-laki yang begitu melindunginya dan mencintainya itu semua terlihat dari cara Seon memperlakukannya. Waktu kecil, Geonu sangat senang sekali jika ayah dan ibunya mengajak dirinya untuk berkunjung kerumah Seon, bahkan setiap akhir pekan ia menginap dirumah Seon.

Usia antara Geonu dan Seon tidak tersangkut jauh, maka dari itu Seon cukup nyaman dan tersambung apabila Seon menceritakan segala apa yang ingin ia ceritakan kepada Geonu, salah satunya menceritakan hubungan Ga Eun dan Daniel.

Geonu yang mendengarnya cukup terperengah dan berbelas, karena apa yang telah Geonu ketahui bahwa sepupunya itu menyukai Ga Eun semenjak kejadian memalukan yang dialami keduanya. Namun, Seon tidak mengungkapkannya pada Ga Eun, lagipula Seon bukan tipekal laki-laki yang mudah mengungkapkan perasaan kepada seorang wanita.

Seon juga tidak sedikitpun menceritakan perasaan dirinya oleh Ga Eun kepada Heeseung, dia khawatir jika persahabatan mereka akan terpecah dikarenakan disalah satunya menaruh sebuah perasaan. Apalagi Seon menyadari bahwa Ga Eun tidak menyukai dirinya, hanya menganggapnya semata-mata sahabat tidak kurang, tidak juga lebih.

*****

"Ga Eun, apa menurutmu aku harus pindah ke Jepang?"

"Mwo? Untuk apa?"

"Agar kita lebih dekat. Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan jarak yang jauh lebih lama. Jujur itu menyiksaku"

"Jangan mengambil tindakan yang akan mempersulit dirimu. Aku bisa saja berlibur ke Seoul seperti sekarang untuk menemuimu atau sesekali kau berlibur mengunjungiku ke Jepang"

"Ya itu jika aku mendapatkan libur panjang dari sekolah, bagaimana jika tidak? Sampai kapan kita seperti ini? Apa kau menikmati hubungan jarak jauh? Aku lebih menyukai bertemu dan melihat senyummu secara langsung"

"Kau seperti baru berpacaran denganku saja. Kita sudah melakukan videocall berkali-kali sejauh ini, lakukanlah seperti itu. Yang terpenting adalah komunikasi diantara kita"

Seperti itulah tengah-tengah perbincangan Ga Eun dan Daniel pada sore itu, berada ditepian pantai yang mereka kunjungi. Keduanya berlibur bersama setelah 2 bulan tidak bertemu karena Ga Eun yang kini menetap di Jepang.

Advertisement

Sudah hampir seminggu Ga Eun berada di Seoul, selain memang dirinya ingin bertemu dengan sang kekasih disamping itu kedai yang Ga Eun kelola sedang mengalami perbaikan dan peningkatan bangunan.

Daniel yang sudah tidak memanggil Ga Eun dengan ada embel-embel 'Kak' semenjak dirinya menjalani hubungan bersama Ga Eun, terlihat lebih seperti sepasang yang sebaya. Tidak diketahui dan tidak tampak oleh orang-orang sekeliling yang melihat keduanya bahwa perempuannya lebih dewasa.

"Ga Eun"

"Apa?"

"Bagaimana jika aku selingkuh dibelakangmu?"

"Pertanyaan macam itu? Jangan menanyakan hal yang tidak pernah kau lakukan"

"Hmm, apa kau begitu yakin denganku?"

"Jika aku tidak yakin untuk apa kita pertahankan hubungan sejauh ini, Daniel? Dan untuk apa aku sebulan sekali ke Seoul dengan alasan salah satunya adalah demi menemuimu?"

"Kau benar, seharusnya aku memikirkan hal itu.

"Ga Eun, apa aku boleh meminta satu hal padamu?"

"Apa?"

"Apa aku boleh menciummu?"

"Me.... mencium?"

"Iya"

Hati Ga Eun begitu nyaris terlepas dari asalnya, setelah mendengar permintaan yang diberikan kepadanya langsung dari seorang Daniel. Vibrasi jantung Ga Eun tiba-tiba bekerja lebih cepat dari mediumnya.

Sebagaimana yang Ga Eun mungkin Daniel rasakan, memang selama ini mereka tidak pernah berpautan lewat indra lain yang mereka miliki.

Bersingunggan melalui genggaman tangan saja, begitu langka. Dan kali ini, Daniel meminta izin kepada Ga Eun untuk menciumnya, melalui sebuah labium. Udara yang di helanya tiba-tiba terasa berat, hatinya pun masih sama berdegup begitu kencang bersamaan aliran darah didalam tubuhnya mengalir deras.

"Ga Eun? Kenapa kau diam saja? Apa artinya kau menolak? Jika memang seperti itu, tidak apa-apa"

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya sedikit terkejut atas apa pemintaanmu"

"Jelas saja kau terkejut seperti itu karena ini adalah pertama kalinya aku meminta izin kepadamu yang mungkin diluar dugaanmu bukan? Hahaha raut wajahmu berubah jadi lucu sekali"

Ga Eun spontan menangkup wajahnya menggunakan kedua telapaknya untuk menyembunyikan ekspresinya yang padahal sudah diketahui oleh Daniel. Daniel memang suka sekali menunjukkan cara sehingga membuat seorang Ga Eun mabuk kepayang.

"Ah, berhenti menertawaiku seperti itu"

"Iya iya, aku akan berhenti tertawa dengan syarat aku di izinkan menciummu ya?

Daniel benar-benar lelaki yang begitu naif, jika memang ingin mencium Ga Eun kenapa dirinya tidak melakukannya dengan secara kontan saja? Justru jika dirinya meminta persetujuan Ga Eun terlebih dahulu seperti itu membuat Ga Eun kikuk untuk mengatakan iya.

Ga Eun belum menjawab atas apa yang dikatakan Daniel, dirinya masih membungkam dan terlihat layaknya patung dan Daniel hanya menatapnya begitu lekat.

Tring

Suara notification dari salah satu aplikasi yang didalam ponsel Ga Eun berbunyi, Ga Eun langsung meraih benda pipih tersebut, tampak sebuah nomor yang tidak diketahui oleh Ga Eun setelah dirinya melihat dibagian status bar.

Selain dirinya berusaha keluar dari rasa canggungnya dihadapan Daniel, ia juga penasaran siapa yang mengirim pesan kepadanya.

Dan dilihatnya sebuah gambar yang masih tampak blur karena belum di unggah oleh Ga Eun, kemudian Ga Eun menekannya guna memperjelas siapa yang ada didalam foto tersebut, begitu gambarnya berhasil menyelesaikan unggahan tersebut betapa menyelingarnya diri Ga Eun atas apa yang didapatinya.

Tergambar sebuah foto dimana seseorang laki-laki dan perempuan tepat disampingnya, tergambar begitu mesra. Setelah itu Ga Eun mencoba zoom image pada layarnya upaya meyakinkan dirinya. Dan benar-benar terlihat jelas didalam foto yang kini dilihat Ga Eun adalah Daniel.

Bagaikan terhantam benda yang luar biasa hebat akan beratnya, Ga Eun merasakan badannya tiba-tiba kehilangan penuh dayanya.

Tangannya terasa begitu ruai sehingga ponselnya terlepas dari genggamannya sehingga terjatuh kebawah diantara pasir pantai.

Kini pandangannya tak lagi menilik gambar yang ada didalam ponselnya, entah kesudut mana saja yang ingin ia tinjau yang jelas bukan melihat ke arah Daniel.

Tanpa disadari air matanya yang semu demi semu jatuh membasahi paras Ga Eun.

Advertisement

Sedangkan Daniel yang tergemap melihat perangai sang kekasih, dengan kilat mengambil ponsel Ga Eun karena ingin mengetahui apa yang menjadi sumber Ga Eun seperti itu.

Daniel tak kalah tersendat.

"Itu bukan kau kan?"

"..........."

"Benar kan? Itu bukan kau?" tanya Ga Eun sekali lagi tanpa memandang ke arah Daniel. Suaranya terdengar bergetar akibat tangisannya yang semakin jelas sedu sedan.

"Jawab jika itu bukan ka......."

Kemudian Daniel meraih paras Ga Eun menggunakan kedua tangannya. Entah rona bagaimana yang Daniel ekspresikan saat ini, terlihat tergemap? terlihat seperti seseorang yang bersalah? atau bahkan tidak keduanya? Ga Eun benar-benar tidak tahu, bahkan dia sangat tidak ingin menatap Daniel saat itu juga, hasratnya ingin berlari meninggalkan Daniel namun tubuhnya begitu tidak menyanggupi.

Matanya masih terpejam bersamaan dengan tangisannya yang kian garau, hatinya sedemikian lara.

Ga Eun menepisnya berkali-kali atas sentuhan Daniel kepadanya, akhirnya dengan sedikit paksaan kini Daniel memaut tubuh Ga Eun untuk melihat tepat ke arahnya, mengepal kedua lengan Ga Eun sangat erat membuat raga Ga Eun kini berhasil mengadap Daniel.

"Jawab pertanyaan aku Daniel, itu bukan ka......."

"Tidak Ga Eun, itu memang aku. Itu aku"

Ga Eun berusaha membuka matanya perlahan, mengangkat wajahnya yang penuh kepiluan. Didapatinya Daniel yang kini tak kalah bersimbah air pada rupanya, sedangkan tangan Daniel masih menyentuh paras Ga Eun.

Ga Eun menengkari tangan Daniel yang mencengkaunya, rasanya sudah tidak sudi.

"Bagaimana bisa?"

"Ga Eun, aku.........."

"Apa pertanyaanmu tentang perselingkuhan tadi benar-benar serius? Bagaimana kau dapat melakukan hal itu Daniel? Apa aku pernah mengkhiantimu? Apa seorang aku begitu kurang untuk kau miliki? Sudah sejauh apa kau bermain dibelakangku?" pertanyaan yang Ga Eun berikan begitu bertubi-tubi. Ga Eun beserta jerih payahnya untuk mengeluarkan segala amarah dengan suara yang kian merebak sumbang. Di dalam benaknya kini hanya meratapi kemalangannya sore itu bahkan mungkin akan larut hingga besok, lusa atau seterusnya?

Bukan menjawab apa yang ditanyakan Ga Eun kepadanya, justru Daniel mencoba untuk meraih tangan Ga Eun berkali-kali namun seperti sedianya, Ga Eun menangkalnya.

Tak kuasa berada di suasana seperti itu, Ga Eun memutuskan untuk meninggalkan Daniel sendiri.

Berusaha lari secepat mungkin, yang jelas ia ingin sekali lenyap dari penglihatan Daniel, sekalipun Daniel tidak melihatnya ia akan tetap terus berlari.

Namun begitu sulit untuk melangkahkan kakinya, pasir di pantai itu seolah-olah menahannya. Ga Eun justru terjatuh, sungguh rasanya semakin perih.

Seperti inikah seseorang dalam keadaan tidak berdayaan? Seperti inikah sembiluan seseorang akibat menaruh perasaan yang mendalam? Harus seperti itukah cara takdir memberinya kedukaan?

******

Seminggu telah berlalu, sejak kejadian pada hari itu Ga Eun memutuskan untuk kembali ke Jepang, keputusannya begitu matang.

Di hari kedua setelah peristiwa antara Daniel dan Ga Eun, Ga Eun cukuplah bijak untuk memaafkan apa yang dilakukan Daniel terhadapnya dan memilih untuk mengakhiri hubungannya. Disamping itu Daniel belum sempat menjelaskan apa yang sudah terjadi pada dirinya sehingga foto tersebut sudah teranjur Ga Eun dapati. Setiap ingin menjelaskan apa yang tengah terjadi namun Ga Eun selalu menepis hal itu karena dirinya sudah tidak membutuhkannya lagi, baginya tidak ada yang perlu untuk dijelaskan lebih jauh meskipun jika Daniel memiliki bukti yang membenarkannya, Ga Eun tetaplah pada keputusannya.

Jadwal penerbangan Ga Eun akan flight pukul 7 malam, namun Ga Eun mempersiapkan dirinya setengah jam lebih cepat. Tidak masalah baginya menunggu seperti itu.

Kini Ga Eun mencari list song aplikasi musik pada ponselnya, melacak lagu yang akan dipilihnya lalu didengarnya kemudian ia memilih lagu BOL4 - Dream salah satu soundtrack dari salah satu drama korea favoritenya.

Belum sampai durasi akhir pada lagu yang sedang dinikmatinya, ponsel Ga Eun berubah menjadi sebuah nada dering bersamaan dengan vibranya. Didapati sebuah panggilan dan nama Umji kini terpasang dilayarnya, Umji yang sudah diketahui tidak dapat mengantarnya ke bandara karena sesuatu hal apa mungkin menguhubungi Ga Eun karena dirinya berubah pikiran untuk menyusulnya sebelum Ga Eun benar-benar pergi meninggalkan Seoul.

"Hallo Umji"

"Ga Eun, ka.. kau be... belum berangkat kan?"

"Iya, pesawatnya akan take off pukul 7. Ada apa? Apa kau ingin menyusulku? Oh iya, kenapa suaramu terdengar begitu gugup?"

"Ga Eun, a... aku me.. memang sedang gugup. Bahkan aku sebenarnya tidak kuasa menghubungimu" jawab Umji sekarang lebih terdengar berusaha tidak terpatah-patah akan apa yang diucapkannya. Alhasil, membuat Ga Eun agak panik dan penasaran apa dibalik maksud dari sahabatnya itu.

"Apa maksudmu? Ada apa Umji?"

"Ga Eun......."

"Ada apa? Katakan"

"Daniel......"

"Daniel? Apa yang kau ucapkan? Daniel?"

"Daniel kecelakaan Ga Eun dan dia meninggal ditempat kejadian"

Dengan tidak sadar mulut Ga Eun setengah terbuka sedangkan matanya terbeliak, kini hanya berupaya menetapkan suara Umji yang masih begitu terngiang pada indra pendengarannya. Pandangan Ga Eun tatkala berubah, semakin begitu gelap dan kian menghilang.

******

"Daniel!!!!!!!!"

Seseorang dengan tiba-tibanya berteriak dari atas apa yang sebelumnya sudah di baringinya. Dengan kepala yang dibaluti sebuah perban, tangannya bertaut dengan selang infus dan baju kimono bed rest room, terlihat perempuan tersebut adalah seorang pasien dari salah satu rumah sakit.

Beberapa orang yang nampak awalnya diluar ruangan, terperangah atas teriakannya yang bersumber dari didalam ruangan. Kemudian secara bersamaan mereka masuk ke dalam.

Terlihat orang-orang yang disekelilinginya kini memasang wajah terkesiap tak percaya seraya berseri.

"Ga Eun! Kau sudah sadar?"

"Kak Ga Eun! Akhirnya kau sadar"

"Ga Eun, syukurlah kami tak henti selalu mendoakanmu selama ini. Doa kami terjawab hari ini"

"Benar kak, kami sangat senang sekarang kau sudah bangun"

Ga Eun yang masih gamam, sangat tidak mengerti apa yang telah didapatinya dari orang-orang yang kini berada di hadapannya, tepat mengelilinginya.

Sadar? Bangun? Mendoakan selama ini? Apa maksudnya?

"Apa? Maksud kalian? Aku tidak mengerti" tanya Ga Eun meminta sebuah penjelasan atas apa yang tidak dipahaminya.

"Ga Eun, kau sudah terbaring di rumah sakit cukup lama. Kau terserang depersonalization"

"Bahkan awalnya kau dikira dalam keadaan sleep paralysis"

"Apa? Dapersonalization dan sleep paralysis katamu?"

"Iya kak, kau tertidur tanpa sedikitpun terbangun"

"Berapa lama aku tertidur?" tanya Ga Eun lagi.

"Enam bulan kak"

"E....... enam bulan?"

"Hei, sudah-sudah jangan membuat Ga Eun shock, sekarang kalian semua tunggu diluar. Aku akan memanggil dokter. Ga Eun harus istirahat, dia harus melewati masa pemulihannya" kata seorang angkat bicara. Ya, seseorang itu adalah Umji.

"Kak Ga Eun sudah istirahat cukup lama. Bahkan lebih dari cukup, masa kau akan menyuruhnya tidur kembali" balas seorang laki-laki yang usianya 18 tahun, parasnya begitu tampan yang diketahui itu adalah sepupunya Umji, bernama Jay.

"Aku bukan menyuruhnya untuk tidur, hanya saja agar dia berbaring. Jangan biarkan dia terlalu banyak gerak khawatir mempengaruhi syarafnya" jelas Umji menahan tangannya yang hampir saja mendarat di pipi Jay sebab kegeraman atas perkataan Jay sebelumnya.

"Baiklah Kak, ayo kita keluar. Jangan berbuat kekacauan" ajak seseorang lain diantara mereka, itu adalah Heeseung.

Mereka yang berada didalam ruangan kini keluar secara perlahan dan bergantian, kecuali Umji yang masih berada disisi Ga Eun membenarkan letak selimut Ga Eun yang tidak pada posisi yang benar mungkin akibat bangkitnya Ga Eun begitu mendadak beberapa menit yang lalu.

Sebelum Umji melangkahkan kaki untuk meninggalkan Ga Eun, Ga Eun dengan cepat menahan tangan Umji terlebih dahulu.

"Umji"

"Apa apa Ga Eun? Ada yang sakit?"

"Tidak, aku hanya merasakan hal yang begitu aneh"

"Maksudmu?"

"Aku merasakan keadaan yang begitu nyata. Sangat tampak dan jelas".

*****

"Apa kak? Depersonalization disorder? Sepertinya aku pernah mendengar gangguan itu"

"Iya, perasaan depersonalisasi itu dapat sangat mengganggu dan mungkin merasa seperti kehilangan pegangan pada realitas atau hidup dalam mimpi. Hal ini akan membuatnya sulit membedakan yang mana kenyataan dan mana yang sekadar mimpi" jelas Umji kepada beberapa laki-laki yang ada disekitarnya.

"Kak apa ada penyebab seseorang terserang depersonalisasi?" tanya seseorang diantara mereka.

"Oh iya, Kei Oppa memberitahuku bahwa Ga Eun tiba-tiba terjatuh beserta ponselnya. Apa mungkin disebabkan Ga Eun mendapatkan sebuah pesan atau sesuatu yang lain?"

Belum lama mereka larut dalam spekulasi masing-masing karena pertanyaan Umji, justru mereka lebih dulu dikacaukan setelah mendengar teriakan seseorang yang memekik di dalam ruangan.

"Itu suara kak Ga Eun!"

    people are reading<My Love Made in the 90's>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click