《My Love Made in the 90's》VI

Advertisement

"Bagaimana Ga Eun? Kau mau kan?"

"Sejujurnya aku berat hati appa, tidak mudah untukku terang-terangan menerima apa yang kau minta. Tapi yang membuat aku tergerak, semua ini karena dasar usaha keluarga kita."

"Ya memang, appa tahu ini pasti sulit untukmu. Appa juga sudah mempertimbangkannya sebelum pada akhirnya memutuskan hal ini untukmu. Terimakasih Ga Eun kau sudah memenuhi permintaan Appa meskipun berat, tapi appa harap dengan seiring berjalannya waktu kau terbiasa dan menikmatinya"

Itulah perbincangan terakhir antara Ga Eun dan ayahnya, Tuan Hyun Ki. Ayah Ga Eun memintanya untuk ikut bersamanya dan juga ibunya, Nyonya A-Yeong.

Permintaan Tuan Hyun Ki padanya yakni mengajak dirinya tinggal di Yokohama, Jepang, selama ini mereka memang hidup terpisah. Sejauh itu, Ga Eun, K dan Taki hanya tinggal bersama sang kakek di Seoul.

Ayah Ga Eun memiliki instansi di wilayah sekitar Yokohama yang tidak dapat ia tinggalkan, sedangkan ibunya telah diangkat menjadi head chef disalah satu restaurant ternama di kawasan yang sama. Nyonya A-yeong kini memutuskan untuk meninggalkan kedai milik keluarganya sendiri karena pemilik restaurant dimana dirinya bekerja sekarang sebelumnya memohon kepadanya untuk memegang penuh atas semua hal yang terjadi di dapur tersebut, sampai-sampai manager restaurant yang diketahui adalah teman lamanya sendiri menawarkan dan berani membayar 3 kali lipatnya dari pendapatan sebelumnya. Nyonya A-yeong pernah bekerja disana kurang lebih 4 tahun, ketika itu memutuskan untuk keluar dari restaurant dan kembali ke Seoul karena ketika itu sedang mengandung Taki.

Selain masakannya yang selalu dicintai sejumlah customer direstaurant tersebut, ternyata Nyonya A-yeong memiliki peran yang cukup besar dan sering kali mempengaruhi kepuasan konsumen dari segi makanan dan etika yang dimilikinya, maka dari itu dia begitu amat dipercayai.

Bersamaan dengan itu Ga Eun diminta untuk mendominasikan usaha kedai keluarganya untuk menggantikan Ibunya.

Ya seperti yang di kenal, Ga Eun sangat juara karena masakananya. Hasil dari masakan yang dibuatnya begitu menyerupai sang ibu, sehingga dirinya dihendaki untuk menggantikan posisi Nyonya A-yeong kedai milik mereka.

Meskipun kedai yang dipunyai mereka sederhana dan tidak terlalu besar, namun tetap saja membuat Ga Eun begitu resah.

Advertisement

Merasa tidak percaya diri, dirinya khawatir apabila tidak dapat melakukan yang terbaik oleh apa yang sudah diperintahkan kepadanya.

Terlebih lagi cara belajar Ga Eun akan berbeda, kurikulum yang segera di dapat Ga Eun yaitu secara home schooling selama berada ditempat yang baru.

Benar-benar terasa bertentangan menurutnya, mulai dari suasana, lingkungan, pertemanan... pertemanan? Tak ayal dirinya lantas menuju Umji.

Bagaimana reaksi Umji jika ia mengetahui hal ini?

*****

"Ga Eun, aku tidak ingin kau pergi, hiks. Kau satu-satunya temanku, tidak ada yang lain. Kau tau itu bukan? Hiks. Rasanya aku ingin berhenti sekolah saja jika kau tidak ada disini huhuhu"

"Umji, jangan berkata yang tidak-tidak, berhentilah menangis. Jangan menangis seperti ini. Lihat orang-orang sekitar, mereka melihat kita" pinta Ga Eun pada Umji sambil menapuk bahu Umji pelan upaya menenangkan sahabatnya. Ga Eun berhasil membuat Umji begitu tersedu setelah dirinya menceritakan tentang kepindahannya minggu depan.

"Kau jahat sekali! Sudah meninggalkanku, sekarang kau melarangku menangis! Kau pikir aku akan kuat setelah mendengar itu semua? Huhuhu" lanjut Umji beserta tangisannya.

"Umji, aku juga begitu berat meninggalkanmu. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan keluargaku"

"Kenapa harus kau? Kenapa ayahmu tidak mempekerjakan orang lain saja? Bisa saja mencari chef yang dapat membuat masakan seenak ibumu atau kedaimu pindah kesini. Begitu banyak solusi Ga Eun yang bisa dilakukan tanpa kau yang harus kesana"

"Benar, solusi memang ada seperti apa yang kau sebutkan tadi. Hanyalah tidak tepat untuk hal itu."

"Bahkan kau mengatakan tidak tepat? Kau ini sebenarnya memang sengaja ingin jauh dariku ya?"

"Jangan mengeluarkan omongan-omongan yang tidak berarti Umji."

Kini Umji perlahan menghentikan tangisannya, selain merasakan malu setelah tersadar dirinya sudah spontan menangis yang beberapa kali dilihat bahkan mungkin menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang ditaman pada sore itu.

Terlihat Umji mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya, kemudian dicarinya sebuah nomor yang ada di kontaknya. Lalu didapati nomor ditujunya, lalu menekan icon calling

Tut Tut Tut

Suara telfon terhubung namun belumlah terangkat dari pemilik yang dihubunginya.

Advertisement

"Umji, kau menelfon siapa?"

"Sssst! Diam! Aku sedang menghubungi ibumu"

"Huh? Ibuku? Kau mau bicara apa padanya?"

"Dengarkan saja nanti"

Dan akhirnya terangkat pada sambungan detik ke sembilan.

"Hallo Umji, ada apa?"

"Ajumeoni, apa kau sedang sibuk?"

"Tidak begitu, aku sedang diluar jam pengawasanku. Ada apa sayang?"

"Ajumeoni sangat tega kepadaku" kata Umji tanpa basa-basi, membuat Ga Eun terkejut sekaligus menahan tawa karena tingkah sahabatnya.

Sedangkan Nyonya A-yeong juga demikian, menahan tawanya disebrang sana.

Ibu dari Ga Eun sudah sangat tidaklah heran atas sikap dari teman anaknya itu. Bahwasanya ibu Ga Eun sudah begitu dekat pada Umji, dirinya menganggap Umji sebagai anaknya. Begitu menyayanginya jua.

"Apa Ga Eun sudah menceritakannya padamu?" tebak Nyonya A-yeong.

"Iya dan aku baru saja selesai menangis." jawab Umji seraya melirik Ga Eun yang kedapatan menutup wajahnya karena tidak kuasa menahan tawa melihat ekspresi temannya itu.

"Umji, coba beri pengertian kepada Ga Eun untuk kondisi saat ini. Kau ini adalah sahabatnya, bukankah sahabat seharusnya mendukung apa yang sudah menjadi pilihan sahabatnya sendiri?"

"Baiklah, aku akan mendukungnya sekaligus merelakannya dia tidak ada di sisiku. Tapi aku meminta satu hal kepadamu sebelum Ga Eun benar-benar pergi"

"Satu hal? Apa itu? Jika tidak sulit, aku dapat penuhi"

"Ga Eun harus bersamaku dan menginap dikostanku selama seminggu ya?"

"Hmm, itu memang sesuatu yang kalian lakukan biasanya bukan? Tidak masalah untukku"

"Terimakasih Ajumeoni, aku mencintaimu. Maaf telah menganggumu"

"Aku juga mencintaimu"

Pip.

"Sampai saat ini, sangat mudah untukmu menyampaikan rasa sayangmu kepada ibuku"

"Hahaha bahkan aku merasakan ibumu itu jauh lebih menjadi seorang ibuku daripada ibu kandungku sendiri"

"Dasar kau ini"

"Aku akan mengambil dan menghabiskan sisa waktumu bersamaku Ga Eun. Ibumu mengizinkan. Yeah!" jelas Umji begitu bersemangat karena dirinya telah mendapatkan izin dari Nyonya A-yeong.

"Ya bawalah aku kemana yang kau mau Umji" balas Ga Eun pasrah namun sangat senang melihat temannya tampak bahagia.

*****

Setelah kejujuran Daniel kepadanya, Seon tidak angkat bicara lebih pada malam itu.

Dirinya hanya mengingat-ingat apa yang telah ia dapati atas segala curahan adiknya.

Rasanya ingin sekali dirinya menyampaikan sesuatu hal pada Daniel, hanya saja dirinya sungguh-sungguh ragu untuk mengungkapkannya. Karena disisi lain ia menimbang atas dampaknya nanti, terlebih untuk reaksi Daniel jika mengetahui hal itu.

"Seon hyung" panggil seseorang dari kejauhan. Lalu Seon mencari seseorang yang menyeru darimana suara itu berasal, terlihat jelas sosok tersebut adalah Daniel yang berjalan menghampirinya "Rupanya kau disini"

"Kau sehabis dari kantin?"

"Tidak, aku belum ke kantin. Justru aku mencarimu terlebih dahulu untuk mengajakmu ke kantin bersama"

"Aku sedang tidak ingin makan. Kau saja"

"Kenapa? Makanlah Hyung, jangan kau biarkan perutmu tidak terisi apa-apa"

"Tidak apa-apa, aku sudah cukup minum sekotak susu pisang"

"Itu tidak mengenyangkan"

"Kau bawel sekali, sudah pergi saja sana. Jangan membuang waktu istirahatmu untuk membujuk ku" perintah Seon sambil mendorong pelan tubuh Daniel yang duduk disampingnya.

"Huh, padahal aku meminta tolong untuk menemaniku saja. Karena aku sangat gugup jika sendiri, ini baru pertama kalinya dalam hidupku"

"Gugup kenapa?"

"Aku mengajak Kak Ga Eun istirahat bersama dan dia tidak menolaknya"

"Apa? Dia tidak menolak?"

"Iya. Kenapa Hyung? Kelihatannya kau kaget sekali"

"Ah, gwaenchanhayo. Ya sudah kau temui dia cepat, sebelum dia menunggumu terlalu lama dan berubah pikiran"

"Baiklah, susul aku ya jika kau mendadak lapar"

Seon mengangguk mantap. Setelah kepergiaan Daniel dari sudut pandangannya, Seon kembali lagi bersama benaknya.

Apa yang ada di dalam bayangan Seon? Mengapa dirinya begitu bimbang ketika mengetahui kedekatan antara Daniel dan Ga Eun?

Gimanaaaaaaaaa Engene?

Kesan pertama kalian setelah melihat Debut-Trailer 1? 🤧🔥

Dipastikan kalian tidak ada riwayat phobia,

semacam phasmophobia wkwk menurutku ini kayak genre horor dan misteri.

Emang ga dipungkir sih BigHit selalu ngasih kemisterian lewat teorinya yang buat IQ kita rasanya berjalan detik itu juga. Kalau kata author kita yang lain BigHit itu selalu punya makna yang diluar dugaan tapi masuk di akal ☺️

Nyata kan, baru trailernya lho tapi udah sekeren itu kerasa kayak di film-film. So fabulous !!!!!!! 🔥🔥🔥

    people are reading<My Love Made in the 90's>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click