《My Love Made in the 90's》I
Advertisement
8 tahun yang lalu...
Kring kring kring
Deru bel di satu sekolah berbunyi. Siswa-siswi satu persatu berkeluaran dengan aman memencar dari asal sudut kelas mereka masing-masing. Begitu nyata, tanpa disadari mereka menampakan wajah yang berseri-seri luar biasa. Di lain itu, dapat diyakini bahwa 80 persen dari mereka belum dapat memutuskan santapan apa untuk jam makan siang hari ini?
Seolah baru saja keluar dari tersesat dalam jenggala. Selain bel jam pulang, bel istirahat adalah bahana seruan favorit ke dua bagi para murid disalah satu sekolah menengah keatas paling bergengsi di Seoul, bukan hanya mereka saja mungkin beberapa siswa-siswi disekolah lain juga serupa, termasuk Youngbin dan para csnya.
Ga Eun baru saja bergegas meninggalkan kelas, dia memang sudah terbiasa memperlambat dirinya untuk jam makan siang. Dia lebih memilih menghabiskan beberapa menit untuk membaca novel di kelas terlebih dahulu.
Namanya Bae Ga Eun, gadis yang memiliki potret yang cantik sesuai dengan arti sebuah namanya. Bae Ga Eun dikenal sebagai sekretaris di kenal 1-1 dengan keramahannya, yang memiliki ketrampilan diberbagai bidang salah satunya adalah bermusik. Dia begitu dikagumi karena kemahirannya dalam bermain piano dan biola. Tidak diragukan jikalau dirinya selalu tampil dan di rekomendasikan untuk turut menghidupkan acara-acara disekolahnya. Bae Ga Eun juga pernah menjabat sebagai wakil ketua OSIS di sekolahnya. Menjadi osis favorite saat pemilihan pada akhir tahun adalah salah satu penghargaan yang ia peroleh.
Tidak sedikit segelintir junior yang jatuh cinta oleh kemampuan dan pesonanya. Hampir junior-junior perempuan disekolahnya mengganggap diri sebagai adiknya, bahkan sebagai kembarannya. Membuat para lelaki disana justru tergelak, ibarat bara api yang akan membengkar apabila mengenai larutan air, mustahil. Lagipula sebagaimana diketahui, Bae Ga Eun hanya memiliki kakak dan adik seorang laki-laki saja, bukanlah perempuan.
Namun perihal yang mungkin berlawanan dari memukaunya Ba Ga Eun, hampir seluruh lelaki di sekolahnya pernah menjalani beberapa kencan dengannya, bahkan adik kelasnya sekalipun juga pernah ia terima. Tetapi bukan Bae Ga Eun namanya jika ia tidak memilih dahulu dengan siapa ia akan berkencan, ia hanya ingin berkencan dengan lelaki yang populer. Dan benar saja, memang rata-rata yang menjalin hubungan olehnya adalah lelaki populer yang memiliki paras yang tampan, diantaranya bernama Daniel.
Sekolah dimana Ga Eun menjadi seorang pelajar adalah sebuah gedung gabungan antara sekolah menengah pertama dan akhir, tidak heran jika sekolah ini begitu terlihat mewah dan luas akan lapangnya.
Ketika Daniel masuk disekolah menengah pertama, Ga Eun baru saja lulus, saat itu dia memasuki kelas 1 sekolah menengah keatas. Awal pertama Ga Eun bertemu dengan Daniel ketika dilapangan sekolah. Pada saat itu jam olahraga dikelas Ga Eun sedang berjalan, namun siswa-siswi bebas melakukan macam olahraga yang mereka inginkan. Ga Eun memilih untuk bermain basket.
*****
"Ayo! Ga Eun pasti kamu bisaaaaaa!"
teriak seorang anak perempuan dari sudut lapangan.
"Lihat saja Umji, aku akan memasukan bola ini tepat pada sasarannya" balas Ga Eun optimis.
Sambil memusatkan ke dua matanya ke arah ring, sedangkan bola berada disaku tembaknya. Jarak letak antara ring dan Ga Eun tidak begitu berjauhan, maka dari itu Ga Eun sangat percaya diri dapat memasukan bolanya.
Ga Eun berdiri tegak kemudian menekuk lututnya, menyeimbangkan kedua kakinya. Menekuk lutut lebih dalam untuk mengumpulkan lebih banyak tenaga. Posisi tangannya menembak sehingga jari-jari sejajar dengan jahitan pada bola.
Advertisement
Merasa posisinya sudah tepat, Ga Eun melakukan jump shoot, alih-alih dari dugaan awalnya yang demikian optimis malah melesat dan bola itu justru melambung kesudut yang berlainan. Bola mata Ga Eun dan temannya Umji mengikuti arah dimana sebenarnya kemana bola itu melayang, tidak disangka sebelumnya bola basket dengan berat 650 gram itu justru mengenai kepala seseorang yang lewat ditepi lapangan.
"Ga Ga Eun, lihat anak itu"
"Astaga!!! Ayo temani aku menemuinya"
Ga Eun dan Umji berlari menghampiri seseorang yang telah mengenai pantulan bola yang dilempar Ga Eun. Terlihat anak itu meringis kesakitan.
"Ah, maafkan aku. Kau tidak apa-apa?"
"Ga Eun, bagaimana kau menanyakan hal itu? Lihat dia sedang meringis seperti ini. Aku rasa kau terlalu kuat melempar bola itu" sambung Umji, sambil ragu ingin menyentuh lengan anak itu yang kini memegang kepalanya.
"Hei, aku antar kau ke UKS ya? Ikuti aku ya?" ajak Ga Eun terdengar begitu sangat bersalah apa yang telah terjadi.
"Tidak perlu, aku hanya sedikit pening tadi. Nanti juga akan baik-baik saja" tolak anak yang sedang berada dihadapan keduanya, yang masih mengusap kepalanya sesekali mendesis.
"Tidak apa-apa, pasti kepalamu akan mengularkan lendungan. Temanku ini akan bertanggung jawab, untung saja kau tidak mengularkan darah"
"Umji! Apa yang kau bicarakan? Kau membuatku semakin getir saja, jika memang mengularkan benjolan saja membuatku sangat bersalah apalagi darah. Dasar gila" ketus Ga Eun kepada sahabatnya itu.
"Hmm maafkan aku. Ya sudah, ayo segera ke UKS tolong jangan menolaknya. Jangan takut, kami orang baik-baik. Kami bukan sekelompok mafia atau semacamnya"
"Umji, simpan omong kosongmu! Lebih baik kau diam atau pergi dari sini"
Dengan cepat, umji menutup rapat bibirnya kedalam sebenarnya ia sengaja membuat Ga Eun jengkel, karena menurutnya sangat lucu baginya melihat Ga Eun marah-marah. Kemudian, Umji menutup mulutnya dengan satu telapaknya guna menutup tawanya yang hampir lepas. Umji memang anak manis yang sangat usil, apalagi bila sudah berhubungan dengan sahabatnya Ga Eun. Terkadang ia bercanda tidak tahu pada letaknya.
"Ada apa ini?" seseorang tiba-tiba muncul dibelakang tubuh Ga Eun, hampir membuat Ga Eun melonjak karena terkejut.
"Hei! Kau mengagetkanku. Dasar leher unta!" spontan Ga Eun menepuk bahu seorang lelaki yang berhasil mengejutkannya.
"Aw, Ga Eun apa yang kau makan ketika sarapan? Tenagamu seperti lelaki 30 tahun?" balas seseorang yang kini menyeringai.
"Simpan pertanyaan anehmu itu! Aku sedang mengajak anak ini untuk ke UKS, aku melempar bola kemudian tak sengaja mengenai kepalanya" jelas singkat Ga Eun.
Lelaki itu kemudian menatap seseorang yang belum dilihatnya, karena sedari tadi anak itu menutupi wajahnya dengan tangannya yang masih berada di kepala seraya mengusap.
"Daniel?"
Kemudian anak itu mengangkat kepalanya lirih dan melepaskan perlahan kedua tangannya dari kepala.
"Heeseung Hyung?"
"Kenapa kau bisa disini?"
"Aku habis dari kelas Seon Hyung. Dia membutuhkan flashdisk, jadi aku mengantarkannya ke kelas"
"Mwo? Apa ini? Kau mengenalinya?" tanya Umji sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Heeseung kemudian Daniel terus begitu dan sebaliknya.
"Tentu saja, Daniel ini adik laki-laki Seon Hyung"
"Seon katamu? Seon ketua kelas 3-5?" kali ini Ga Eun yang bersoal, ekspresi wajahnya seolah tak percaya.
Advertisement
"Iya benar. Memangnya Seon siapa lagi? Di sekolah ini tidak ada yang bernama Seon selain dia" jawab Heeseung lepas.
"Ah, tunggu sebentar. Kau mengenai kepalanya dengan bola apa?" lanjut Heeseung.
"Bola basket"
"Apa? Bola basket katamu?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Daniel, bukankah kepalamu beberapa minggu yang lalu habis saja dijahit? Apa mengenainya?" Heeseung mencoba melihat kondisi kepala Daniel secara perlahan. Sedangkan, Ga Eun dan Umji kini hanya dapat membelalakan matanya secara bersamaan, tergemap atas apa yang ditanyakan langsung Heeseung kepada anak laki-laki yang diketahui bernama Daniel.
"Umji............." Ga Eun menyeru seraya menarik hati-hati lengan Umji, Umji melangkah mengarah dimana Ga Eun berdiri. Umji merasakan getaran pada tangan Ga Eun ketika menariknya. Dilihatnya lagi, Ga Eun mengeluarkan keringat dan bibirnya tiba-tiba memucat.
"Siapkan dirimu, Ga Eun". bisik Umji disebelah salah satu indra pendengar temannya itu.
"Umji, rasanya aku ingin menamatkan riwayatku saja"
*****
"Hahahahahahahahahahahaha" terdengar suara seseorang yang begitu terbahak-bahak yang belum diketahui apa penyebabnya.
"Sial, kenapa kau tertawa?"
"Bagaimana tidak? Itu sangat lucu untuk ku, bahkan Umji saja menahan tawanya sedari tadi. Aku benar kan Umji? Hahahahahahahahahaha"
"Berhenti tertawa seperti itu leher unta!"
Ga Eun mencubit kecil lengan Heeseung karena sangat geram melihat reaksi Heeseung justru nampak senang setelah mendengar ceritanya. Namun cubitannya tidaklah sakit, rasa kegelian cerita Ga Eun sangatlah lebih terasa dibandingkan cubitannya itu.
"Ga Eun, apa ketika itu kau tidak sempat mengambil gambar celana dalam pendek yang dikenakan Seon? Padahal bagus sekali jika kau menyimpannya, aku jadi bisa memintanya darimu dan memiliki aib buruknya kemudian menjadi ancaman jika sesekali ia bersikap buruk padaku. Hahahaha" kata Heeseung panjang lebar ditengah tawanya.
"Kau pikir aku mesum? Huh? Dengan tak sengaja menarik celana yang dipakainya saja aku serasa ingin pingsan. Semua salah pramuniaga di minimarket itu! Bila saja ia tidak membersihkan lantai dengan licin, kakiku pasti tidak akan tergelincir dan pasti hal itu tidak pernah terjadi. Dasar sumber masalah! Menyebalkan, arrrrrrrh!" jelas Ga Eun mengacak-acak rambutnya, mengingatkan kembali hal pahit serta memalukan yang pernah ia alami terhadap Seon beberapa bulan yang lalu.
"Sudah Ga Eun, cukup. Kau tidak perlu cerita kepadaku lebih jauh. Perutku sangat sakit sekali mendengarnya jika kau melanjutkan kejadian itu"
"Siapa yang ingin cerita lagi? Begitu saja kau sudah tertawa sebahagia itu diatas kemaluanku" Ga Eun kembali mendaratkan tangannya ke lengan Heeseung untuk kembali mencubitnya.
"Yang menjadi beruntung untuknya, diminimarket itu hanya kau dan dirinya saja tidak ada siapa-siapa kan?" sambung Umji yang sedari tadi menahan tawanya.
Benar yang dikatakan Heeseung, ia ingin sekali tertawa saat ini juga. Padahal Umji sudah mendengar cerita ini jauh sebelumnya, dia adalah orang pertama yang diberitahu oleh Ga Eun. Reaksinya hampir sama, hanya saja Ga Eun tidak berani tertawa selama Ga Eun bercerita, ia baru tertawa ketika Ga Eun meminta pendapat olehnya apa yang harus Ga Eun lakukan kepada Seon setelah kejadian itu. Ia tidak menduga, akan tetaplah lucu setelah ia mendengarnya kembali hari ini.
"Hei, tetap saja itu sangat memalukan. Terlebih lagi terekam cctv. Aku yakin Seon Oppa tidak akan pernah kembali untuk membeli apapun disana. Ah sialnya diriku! Kenapa harus berurusan dengan dia lagi arh!" ujar Ga Eun kembali mengacak-ngacak rambutnya, berupaya mengancurkan bayangannya.
"Sudahlah, Seon Hyung itu bukan seseorang yang seperti anak-anak lihat. Penampilannya saja memang yang menakutkan, sehingga menampakan dirinya angkuh. Sebenarnya jika dijadikan teman, dia sangatlah baik"
"Apa yang kau ucapkan? Justru penampilannya sangat menggambarkan dalam dirinya. Setelah kejadian itu, aku dikerjai habis-habisan olehnya selama 2 bulan." lagi-lagi Ga Eun menceritakan apa yang sempat terjadi.
Heeseung kembali bersama gelaknya, Umji pun juga serupa.
"Tertawalah sepuas kalian! Heeseung, ini prmu sudah ku kerjakan"
"Ah, syukurlah tugasku! Ini yang aku ingin tanyakan dari awal. Tapi tadi, kau malah menarikku lebih cepat untuk mendengar ceritamu" kini binaran nampak jelas dari mata Heeseung, seraya mengambil bukunya dari Ga Eun.
"Berarti aku sudah tidak ada hutang padamu. Tapi apa kau bersungguh?"
"Bersungguh untuk apa?"
"Kenapa kau membalikkan pertanyaanku? Apa kau belum menyampaikan pesanku? Untuk meminta Daniel tidak memberitahu pada Seon yang telah terjadi kemarin?"
"Untuk apa? Asal kau tahu, Daniel dan Seon itu tidaklah begitu dekat, karena mereka adalah saudara tiri. Aku ini sangat mengenali bagaimana Seon" jelas Heeseung santai sambil merapikan bukunya didalam tas.
"Saudara tiri katamu?"
"Seon itu adalah anak satu-satu dari keluarganya. Ayahnya seorang pengusaha dan beberapa kali keluar negri, setelah kembali Ayahnya membawa seorang perempuan dan seorang bayi dan itu adalah Daniel"
"Apa? Apa kau benar atas ucapanmu?" tampak Ga Eun tidak percaya atas apa yang sudah didengarnya. Berbeda dengan Umji.
"Tapi kemarin saja Daniel membawa flashdisk untung Seon Oppa, seperti itu cukup jelas tidak ada apa-apa diantara keduanya" titah Ga Eun serius.
"Heeseung, apa mungkin Daniel itu............." Umji tidak melanjutkan pembicaraannya, dia malah mengigit jari telunjuknya kali ini. Sambil melirik ke arah Heeseung dan Ga Eun secara bergantian. Ga Eun membuntangkan matanya ke sudut Umji.
"Lagi-lagi kau berfikir yang bukan-bukan. Kau akan mengundang prasangka yang buruk jika mengira seperti itu" sepertinya Ga Eun mengetahui apa yang ada didalam pikiran temannya itu.
"Memang apa yang kau kira Umji?" Heeseung bersoal.
"Aku menduga Daniel itu adalah anak diluar........."
"Hentikan ucapanmu Umji!" Ga Eun mendemik bagian belakang bahu milik Umji. Menurut Ga Eun, yang dilakukan temannya itu sudah hampir terlampau dari batasnya.
Tanpa Umji melanjutkan ujarannya tersebut, Heeseung sudah tahu apa yang akan Umji katakan.
Heeseung memperhatikan kedua teman perempuan yang berada dihaluannya secara bergantian. Ga Eun menjadi tidak nyaman pada Heeseung, sedangkan Umji terdiam.
Suasananya terasa berbeda dari sebelumnya, lengang dan menjanggal. Daripada berada disituasi ini lebih lama Heeseung menyegerakan dirinya meninggalkan Ga Eun dan Umji.
"Sepertinya aku meninggalkan buku catatanku dikelas, aku harus mengambilnya. Oh iya Ga Eun, terimakasih telah membantu tugasku" ucap Heeseung berlalu meninggalkan keduanya. Raut wajahnya begitu berbeda.
"Lain kali kau harus lebih mengontrol perkataanmu, terlebih lagi jangan menduga dan cepat mengambil asumsi sendiri" tutur Ga Eun mengingatkan Umji, Umji mengiyakan pelan.
Di lain sisi, Heeseung menghentikan langkahnya sejenak. Menilik kembali apa yang ingin dikatakan Umji lebih lanjut.
'Apa yang kau duga, memang tidak salah Umji'. lafal Heeseung didalam hatinya.
*****
Advertisement
The Promise of Yuuko Asahino: Volume 4
“Say Yuuko...would you like to be my boyfriend?”Those were the words said to him. Words that carried a weight far greater than they should have.He could say no, he should say no...but if he does, would she return to doing the things he's seen her do?Return to compensated dating.Even if he does, what can he, of all people, do?"Take me to a place without the world......somewhere far away."
8 170Tales of Regventus Book Six: Aurumist
Griffa knows time is growing short for the kingdom of Regventus. She must stop Philo Quick and reclaim the throne for the blood of Adalwen. With her friends help, she goes from village to village trying to stop the raging sickness in kingdom, all the while knowing she is only stopping the symptoms of a much larger disease. To save the kingdom, Griffa will need to gain the support of the magical folk of the kingdom. As she moves closer to retaking the throne of Aurumist, she realizes she might have to give up everything to see her kingdom and those she loves safe.
8 199Forged in Fear and Fury - An Apocalyptic LitRPG
In an attempt to prevent Earths ensuing demise, it is ripped from the void by an entity known as The Totality. It is then fused with a Lost Dungeon World to increase its inhabitants chances of survival in a new, system-enhanced universe. Cade Vale barely avoids death in the first second. Will he be able to overcome the rigors of this new world and survive? Will he be able to carve a new life out of the aether for himself and those whom he loves most? ...Will he be able to avoid becoming everything he hates in order to do so? Artwork by Kayla Basciano - Instagram: vulpix1323 Inspired primarily by the systems in The Legend of Randidly Ghosthound, The Genesis System, and The New World as well as by Savage Divinity, Azarinth Healer, and Shovels in Spades in general. I haven't been able to get these worlds out of my head and I've been waiting for something to fill the void left by the hiatus of Genesis, but so far nothing has scratched that itch as much as ProfoundMagician was able to with the world he created. I figure if I'm going to be thinking about this stuff as much as I do I might as well get better at writing while playing with a number of those ideas that I love. I have a number of specifics and events I want to show in the story, but a lot of the fun is coming up with ways to branch those together cohesively. This is an attempt to alleviate my depression by channeling my creativity into a hobby. Hopefully it's as enjoyable to read as it is to write.
8 180Soul Kiln Saga
Were there was two, hereunto lies but one. Two souls cast into the abyss of the void, forever lost. One stands anew. Shall it be the lesser for it, or rise to heights unforeseen. Here lies his story, one most enthralling. You may have heard of him, but what do you truly know. Come sit by the hearth, pour an ale, and let this bard weave his craft.
8 103If These Ears Could Talk
Stiles is hard of hearing, that doesn’t stop him from running with wolves.Doesn’t stop him from dating one either.
8 55Anime One Shots Book 1
Just another anime person x reader. There are female, male, neutral readers and no pronoun one shots! Got a little bit of everything in here so feel free to stop by~None of the anime characters belong to me, only the plot. None of the fan art and gifs belong to me, if you want me to take them down please tell me right a way.That being said, please do not take any of these one shots. I have written all of them. Please do not copy and paste, take and say it is yours or rewrite them. Thank you. Reached #1 ranking for #one-shotsStarted: March 26th, 2017Ended: March 26th, 2022
8 190