《LOVENEMIES [END]》Bonus Chapter 2 - Bae Sooji x Kim Myungsoo

Advertisement

Kim Myungsoo melamar Bae Sooji cukup cepat. Lamaran adalah sebuah persoalan besar dan sangat romantis. Banyak orang akan membicarakannya selama bertahun-tahun ke depan.

Tapi, pernikahan resmi mereka diadakan setelah Sooji menjadi terkenal dan sudah pensiun.

Setahun setelah menikah, mereka menghasilkan buah cinta mereka.

Saat hamil, Sooji berdiskusi dengan Myungsoo tentang masalah memiliki anak laki-laki atau perempuan. Saat berbicara tentang seorang anak perempuan, Myungsoo merencanakan rencananya secara ekstensif. Dari masih bayi hingga dewasa, dia merenungkan pakaian, makanan, kondisi hidup, transportasi, mainan dan buku yang dibutuhkan. Dia juga merenungkan bagaimana seorang anak perempuan harus dibesarkan, diajar dan dilindungi... jarang pria itu tampak begitu asyik.

Setelah dia selesai berbicara, Sooji memiringkan kepalanya ke satu sisi dan bertanya dengan rasa ingin tahu,"Bagaimana jika anak kita anak laki-laki?"

Myungsoo terkejut. "Aku belum benar-benar memikirkannya."

Sooji kehilangan senyumnya.

Untungnya, memang bayi putri yang menghiasi mereka dengan kehadirannya. Sooji menamai putri kecilnya "Jelly". Setelah mendengar itu, Myungsoo menyeka keringatnya diam-diam. Untungnya, istrinya tidak menamai putri mereka "Telur".

Sebagai seorang anak kecil, Jelly terkadang mengatakan hal-hal yang keterlaluan. Kesan terdalam yang dimiliki Myungsoo tentang itu adalah saat gadis kecil itu berusia dua tahun. Hari Lajang tahun itu, Sooji membeli banyak barang secara online. Pada hari-hari berikutnya, Myungsoo akan berada di rumah dan membantunya membuka tumpukan barang-barangnya. Terkadang, Jelly akan mengamati dari samping dan melontarkan pertanyaan sesekali, bertanya dengan rasa ingin tahu benda-benda apa yang dibeli ibunya.

Setiap kali, Myungsoo akan menjawab pertanyaan putrinya yang penasaran dengan kesabaran.

Kemudian, Jelly mengajukan pertanyaan lain. "Apa kita benar-benar bisa membeli sesuatu secara online?"

"Hm, apa pun yang kau inginkan." Myungsoo mengangguk.

Jelly memiringkan kepalanya ke satu sisi. "Apa pun yang aku inginkan. Kalau begitu... bisakah aku membeli ayah baru?"

Myungsoo berkeringat setelah mendengar pertanyaannya. Dia segera merenung dan mencoba mengingat apa dia telah melakukan kesalahan. Bukankah dia adalah ayah yang baik? Kenapa Jelly ingin mengganti ayahnya?!

Setelah merenung sejenak, Myungsoo masih tidak bisa memikirkan di mana kesalahannya. Dia menatap putrinya dengan penuh selidik dan bertanya,"Apa Jelly tidak menyukai ayah?"

"Jelly menyukai ayah."

"Lalu kenapa Jelly ingin membeli ayah baru? Apa ayah tidak cukup baik?"

"Hm, Jelly hanya ingin mencoba ayah yang berbeda."

"..." Apa ini bisa dicoba?

Advertisement

Jelly melanjutkan,"Pokoknya, barang bisa dikembalikan dalam waktu 7 hari tanpa alasan pengembalian."

Myungsoo meletakkan telapak tangannya di dahinya saat dia mendengar ocehan putrinya. "Dari siapa Jelly mempelajari ini?!"

Saat dia bertambah besar, Jelly menjadi semakin nakal. Myungsoo merasa akan lebih tepat jika dia memanggilnya "Nakal".

Kadang-kadang, saat Myungsoo tidak tahan dengan kegaduhannya, dia akan berkata,"Lihatlah anak-anak orang lain."

Jelly akan menjawab,"Lihatlah ayah orang lain."

Sooji berdiri di samping, bibirnya mengerut.

Yang membuat Myungsoo bingung adalah Jelly berani membalasnya tapi tidak dengan Sooji. Faktanya, Jelly sering berusaha menyenangkan Sooji dan bertindak sangat patuh di depannya. Mungkinkah anak ini tahu siapa pemimpin di atas rantai makanan mereka?

Huh, anak-anak zaman sekarang terlalu pragmatis.

Saat Jelly berusia sekitar empat, lima tahun, dia mulai suka berdandan. Dia tidak hanya suka mendandani dirinya sendiri tapi juga orang lain.

Suatu ketika, Myungsoo sedang membaca di ruang belajar. Jelly duduk di samping sambil memainkan tangan Myungsoo. Pria itu tidak terlalu memperhatikannya. Saat Myungsoo menyelesaikan setengah buku dan mengangkat matanya, dia melihat bahwa lima kuku di tangannya sudah diwarnai dengan lima warna berbeda—seperti bulu-bulu terang dari ekor ayam jantan.

Saat itu juga, Myungsoo memiliki keinginan untuk memotong tangannya.

Sooji melangkah ke ruang belajar membawa sepiring buah-buahan. Saat dia melihat cakar berwarna cerah Myungsoo, dia tertawa terbahak-bahak. "HAHAHAHA!"

Myungsoo memelototinya. Tidak bisakah kau memberikanku sedikit martabat?

Pada malam hari, Myungsoo ingin memberi pelajaran pada Sooji.

Sementara Sooji bersandar di kepala tempat tidur dan mengutak-atik ponselnya, Myungsoo menyelinap ke tempat tidur tanpa suara seperti pemburu yang diam-diam mendekati mangsanya.

Sooji tiba-tiba mengangkat kakinya dan menekan ujung jari kakinya ke bahu Myungsoo, membuat pria itu menghentikan langkahnya.

Myungsoo sedikit terkejut. Dia mengikuti arus dan meraih pergelangan kaki istrinya, jari-jari Myungsoo memijat kulit mulus Sooji dengan sapuan lesu. Mata Myungsoo memanas dan berkobar karena kenakalannya. "Apa ini?"

"Sayang." Sooji melakukan yang terbaik untuk menahan tawanya. "Maaf, tapi aku tidak bisa menghilangkan bayangan kuku merah muda, hijau dan merahmu dari kepalaku."

Myungsoo mundur, kepalanya menunduk karena kalah. Dia menggeram marah,"Jelly, mulai sekarang kita adalah musuh seumur hidup!"

Sooji ambruk ke bantalnya sambil tertawa.

Sooji tidak lagi merasa geli pada hari berikutnya.

Di pagi hari, keluarga kecil itu pergi ke Taman Everland dan bersenang-senang. Di malam hari, mereka membeli beberapa bahan dalam perjalanan pulang. Keterampilan memasak Myungsoo sudah meningkat pesat selama bertahun-tahun. Baik Sooji dan Jelly suka memakan makanan yang dimasaknya.

Advertisement

Saat mereka di rumah, Myungsoo mulai sibuk di dapur. Sooji mengambil dua umbi bawang putih dan mulai mengupasnya sambil menonton televisi di ruang tamu. Jelly berdiri di sofa dan terhuyung-huyung di sekelilingnya, mengambil beberapa ikat rambut dan mengutak-atik rambut Sooji. Perhatian Sooji ada pada jalan cerita drama yang ditayangkan di televisi, membuatnya tidak terlalu memperhatikan putrinya.

Setelah beberapa saat, Myungsoo berteriak dari dapur,"Sayang, kita kehabisan saus tiram. Pergi beli yang baru."

"Tentu." Sooji mengambil ponsel dan kuncinya dan meninggalkan rumah.

Saat dia keluar, semua orang yang berpapasan dengannya tertawa tidak peduli siapa mereka. Sooji merasa sangat aneh. Meskipun dia sering dikenali saat dia keluar, reaksi orang jarang begitu antusias seperti sekarang. Apa ada acara khusus hari ini?

Dia membeli saus tiram dan langsung pulang. Saat dia melangkah ke dapur, dia segera memberi tahu Myungsoo,"Sayang, apa hari ini Hari Persahabatan Internasional atau apa? Semua orang yang kutemui tersenyum riang."

Myungsoo sedang menggoreng. Dia berbalik dan meliriknya saat dia mendengar istrinya berbicara. Sontak saja, Myungsoo tampak seperti melihat hantu. "Kau."

Sooji bingung. "Apa yang kulakukan?"

Myungsoo menatap wajan, benar-benar geli. "Lihatlah ke cermin dan kau akan tahu kenapa orang yang berpapasan denganmu tersenyum."

Sooji mulai merasakan perasaan yang tidak menyenangkan. Dia meletakkan saus tiram dan berlari ke cermin. Dia terkejut dengan satu pandangan. Siapa orang di cermin yang memiliki kepangan kecil di bagian atas dan kedua sisi kepalanya? Dia kini terlihat seperti memiliki tiga antena di kepalanya.

Orang gila yang digambarkan dalam drama bahkan tidak sejelek ini!

Siapa yang melakukannya? Siapa lagi yang bisa melakukannya!

Melihat ke cermin, Sooji berteriak dengan marah,"Jelly, mulai sekarang kita adalah musuh seumur hidup!" Setelah berkata demikian, dia bergegas keluar, siap untuk berurusan dengan Jelly.

Myungsoo mendengar keributan itu dan bergegas mendekat. Dia menjebak Sooji dalam pelukannya dan menatap Jelly.

Jelly segera kembali ke kamarnya.

Myungsoo menepuk punggung Sooji dengan lembut untuk menenangkannya. Dia menenangkan,"Sebenarnya kau cukup lucu."

"Kim Myungsoo, apa kau tidak malu berkata seperti itu?"

Myungsoo menyembunyikan senyumnya dan menepuk kepalanya. Dia berkata,"Aku mengatakan yang sebenarnya. Kau selalu manis apa pun yang terjadi."

Jelly memiliki satu kebiasaan buruk — dia pemilih makanan dan suka memakan camilan dari pada makanan berat.

Sooji ingin memperbaiki kebiasaan buruk itu dan berencana membuatnya kelaparan untuk beberapa kali makan.

Jelly masih cukup keras kepala setelah melewatkan makan siang. Dia menolak untuk mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa dia tidak akan pernah makan lagi. Sooji marah dan memutuskan untuk tidak memberinya makan malam.

Setelah naik ke tempat tidur sebentar, Myungsoo memanggil istrinya,"Sayang? Sayang?"

Merasa bahwa suaminya merencanakan sesuatu, Sooji pura-pura tidur dan tidak menanggapi.

Dengan demikian, Myungsoo turun dari tempat tidur dengan gerakan perlahan dan merangkak keluar dari kamar tidur.

Sooji melakukan hal yang sama dan berjingkat-jingkat mengikutinya.

Myungsoo memasak mie dan membuat salad tomat. Dia baru saja meletakkan piring di atas meja saat Jelly menyelinap masuk dengan tatapan menyelidik. Dia duduk di meja makan dan meskipun sudah mengetahui jawabannya, dia bertanya,"Ayah, apakah ini untukku?"

"Makanlah."

"Terima kasih, ayah!"

Jelly menundukkan kepalanya dan mulai memakan makanannya. Myungsoo berdiri di sampingnya dan menggunakan tangannya untuk mengipasi butiran keringat di dahinya. Dia berkata,"Pelan-pelan. Apa kau tidak takut kepanasan?"

"Aku lapar."

"Oh, jadi sekarang kau lapar? Kau tidak akan kelaparan jika kau langsung meminta maaf pada ibumu."

Jelly tidak yakin. "Aku masih kecil tapi bukan berarti aku tidak punya harga diri!"

"Kau benar-benar anak yang keras kepala. Ayo kita berpura-pura melupakan ini besok, oke? Ibu juga akan berpura-pura melupakan ini dan kau harus makan dengan benar."

"Baiklah."

"Jelly," Myungsoo menatap putrinya yang sedang menikmati makanannya. Dia bertanya,"Siapa yang jebat? Ayah atau ibu?"

"Ayah yang hebat," jawab Jelly langsung.

Bersandar di dinding, Sooji mengejek. Ejekannya menarik perhatian mereka berdua. Myungsoo menatap Sooji dengan rasa malu yang canggung di wajahnya.

Reaksi Jelly cepat. Dia segera menambahkan,"Tapi ibu lebih baik." Dia menekankan kata "lebih" dan matanya bersinar tegas.

Sooji berjalan mendekat dan membelai kepala mungilnya. "Baiklah, makanlah. Jangan lupa menyikat gigi setelah selesai makan."

Jelly mengangguk patuh. "Hm!"

Myungsoo merasa benar-benar kalah. Dalam memperebutkan kasih sayang, dia tidak pernah menang sekali pun.

P.s: Aku mungkin bakalan posting cerita baru lagi. Tapi bukan karyaku lagi wkwk, tapi nggak tau kapan. Tungguin aja yaaa

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      To Be Continued...
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click