《LOVENEMIES [END]》95 - Kondisi yang Buruk

Advertisement

---

Bae Sooji memiliki pembicaraan yang panjang lebar dengan orang tuanya hari itu.

Kepala Sekolah Bae merasa seperti bayi perempuannya tumbuh dalam semalam. Dia bukan lagi gadis kecil bermata lebar dan naif.

Meskipun berbesar hati, dia juga sedikit sedih.

Adapun dua jam tangan tersebut, Nyonya Bae menolaknya dengan tegas. Tidak dapat mengembalikan arloji, Sooji tidak ingin menyia-nyiakannya. Dia membawa jam itu kembali untuk Kim Myungsoo dan dirinya sendiri.

Setelah kembali ke sekolah, kompetisi pertama Myungsoo adalah pertandingan tandang di luar negeri. Pertandingan itu disiarkan di saluran olahraga dan kedua orang tua Sooji menyaksikan seluruh kompetisi di rumah. Myungsoo tidak memiliki highlight selama kompetisi dan X-Dragons akhirnya kalah dengan skor 2-5.

"Lihat, bagaimana kau membuat anak itu trauma," Nyonya Bae menunjuk ke layar televisi dan berkata.

Kepala Sekolah Bae mencoba membuat alasan untuk dirinya sendiri. "Jika dia benar-benar rentan terhadap kejutan, bagaimana dia bisa menjadi atlet? Bagaimanapun juga, ini adalah kompetisi. Kondisi seseorang akan berfluktuasi dan akan ada kemenangan dan kekalahan. Itu normal."

Apa yang dia katakan tidak salah.

Namun, kinerja Myungsoo juga buruk untuk empat hingga lima kompetisi berikutnya. Dalam kata-kata komentator,"Jika Kim Myungsoo pada bulan September bisa diberi nilai 120, maka Kim Myungsoo pada bulan Oktober hanya bernilai 70."

Komentarnya bisa dianggap relatif baik.

Seorang komentator olahraga terkenal menulis di akun media sosialnya: Aku masih bersedia memberi Kim Myungsoo nilai 120. 118 poin sebagai tanda untuk penampilannya dan 2 poin sebagai tanda untuk tongkat hoki merah mudanya.

Kata-katanya sama mengerikannya dengan yang datang.

Kepala Sekolah Bae akhirnya merasa sedikit bersalah atas kondisi buruk Myungsoo.

Suatu hari, dia mendengar beberapa rekannya mendiskusikan kompetisi hoki es terbaru sebelum pertemuan. Kebanyakan orang awalnya tidak tahu apa itu hoki es. Mereka mulai menonton olahraga ini karena popularitas Myungsoo yang tiba-tiba. Semua orang pertama-tama memusatkan perhatian padanya sebelum memperhatikan hoki es. Setelah menemukan kegembiraan dari olahraga ini, mereka terus mengikuti kompetisi.

Advertisement

Orang-orang ini mungkin tidak perlu memahami detail kompetisi tetapi mereka dapat memahami angka-angka kompetisi.

Dan angka-angka menunjukkan bahwa Kim Myungsoo bermain buruk, pada tingkat yang tidak sepadan dengan ketenarannya.

Duduk bersama, semua orang gembira saat mereka mencemooh Myungsoo. Mereka sama sekali tidak memperhatikan ekspresi yang sedikit tidak menyenangkan di wajah kepala sekolah mereka yang paling terhormat.

Setelah beberapa saat, Kepala Sekolah Bae tidak tahan lagi. Dia menyela,"Apa kalian semua lupa bahwa Kim Myungsoo adalah pemain baru dan ini baru bulan kedua dalam karir profesionalnya? Terlebih lagi, dia baru berusia sembilan belas tahun tahun ini. Apa benar-benar perlu bersikap keras terhadap seorang anak?"

Karena kepala sekolah mereka yang terhormat sudah berbicara, semua orang sontak terdiam. Mereka berpikir sendiri, ternyata kepala sekolah kami adalah penggemar Kim Myungsoo?

Guru Ahn pandai membaca buku-buku bagus milik orang. Seketika, dia menegaskan,"Benar, benar, Kim Myungsoo berasal dari sekolah kami dan aku menyaksikan dia tumbuh. Dia cerdas dan bisa diandalkan... Kepala Sekolah Bae, apa kita akan mengundang Kim Myungsoo kembali untuk memberikan pidato?"

Kepala Sekolah Bae mendengus. "Kenapa kita harus mengundangnya?!"

Guru Ahn membeku. Dia berpikir, jadi sebenarnya kau suka atau benci pada Kim Myungsoo?

Sungguh orang yang membingungkan.

Sepulang sekolah di malam hari, Kepala Sekolah Bae pergi untuk menjemput istrinya dan empat penjaga surgawi di keluarganya. Setelah menjemput semua orang, mereka pergi ke restoran. Hari itu adalah salah satu pertemuan keluarga reguler mereka.

Di ruangan pribadi, mereka akhirnya berbicara tentang Myungsoo. Nyonya Bae secara tidak sengaja mengungkapkan bagaimana suaminya menyapu Myungsoo dengan paksa dari rumah.

Saatdia mendengar ini, ayah Nyonya Bae bertanya,"Kenapa kau memukulnya?"

"Aku memukulnya karena dia melakukan kesalahan."

Ayah Kepala Sekolah Bae tidak setuju dan menggelengkan kepalanya. "Kau tidak bisa memukul seseorang bahkan jika mereka melakukan kesalahan. Saat kau masih kecil, kau pernah mencuri semangka orang lain. Apa aku pernah memukulmu?"

Advertisement

"Aku..."

Ayah Nyonya Bae menepuk-nepuk besan laki-lakinya. "Oh, jangan menyebutkan sesuatu yang terjadi saat dia masih kecil."

Kepala Sekolah Bae mengangguk dan memandang ayah mertuanya dengan penuh syukur.

Ayah Nyonya Bae berkata,"Pertama kali kau mengunjungi kami, kau akhirnya dikejar-kejar oleh ayam meskipun ditugaskan untuk membunuh ayam itu. Aku juga tidak memukulmu. "

Kepala Sekolah Bae,"..."

Dia merasa tersentuh terlalu dini.

"Berhenti berdebat. Itu tidak membantu," ibu Nyonya Bae bermediasi. "Kau mungkin mengejutkan Kim Myungsoo hingga dia kehilangan jiwanya. Kita hanya perlu menemukan seseorang untuk memanggil jiwanya kembali."

Nyonya Bae menghentikannya,"Itu takhayul."

"Tidak ada salahnya mencoba. Bagaimana jika itu berhasil? "

Karena kondisi Myungsoo baru-baru ini buruk, Sooji mengajaknya berkencan untuk membantunya bersantai. Namun, saat mereka keluar dari sekolah, Sooji menerima panggilan aneh.

"Bae Sooji, aku teman kakekmu... Aku bukan penipu. Kakekmu adalah Bae Donghwan, 'kan? Jika ya, tidak ada kesalahan. Aku menggendongmu saat kau masih kecil... Ya, ada alasan kenapa aku menelepon. Aku sekarang di sekolahmu... Tempat ini bangunan Yi... Fu... Aku akan menunggumu di sini, cepatlah."

Sooji menutup telepon dan menatap Myungsoo dengan ekspresi bingung. "Apa ada tempat di sekolah kota yang disebut bangunan Yifu?"

"Tidak ada bangunan Yifu, yamg ada bangunan Tofu."

... Baiklah, sepertinya keduanya sama-sama buta huruf.

Mereka hanya bisa berbalik. Dalam perjalanan kembali, Sooji menelepon kakeknya. Dia mengkonfirmasi bahwa orang itu memang temannya dan bukan penipu. Teman itu adalah seorang pensiunan koki. Dia memiliki tiga kucing dan dua anjing dan kadang-kadang membantu memanggil jiwa orang yang hilang.

Sooji menepuk dahinya dan bertanya-tanya bagaimana bisa masih ada orang yang mempercayai hal ini di zaman sekarang?

Karena orang itu adalah teman kakeknya, tidak pantas bagi Sooji untuk mengabaikannya. Dia kembali ke universitas dan mentraktir lelaki tua itu untuk makan, setelah itu dia menghabiskan semua cara untuk membujuknya kembali. Orang tua itu menolak untuk pergi, bersikeras bahwa dia perlu membantu memanggil jiwa Myungsoo karena dia telah menerima pembayaran Kakek Bae. Selain itu, ritual pemanggilan jiwa tidak bisa dilakukan dimana pun. Myungsoo harus berbaring di tempat yang sunyi.

Tanpa pilihan, Sooji dan Myungsoo pergi ke hotel dan membuka kamar.

Myungsoo berbaring di tempat tidur sementara lelaki tua paranormal itu melemparkan ritual ke arahnya dari samping. Rasanya seperti latihan untuk menenangkan pikirannya.

Setelah menyelesaikan ritual itu, lelaki tua itu akhirnya pergi dengan perasaan puas.

Sooji menatap Kim Myungsoo yang sedang berbaring di tempat tidur. Matanya tertutup sementara napasnya tidak tergesa-gesa. Perilaku pasif dan damai ini membuatnya tampak sedikit rapuh.

Hati Sooji meleleh menjadi genangan air. Gadis itu bergerak lebih dekat dengan gerakan perlahan dan melepaskan sepatunya sebelum menggali di bawah selimut dan memeluknya.

Myungsoo tiba-tiba bergerak. Dia berbalik ke sisinya dan menghadapnya sambil masih berbaring, melingkarkan satu tangan di pinggangnya. Kemudian, dia membuka matanya dan mengawasinya.

Pupil mata Myungsoo yang gelap dan berkilau memegang kehangatan lembut yang membuat jantung Sooji berdebar.

Sooji berkedip padanya.

Tangan Myungsoo meluncur dan mendarat di telinganya. Dia merapikan rambutnya dengan lembut sebelum menghentikan tangannya di sisi pipinya, jari-jarinya dengan lembut menelusuri lekuk lembut wajah Sooji.

Sooji menangkupkan wajahnya dan menatapnya.

Myungsoo menempatkan tangannya di atas tangan gadis itu dan menatapnya dengan mata menyipit.

Seperti itu, mereka saling memandang dalam diam selama beberapa detik. Kemudian, Sooji tiba-tiba berbicara,"Belakangan ini, apa kau lelah?"

Myungsoo menggelengkan kepalanya. "Tidak."

"Lalu kenapa kondisimu buruk untuk kompetisi akhir-akhir ini? Aku bisa merasakan itu bukan kekuatanmu yang sebenarnya."

Myungsoo memberikan pertanyaan serius. Dia memanggilnya dengan lembut,"Bae Sooji."

"Hm?"

"Aku pikir... reaksiku menjadi lebih lambat."

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click