《LOVENEMIES [END]》58 - Sebuah Ciuman

Advertisement

Setelah mereka selesai makan, Kim Jongin dan Kim Myungsoo dengan penuh pertimbangan membantu memasukkan piring ke dalam mesin cuci piring.

Bae Sooji mencuci beberapa apel dan mengunyahnya sambil memerintahkan mereka.

"Bos, apa tidak apa-apa jika paman dan bibi kembali dan mereka melihat bahwa kita sudah mengosongkan kulkas?"

Sooji mengerutkan bibirnya. "Mereka tidak akan kembali hari ini."

Alis Myungsoo terangkat saat dia mendengar perkataan Sooji. Dia memikirkan betapa gadis itu takut pada hantu. Meskipun pria itu bersedia untuk tinggal dan membujuknya untuk tidur, Myungsoo tidak bisa menjamin bahwa dirinya tidak akan diusir.

Selesai dengan tugas-tugasnya, Sooji duduk di ruang tamu dan menonton televisi. Myungsoo duduk di sampingnya dan meraih remote control.

Kemudian, dia melihat-lihat saluran sampai dia menemukan satu yang menyiarkan pertandingan baduk.

Masih mengunyah apelnya, Sooji meliriknya sekilas. "Berhenti bersikap sok, anak bodoh. Apa kau tahu bagaimana cara memainkan baduk?"

Myungsoo menggunakan remote control untuk menunjuk layar dan mulai menjelaskan permainan papan itu padanya.

Sooji tidak yakin apa penjelasannya akurat. Bagaimanapun, dia tidak mengerti satu kata pun dan rasanya seperti sekarang dia sedang berkomunikasi dengan alien.

Baduk adalah permainan yang lambat dan setelah Myungsoo menjelaskannya dengan sabar padanya untuk sementara waktu, Sooji mulai menguap. "Baiklah, aku tahu betapa luar biasanya dirimu sekarang. Bisakah kita mengubah salurannya?"

Myungsoo sangat patuh. Dia mengklik remote control di tangannya dan beralih ke saluran pancing.

Ini adalah pertama kalinya Sooji mengetahui bahwa televisi memiliki saluran yang berspesialisasi dalam memancing. Seorang pria tampak berdiri di tepi sungai, joran yang dipegangnya nyaris tidak bergerak.

"Sekarang, biarkan aku berbagi ilmu denganmu tentang mekanisme memancing," ujar Myungsoo.

Sooji menjatuhkan tubuhnya ke sofa, mengangkat kaki dan berpura-pura bahwa dia akan menendang Myungsoo. "Kau tidak ingin aku menonton televisi, 'kan?"

Myungsoo menangkap pergelangan kaki Sooji dan meletakkannya perlahan. "Berhentilah bermain-main."

Mungkin karena kekuatan yang dikeluarkan Myungsoo, Sooji merasa tertindas karena terperangkap saat pria itu menangkap pergelangan kakinya. Dia juga merasa sedikit malu tiba-tiba.

Itu aneh. Sooji menggosok pipinya dan mengibaskan tangannya dalam diam. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan berbalik untuk berkonsentrasi pada televisi.

Setelah beberapa saat, dia tertidur.

Myungsoo menurunkan volume televisi, meletakkan remote control dan berpindah. Pria itu membungkuk di atas tubuh Sooji dan melambaikan tangannya di depan mata gadis itu. Napas Sooji teratur dan bulu matanya yang hitam panjang tidak bergerak sama sekali.

Myungsoo membungkuk, berniat untuk mengangkatnya. Jongin akhirnya tidak bisa terus menonton dalam diam dan menyuarakan keberatannya. "Hei, apa yang sedang kau lakukan pada bosku?"

Advertisement

Myungsoo merasa bahwa Jongin terlalu berisik dan memberi isyarat pada pria hitam manis itu untuk diam. Dia kemudian menjelaskan dengan lembut,"Dia takut hantu."

Ekspresi mengerti muncul di wajah Jongin. Myungsoo berpikir bahwa Jongin akan berkomentar lagi tapi sebaliknya, Jongin tiba-tiba menundukkan kepalanya, jari-jarinya dengan cepat mengetikkan sebuah pesan.

Kim Myungsoo khawatir bosku takut pada hantu dan tidak bisa tidur. Jadi dia membujuknya untuk tidur sebelum pulang!

Baiklah, ini adalah sesuatu yang tidak bisa kulakukan. Aku juga takut pada hantu. Selir celaka mendapat 1 poin.

Dia berhasil mengangkat bosku! Bosku yang tingginya 1,68 m dengan mudah sudah diangkat oleh pria itu dengan gerakan cepat! Bosku tampak seperti gadis kecil sekarang! Jika dia menindas bosku di masa depan, aku pasti tidak akan bisa mengalahkannya!

Foto! Foto!

Jongin mengangkat ponselnya dan memotret punggung Myungsoo yang sedang berjalan sambil mengangkat tubuh Sooji. Pencahayaan di malam hari tidak bagus, sudut kamera sangat buruk dan hasil jepretan yang diambil tidak fokus. Sebagian besar foto menampilkan punggung Myungsoo yang bidang dan tegap. Sedangkan untuk Sooji, hanya sebagian dari kaki bagian bawahnya yang bisa dilihat bersama dengan sandal merah muda yang dipakainya.

Dari sedikit foto kaki dan sandal merah muda ini, Soojung dapat sepenuhnya memvisualisasikan Sooji yang kini berada dalam pelukan Myungsoo.

Astaga, mereka menggemaskan sekali!

Gerakan Myungsoo sedikit kaku. Dengan tubuh mungil seorang gadis yang tidur di lengannya, jantungnya berdebar kencang dan dia tidak berani ceroboh dengan tindakannya. Sooji biasanya sangat energik. Sekarang, gadis itu diam dan Myungsoo bisa merasakan kelembutannya yang unik yang jarang gadis itu berikan. Ini menyebabkan tindakan Myungsoo berubah menjadi lebih hati-hati seolah-olah dia sedang memegang sepotong porselen yang langka dan berharga

Myungsoo membawa Sooji ke kamar tidur dan mendorong pintu hingga tertutup dengan kakinya. Dia berjalan ke tempat tidur dan membaringkannya dengan lembut sebelum melepas sandalnya dan menutupinya dengan selimut.

Kemudian, dia duduk di tempat tidur dan mengamati wajah Sooji.

Kepala Sooji miring ke samping dan ada beberapa helai rambut yang menutupi pipinya. Penampilannya tampak lucu karena dia belum membasuh kumis mungil yang bertengger manis di atas bibirnya. Myungsoo mengulurkan tangannya dan mendorong kembali helaian rambut sebelum merapikannya di belakang telinganya.

Setelah merapikan rambutnya, dia tidak menarik tangannya dan membiarkan tangannya melayang di sebelah pipi Sooji. Myungsoo lalu menggunakan bagian belakang jarinya untuk membelai pipi Sooji dengan perlahan.

"Bagaimana bisa aku akhirnya menyukaimu?" Myungsoo bergumam. Pernyataannya merupakan pengakuan sekaligus desahan.

Dia tiba-tiba membungkuk dan perlahan mendekat. Dengan satu tangan menempel di bantal, dia menundukkan kepalanya dan mencium dahi gadis itu. Itu adalah sentuhan yang sangat lembut. Myungsoo tidak berani berlama-lama. Tapi, hal itu cukup untuk meningkatkan detak jantungnya dengan cepat.

Advertisement

"Kim Myungsoo." Sooji tiba-tiba berbicara.

Myungsoo terkejut. Tubuhnya membeku dan dia dengan lembut menjawab,"Hm?"

"Berikan remote control-nya padaku..."

Myungsoo menghela napas lega. Dia berbalik dan melihat obor di kabinet samping tempat tidur. Dia mengambilnya dan memasukkannya ke tangan Sooji. "Ini."

Puas, Sooji menjadi tenang.

Myungsoo memperbaiki posisi tubuh Sooji dengan benar dan berdiri. Dia berbalik dan menatap kamar Sooji.

Rak buku Sooji berisi banyak buku pelajaran sekolah menengah dan kertas revisi. Selain itu, ada buku-buku yang tidak diperuntukkan untuk materi sekolah, komik dan pernak-pernik kecil yang dipajang. Di dinding, ada beberapa poster selebriti. Semua ini tampak asing baginya, hal-hal yang dimiliki Sooji saat Myungsoo bukan bagian dari dunianya.

Myungsoo sedikit tidak puas dan berusaha mencari sesuatu yang menjadi miliknya. Akhirnya, di rak paling bawah rak buku, dia melihat papan kayu yang dilengkapi dengan kotak kaca yang melengkung. Di dalamnya, Myungsoo bisa melihat banyak mainan seukuran ibu jari.

Semua mainan itu dikumpulkan dari Kinder Joy.

Dan sebagian besar Kinder Joy dibeli menggunakan uang Myungsoo.

Myungsoo memegang papan kayu itu. Dia tersenyum tipis dan tiba-tiba menghela napas.

Srekk——

Pintu tiba-tiba didorong terbuka dan dari celah yang tercipta, Jongin memasukkan kepalanya.

Myungsoo meliriknya.

"Kau tidak melakukan sesuatu yang jahat pada bosku, 'kan?" selidik Jongin.

Myungsoo meletakkan papan kayu itu kembali dan berdiri. "Ayo pergi."

"Ayo cuci muka kita sebelum pergi."

Ya, mereka perlu mencuci muka. Yang satu tampak seperti iblis, sementara yang lain tampak seperti mimpi buruk. Seseorang mungkin akan memanggil polisi jika mereka keluar dengan penampilan seperti itu di malam hari.

Kedua pria normal itu dengan naif mengira bahwa eyeliner itu sama dengan pensil dan bisa dicuci dengan mudah. Pada akhirnya, kenyataan mengajarkan mereka sebaliknya.

Jongin melihat ke cermin. Penampilannya tidak berubah.

Myungsoo menggunakan ponselnya untuk mencari cara menghilangkan eyeliner dan membaca bahwa mereka membutuhkan penghapus makeup. Setelah mencari di kamar kecil sebentar, mereka menemukan botol yang berlabel 'minyak pembersih makeup'.

Garis mata Myungsoo ditarik di sepanjang kelopak matanya. Dia menggosok daerah itu dengan penuh semangat dengan minyak dan merasa bahwa dia akan buta karenanya. Saat asik dengan kegiatannya, dia takjub dengan para gadis-gadis yang memakai riasan; mereka berhasil melakukan ini setiap hari tanpa menjadi gila.

Akhirnya selesai dengan tugas ini, mereka berdua kelelahan. Mereka meninggalkan rumah bersama. Dihadapkan dengan hembusan angin dingin yang kecil, Jongin tiba-tiba bergerak untuk membalut mantelnya sedikit lebih ketat dan bertanya pada Myungsoo,"Kau ingin menjadi bos dari bosku, 'kan?"

Myungsoo berjalan di depan dengan tangan di sakunya. Dia bertanya,"Apa yang kau sukai?"'

Jongin tertawa mengejek. "Berpikir untuk menyuapku? Biar kuberitahu satu hal. Aku tidak akan pernah mengkhianati bosku."

Myungsoo menghentikan kakinya dan berbalik untuk menatap Jongin. "Sepasang sepatu Jordan edisi terbatas."

"..."

"Dua pasang."

"..."

Obsesi pria terhadap sepatu ternyata bisa menyaingi obsesi wanita terhadap lipstik.

Myungsoo berhenti menatap Jongin. Dia berbalik dan terus berjalan, dengan senyum simpul di wajahnya.

Jongin mengejarnya dan berkata,"Apa kau pikir kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan karena kau kaya? Kuberitahu padamu, tentu saja kau bisa melakukannya!"

Saat Myungsoo tiba di rumahnya, orang tuanya sedang menonton televisi.

Saat dia mengganti sepatunya di pintu masuk, dia mendengar ibunya memanggilnya dari ruang tamu, "Kau sudah pulang? Apa kau sudah makan malam?"

"Hm."

"Kemarilah dan makan beberapa buah. Lemon hari ini sangat manis."

Myungsoo menyimpan barang bawaannya dan duduk di ruang tamu untuk mengobrol dengan orang tuanya. Ayahnya pendiam dan biasanya tidak banyak bicara. Di rumah, ibunya biasanya yang berbicara sementara ayahnya bertanggung jawab untuk mendengarkan.

"Rumah siapa yang kau kunjungi untuk bersenang-senang hari ini?" tanya Nyonya Kim.

"Teman sekelas." Jawaban Myungsoo tidak jelas.

Nyonya Kim mengangkat telinganya. "Oh? Teman sekolah dasar atau sekolah menengah? Laki-laki atau perempuan?"

Myungsoo tidak menjawab. Dia berpura-pura fokus menatap layar televisi dengan saksama sambil memakan melon dengan tusuk gigi.

Nyonya Kim mengamati putranya diam-diam. Pada awalnya, dia hanya ingin melihat apa ada sesuatu yang tidak biasa dalam ekspresi putranya. Namun, saat dia mengamati pria itu, perhatiannya perlahan tertuju ke matanya.

Selanjutnya, ekspresinya tertegun dan penuh kesedihan selama sisa malam itu. Dia juga menunjukkan jejak kesusahan, yang menyebabkan suami dan putranya benar-benar bingung.

Saat mereka akan tidur, Tuan Kim bertanya padanya,"Ada apa?"

"Sayang, Myungsoo menggunakan eyeliner di matanya!"

Tuan Kim menatap istrinya bingung.

"Sungguh!" Nyonya Kim memegang dahinya, alisnya berkerut. "Dia tidak menghapusnya dengan bersih."

Semakin Nyonya Kim memikirkannya, semakin mengerikan perasaannya. "Aku berharap dia akan membawa pulang seorang gadis. Hebat, sekarang dia malah mengubah dirinya menjadi seorang gadis!"

P.s: Hari ini post 2 part lagi 😉

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click