《LOVENEMIES [END]》56 - Bermain Go-Stop

Advertisement

Bae Sooji tertidur lelap. Sejak dia melanjutkan latihannya, kualitas tidurnya sangat baik.

Dia hanya akan terbangun saat Kim Myungsoo membangunkannya untuk makan.

Sooji melepaskan penutup matanya dan melihat kotak makan siang yang tampak mewah diletakkan di atas meja mini di depannya. Ada daging sapi rebus dengan kentang, udang tumis dan berbagai macam sayuran.

Dia menggosok perutnya dan mendapati dirinya kelaparan.

Myungsoo mengulurkan padanya sebuah paket vacuum pack. Saat Sooji memeriksanya, dia melihat bahwa itu adalah babi rebus.

"Terima kasih." Sooji merobek kemasan dan menggigitnya. Rasanya enak dan dia menikmati sensasi yang memuaskan perut kosongnya yang diisi dengan makanan. Dalam suasana hati yang baik, dia menyadari bahwa Myungsoo juga memiliki kotak makan siang di depannya, tapi tidak ada babi di kotak makan siang pria itu. Dia lalu bertanya,"Kenapa kau tidak makan?"

"Aku sudah memakannya tadi." Myungsoo menoleh dan menghindari tatapan mata Sooji saat dia menjawabnya.

Sooji hanya bisa melihat garis rahang pria itu yang tertarik dan sudut bibirnya yang sedikit terangkat dari samping.

Dia bingung. Orang gila. Apa perlu kau menunjukkan senyuman bejat seperti itu karena makan babi?

"Kim Myungsoo, kau jarang menikmati makanan enak, 'kan?" Sooji bertanya. Dia merasa itu adalah hal yang mungkin. Lagi pula, semua atlet — terutama yang luar biasa — memiliki persyaratan diet yang ketat.

"Tidak," Myungsoo membantah.

Sooji masih bersikukuh pada spekulasinya. "Saat kita kembali ke kampus, aku akan mentraktirmu semua makanan yang enak — tendon daging sapi, telinga babi, ikan teri goreng, leher bebek, kaki bebek, lidah bebek..." Dia dengan santai mengeluarkan daftar panjang makanan yang dia pikir adalah makanan lezat.

Myungsoo memotongnya,"Lidah bebek?"

"Ya. Kau belum pernah mencobanya?"

"Lidah?"

"Ya, aku akan mentraktirmu makan lidah bebek."

Myungsoo menunduk dan mulai memisahkan sumpitnya. "Tentu." Jawabannya tidak tergesa-gesa dan sarat dengan makna.

Sooji merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan pria itu.

Namun, jarang sekali Myungsoo menjadi normal. Menjadi abnormal adalah dirinya yang biasa. Setelah merasa semuanya masuk akal, Sooji merasa lebih nyaman.

Advertisement

Kereta mereka dijadwalkan tiba sekitar jam 1 siang. Hari ini, orang yang menjemput Sooji adalah Kim Jongin.

Mantan teman sekelas Kepala Sekolah Bae jatuh sakit. Dia keluar provinsi untuk mengunjungi temannya dan hanya akan kembali besok. Rumah sakit tempat Nyonya Bae bekerja juga sangat sibuk. Akhir tahun adalah saat dimana wabah asma anak-anak memuncak. Selain itu, akan ada banyak anak yang susah diatur. Dari diam-diam menyalakan petasan hingga memecahkan jendela dan memprovokasi anjing-anjing liar, ada terlalu banyak alasan aneh untuk cedera seorang anak di akhir tahun.

Itu sebabnya hanya Jongin yang ada di sana untuk menyambutnya.

Sebenarnya, Jongin tidak perlu datang. Tapi, dia bosan di rumah. Karena tidak tahu harus melakukan apa, dia keluar untuk menemui bosnya dan bersenang-senang.

Myungsoo dan Sooji adalah dua orang yang sangat menarik yang menonjol dari kerumunan. Jongin langsung melihat mereka saat mereka melangkah keluar dari stasiun.

"Bos, sebelah sini!" Jongin melambaikan tangannya ke arah Sooji.

Setelah mereka bertiga berkumpul, Sooji akan berpisah dengan Myungsoo. Dia bertanya,"Bagaimana kau akan pulang ke rumahmu?"

Myungsoo menatap Jongin. Aura Myungsoo yang mengesankan menyebabkan Jongin merasa tertekan.

Myungsoo lalu berkomentar,"Orang tuaku belum pulang. Apa yang kalian berdua rencanakan?"

Sooji tidak memiliki rencana. Setelah berpikir, dia berkata,"Aku akan membawa semua barangku pulang terlebih dahulu."

Melihat tingkah Myungsoo, terlihat jelas bahwa pria itu tidak ingin pulang sendirian. Jadi, Sooji membawanya naik taksi bersama mereka.

Setelah berdiskusi di dalam mobil, mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke rumah teh yang baru dibuka di dekat rumah Sooji untuk bermain Go-Stop. Itu adalah kegiatan santai yang memungkinkan mereka untuk bersenang-senang tanpa mengharuskan mereka menggunakan otak mereka. Baik Sooji dan Myungsoo sudah lelah karena perjalanan dan tidak ingin menjadi lebih lelah lagi.

Saat mereka turun dari mobil, salju mulai turun. Kepingan salju kecil mencair segera setelah mendarat di tubuh seseorang. Saat Sooji berdiri di samping mobil dan menyaksikan Myungsoo membayar ongkos, dia tiba-tiba menyadari masalah serius.

Uangnya saat ini seluruhnya hanya tersisa sedikit dan itu hanya cukup untuk ongkos kereta saja.

Advertisement

Dia akan menjadi legenda jika dia berani bersenang-senang di rumah teh hanya dengan sedikit uang yang ada di sakunya.

Sooji adalah seseorang yang sangat sadar akan citranya. Dia merasa bahwa dia telah "menculik" Kim Myungsoo dan Kim Jongin ke wilayahnya, itu artinya sudah menjadi tugasnya untuk merawat mereka. Mencoba menutupi bagaimana niat baiknya dibatasi oleh keadaannya, dia merenung dalam-dalam sebentar dan akhirnya berkata,"Ayo pergi ke rumahku saja karena tidak ada orang di rumahku."

Dan akhirnya, rencana awal mereka berubah.

Ini pertama kalinya bagi Myungsoo untuk memasuki rumah Sooji. Rumah berbentuk persegi itu besar dengan ruang tamu yang luas. Rumah itu didekorasi dengan gaya bersih dan alami yang dipenuhi dengan kehangatan. Balkonnya bisa dilihat melalui jendela. Banyak tanaman dan bunga ditempatkan di sebelah dinding dan di tengah ada meja kopi kecil dan kursi geladak.

Sooji mencari-cari camilan dan buah-buahan dan menyajikannya. Dia membiarkan Myungsoo dan Jongin duduk di sofa sementara dia duduk di karpet di ujung meja kopi dan mulai mengocok kartunya.

Bermain kartu tidak ada artinya tanpa taruhan. Dengan melihat betapa miskinnya Sooji, bertaruh uang tidak ada gunanya. Setelah berpikir sebentar, dia bangkit dan berlari ke kamarnya untuk mencari eyeliner.

"Pemenang bisa menggambar di wajah pecundang setiap putaran."

Untuk babak pertama, permainan Go-Stop ditentukan oleh pengocok kartu dan Sooji mendapat peran itu. Jongin sudah mendengar desas-desus tentang IQ tinggi Myungsoo di sekolah. Akibatnya, dia merasa bahwa peluang menangnya akan tinggi jika dia menjadi rekan satu tim dengan Myungsoo.

Saat banyak hal terjadi, Jongin terlalu naif. Meskipun Myungsoo memiliki kartu yang bagus, dia membuang kartunya secara membabi buta dan dengan tidak berdaya melawan semua serangan. Jongin hampir percaya bahwa pria itu kini dikendalikan oleh robot.

Karena merasa bahwa harapan dirinya menang semakin menipis, Jongin akhirnya menyerah.

Sooji menyeringai saat dia mengangkat eyeliner dan berdiri. "Hehehe. Siapa yang lebih dulu?"

Jongin menatap Myungsoo dan mengeluh,"Apa kau benar-benar tahu caranya bermain?"

"Ya," jawab Myungsoo dengan penuh keyakinan.

Sooji berjalan ke arah Myungsoo. Dia berlutut di sofa dengan satu lutut dan terkikik. "Tutup matamu."

Myungsoo menutup matanya dengan patuh, sama jinaknya seperti seekor domba.

Sooji mencengkeram eyeliner dan perlahan mendekatkannya ke kelopak mata Myungsoo. Melihatnya menunjukkan tanda-tanda bergerak, Sooji dengan cepat menghentikannya. "Jangan bergerak." Saat dia berbicara, dia tidak bisa menahan untuk tidak menggunakan tangannya untuk menstabilkan wajah pria itu.

Merasakan ujung jari Sooji yang lembut dan hangat di pipinya, hati Myungsoo bergetar.

Myungsoo dengan sengaja memperlambat napasnya dan berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja.

Tapi, dia tidak bisa mencegah bulu matanya untuk tidak bergerak.

Sooji menganggap bulu matanya yang bergerak itu sebagai reaksi normal karena disentuh oleh benda asing. Dia menghiburnya. "Aku hanya membuat garis mata, jangan gugup."

Jongin memandang dengan pandangan menghina dari samping. Dia merasa bahwa ekspresi Myungsoo lebih terlihat seperti sebuah kenikmatan dari pada kegugupan, heh.

Sooji membantu Myungsoo menggambar garis matanya. Saat gadis itu bersandar, tatapannya menyapu bibir Myungsoo tanpa sengaja. Ini adalah pertama kalinya dia melihat bibir pria itu dari jarak yang begitu dekat dan dia merasa bahwa bentuk bibir Myungsoo benar-benar cantik. Bibirnya penuh dan garis bibirnya yang lembut.

Sooji benar-benar ingin menyentuhnya.

Sooji menyadari betapa berbahayanya pikirannya. Merasa sedikit canggung, dia melepaskannya dengan cepat dan melambai pada Jongin. "Kemarilah, kau."

Myungsoo duduk di antara mereka berdua. Saat dia melihat Jongin membungkuk, dia dengan santai mengambil eyeliner dari tangan Sooji dan berkata,"Aku akan membantumu. Dimana kau ingin menggambarnya?"

"Uh, ayo kita buat garis matanya juga."

Myungsoo mengikuti perintah Sooji. Setelah selesai menggambar, babak kedua dimulai.

Selama putaran kedua, Sooji merasa bahwa kartunya tidak bagus dan dia tidak meminta posisi sebagai pengocok kartu. Saat tiba giliran Jongin, Jongin meminta posisi ini tanpa ragu karena dia bertekad untuk tidak berada di tim yang sama dengan Myungsoo.

"Bos, aku benar-benar kasihan padamu." Jongin tampak senang dengan kemalangan Sooji.

Tak lama kemudian, Jongin mendapati bahwa dia sekali lagi terlalu naif; orang yang patut dikasihaninya adalah dirinya sendiri.

Sepertinya Myungsoo telah mematikan mode robotnya; IQ-nya tiba-tiba meningkat kembali dan melalui kerja sama yang baik dengan Sooji, dia tanpa ampun menghancurkan Kim Jongin menjadi debu.

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click