《LOVENEMIES [END]》54 - Cerita Pengantar Tidur

Advertisement

Hari berikutnya adalah kompetisi 1000 meter. Untuk latihannya selama ini, Bae Sooji sudah fokus pada kompetisi 500 meter. Tanpa pengalaman dan kemampuan, gadis itu masih melakukan pertarungan yang cukup hebat di paruh pertama kompetisi. Namun, di babak kedua, Sooji menjadi lelah dan lemah.

Dengan demikian, perjalanannya terhenti di perempat final.

Sowon juga berhasil meraih emas untuk kompetisi 1000 meter. Setelah menerima hadiahnya dan mengakhiri wawancaranya, Sowon bergegas untuk menemui Sooji. Dia akhirnya berkata pada Sooji apa yang sudah dia tahan dari tadi.

"Karena kau tidak berhasil mendapatkan peringkat pertama, bukankah kau harus menggonggong seperti anjing?" Setelah berkata demikian, dia secara tidak sengaja melirik Kim Myungsoo.

Myungsoo berdiri di samping Sooji. Mendengar perkataan Sowon, pria itu langsung bersemangat dan menatap Sooji dengan alis terangkat.

Penuh dengan percaya diri, Sooji meletakkan satu tangan di pinggangnya dan menyikat kepalanya dengan yang lain. Dia berkata,"Memangnya apa sulitnya melakukan itu? Guk guk."

Sowon tidak menyangka Sooji akan menyalak seperti itu dan sejenak kehilangan kata-katanya.

"Guk guk guk, guk guk guk, guk guk guk guk..." Dia bahkan berhasil menggonggongkan sebuah lagu. Dia menekuk salah satu kakinya dan mengetuk santai ke tanah.

Kim Sowon awalnya ingin membuat Sooji memakan kata-katanya. Tapi, dia sekali lagi dikalahkan oleh ketidakberdayaan Sooji. Wajahnya menjadi suram. "Dasar orang gila."

Di sampingnya, Myungsoo tertawa terbahak-bahak.

Sowon melihat ke atas.

Bibir Myungsoo yang sehat dan merah menyala terangkat menjadi kurva yang indah. Matanya yang bersih tetap menatap Sooji.

"Kau benar," Myungsoo setuju. "Dia benar-benar gila."

Wajah Sowon memerah. Dia menundukkan kepalanya, berbalik dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Beberapa saat yang lalu, gadis itu masih mondar-mandir seperti ayam jantan yang sombong. Cara Sowon yang tiba-tiba berubah menjadi pemalu membuat Sooji sangat bingung. Mengulurkan lehernya untuk melihat sosok Sowon yang akan pergi, Sooji melihat bahwa bagian belakang leher Sowon sedikit merah.

"Ini aneh," Sooji bergumam pada dirinya sendiri.

Myungsoo membelai kepala Sooji dan mengacak-acak rambutnya. Lalu, dia berkata,"Kau membuatnya takut."

Sooji menghindari tangan Myungsoo, memegang kepalanya dan memelototi pria itu. "Apa raja ini mengizinkanmu untuk menyentuhnya sesuka hatimu?"

Advertisement

"Kau juga bisa menyentuh kepalaku, asalkan kau bisa menjangkaunya."

Sooji terdiam. "Bagaimana kau bisa menindas seseorang dengan cara seperti ini?"

Bibir Myungsoo melengkung dan dia tertawa dengan tatapan yang hangat. Dia memikirkan sesuatu dan bertanya,"Kapan kau pulang ke rumah?"

"Tanggal 28 Desember. Bagaimana denganmu?"

"Kau pulang lebih lama karena seluncur cepat?"

"Hm." Sooji mengangguk. "Latihan musim dingin. Latihan ini sukarela tapi semua orang di tim seluncur cepat sudah mendaftar. Bagaimana denganmu?"

"Hampir sama denganmu. Latihan hoki es. Kami memiliki kompetisi setelah Tahun Baru." Myungsoo kemudian meminta rincian tiket pulang Sooji.

Pada sore hari, Sooji bertemu dengan Sowon di ruang ganti. Sowon baru saja selesai mengganti pakaiannya. Dia kini sedang memutar tutup botol air yang terselip di bawah lengannya, membuatnya tampak sangat tangguh.

Sooji memikirkan keanehan Sowon selama dua hari terakhir dan memanggilnya. "Kim Sowon."

Sowon menjawab dengan kesal. "Apa?"

Setelah terdiam selama beberapa saat, Sooji tiba-tiba bertanya,"Apa kau diam-diam jatuh cinta padaku?"

Sowon hampir melemparkan botol airnya ke wajah cantik Sooji.

"Dasar gila," kata Sowon.

Sooji merasa bahwa Sowon sangat malang. Sowon tidak tahu bagaimana memarahi orang dan hanya bisa mendaur ulang beberapa kata yang sama berulang-ulang.

Tidak jelas apa yang dipikirkan Sowon, tapi mata gadis itu mencerminkan rasa bersalah. Sambil memegang botolnya, Sowon pergi dengan tergesa-gesa. Sooji berdiri di tempatnya dan berteriak pada sosok Sowon yang pergi,"Aku lurus, selurus pensil!"

Di suatu tempat dari koridor, datang raungan marah Sowon. "Pergilah ke neraka!"

Sooji mengangkat bahu dan duduk di bangku untuk menelusuri ponselnya setelah berganti pakaian. Dia menemukan sebuah pesan baru.

Selamat!

Terima kasih. Aku belum memberimu selamat atas hasil luar biasa dalam kompetisimu. Kapan kau kembali?

Aku sudah masuk tim nasional. Aku tidak akan kembali untuk saat ini.

Oh. Selamat!

Tampaknya ada penghalang di antara mereka berdua. Sopan dan terlalu kaku, mereka berhati-hati dalam pertukaran pesan mereka. Sooji merasa sedikit tidak terbiasa dengan ini. Mereka hanya berpisah sementara waktu. Sooji mencengkeram ponselnya dan mendesah samar.

Ada orang lain lagi yang kini menjauh darinya.

Advertisement

Sooji tiba-tiba teringat pada Myungsoo. Jadi, apa Kim Myungsoo bagi dirinya? Seseorang yang berkelana? Seseorang yang berkenala untuk waktu yang lama tapi akhirnya kembali?

Eh?

Setelah Kejuaraan Ascendance, Sooji dan yang lainnya beralih dengan cepat ke mode latihan. Sebagian besar mahasiswa/i sudah memulai liburan musim dingin mereka dan seluruh kampus kini terlihat seperti kota hantu.

Kim Jongin dan Jung Soojung sudah kembali ke rumah mereka dan Sehun juga tidak ada. Dalam waktu singkat, Sooji ditinggalkan sendirian oleh mereka dalam kesepian. Ini secara khusus terasa di malam hari saat dia sendirian di asramanya. Sooji terus merasa bahwa ada sesuatu di belakangnya dan akan melompat dari ketakutan dalam setiap kebisingan kecil.

Malam pertama, dia tidak berani mematikan lampu. Dia berbaring di tempat tidur sampai jam 11 malam tapi masih belum bisa tidur. Akhirnya, dia melihat-lihat daftar kontaknya dan mencoba mencari seseorang untuk diajak mengobrol.

Jongin takut pada hantu, Soojung takut pada hantu, ayah dan ibunya... Lupakan saja, lebih baik jangan biarkan mereka khawatir.

Dia menggulir dan menggulir layar ponselnya dan orang yang paling cocok adalah Kim Myungsoo.

Sooji masih ragu-ragu. Akhirnya, antara keputusan "selamatkan wajahnya" dan "selamatkan hidupnya", dia memutuskan untuk menekan tombol panggilan.

"Halo?"

"Hm, Kim Myungsoo."

"Ya, ini aku. Ada apa?"

Sooji terbatuk. Dia sedikit malu dan berkata dengan suara kecil,"Aku pikir energi Yang-mu harusnya cukup kuat, 'kan?"

"Apa maksudmu? Apa kau sedang mencoba untuk mengisi Yang-ku dengan Yin-mu?"

Yin dan Yang adalah konsep filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain. Yin mewakili perempuan, energi feminin dan konsep kegelapan sedangkan Yang mewakili laki-laki, energi maskulin dan konsep cahaya.

"Ah?" Dia kembali terbatuk. Sooji kini diliputi dengan gelombang rasa malu. "Tidak, aku hanya bertanya."

Tanpa diduga, Myungsoo mulai tertawa kecil. Tawanya yang rendah dan menyenangkan terbawa melalui ponsel ke telinga Sooji. Ruangan itu sangat sunyi, begitu sunyi sehingga hanya dipenuhi dengan tawa.

Myungsoo ingat saat mereka masih kecil, ada waktu saat dimana teman sekelas mereka akan membahas film horor yang populer pada waktu itu. Sooji mengaku sudah menontonnya tapi saat orang lain mulai membahas hantu-hantu di film itu, ekspresi Sooji terlihat seolah-olah gadis kecil itu akan menghadapi musuh besar.

Heh, jadi bocah ini takut pada hantu?

Sooji dapat merasakan dari tawa Myungsoo bahwa dia sudah tertangkap basah. Wajahnya memanas dengan tak terkendali dan dia menarik selimutnya ke atas kepalanya, berusaha bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Myungsoo akhirnya selesai tertawa tapi dia tidak mengekspos gadis itu. Dia hanya bertanya,"Bagaimana latihanmu hari ini?"

"Eh, masih baik-baik saja. Fokus beberapa hari ini adalah untuk membuntuti lawan dan aku sudah belajar banyak teknik baru yang perlu kucerna." Setelah melaporkan semuanya secara rinci, dia mulai mengoceh tentang hal-hal duniawi, yang sebagian besar adalah mengejek Sowon. Dia bahkan bersumpah dengan sangat serius bahwa Sowon diam-diam jatuh cinta padanya.

Myungsoo merasa bahwa dunia ini tidak bisa lebih aneh dari biasanya. Bahkan para gadis berusaha untuk mencuri wanitanya.

Setelah menyelesaikan ceritanya, Sooji bertanya pada Myungsoo tentang harinya. Isi pikiran Myungsoo telah terganggu oleh Sowon dan dia hanya memberikan jawaban setengah hati. Itu membuat Sooji merasa bahwa Myungsoo tidak ingin menghiburnya. Dia berkata,"Baiklah kalau begitu. Kau bisa tidur jika kau mau."

Myungsoo lalu berkata,"Biarkan aku menceritakan kisah pengantar tidur."

"Oh?"

Myungsoo menyalakan laptopnya dan mencari cerita pengantar tidur. Dia memilih satu cerita dengan santai dan mulai membacanya keras-keras.

Itu adalah cerita dongeng yang dibintangi oleh seekor babi kecil dan seekor katak kecil dan cocok untuk anak-anak berusia tiga hingga enam tahun. Setelah mendengarkannya sebentar, Sooji menggerutu,"Kim Myungsoo, apa kau ingin mepersulit tidurku?"

Myungsoo menyeringai. "Berhentilah menyela."

Myungsoo terus menceritakan kisah babi kecil dan katak kecil. Suaranya rendah dan tidak tergesa-gesa dan terdengar sangat lembut dan indah. Mendengar suara lembut itu di telinganya, tubuh Sooji mulai santai perlahan. Dia merasa suara itu melayang semakin jauh.

Tepat sebelum gadis itu tertidur, hanya ada satu pikiran yang tersisa di kepalanya: Kim Myungsoo memiliki suara yang sangat menyenangkan.

P.s: Hari ini post 2 part lagi 😉

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click