《LOVENEMIES [END]》52 - Kembalinya Kim Myungsoo

Advertisement

Setelah ujian akhir selesai, Bae Sooji dengan rajin beralih ke mode kompetisi.

"Kejuaraan Ascendance" adalah kejuaraan seluncur cepat jalur pendek yang diselenggarakan oleh Pusat Administrasi Olahraga Musim Dingin Seoul dan dinamai demikian karena mengikuti perusahaan produk olahraga bernama "Ascendance". Tingkat kompetisi ini tidak tinggi tapi karena hadiah uang yang ditawarkan cukup menarik, masih ada banyak peserta yang sangat terampil.

Sooji sudah mendaftar untuk kompetisi 500 meter dan 1000 meter tapi pada saat ini, fokusnya adalah kompetisi 500 meter.

"Harapanku untukmu tidak tinggi. Ada dua kompetisi, lanjutkan ke semi final untuk salah satu dari kompetisi itu," kata Kim Yoojin.

"Pelatih Kim, aku memiliki harapan yang sangat tinggi untuk diriku sendiri."

"Oh?"

"Tujuan setiap kontestan di arena adalah untuk menjadi juara." Sooji memasang tampang sok di wajahnya. Jika dia menatap cermin pada saat itu juga, dia akan menyadari bahwa ada kemungkinan dia dirasuki oleh Kim Myungsoo.

Kim Sowon kebetulan lewat dan mendengar perkataan Sooji. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memutar matanya. "Heh, si siput ingin mendapatkan peringkat pertama. Bermimpilah."

"Apa maksudmu dengan itu, Kim Sowon? Apa kau akan menggonggong seperti anjing jika aku mendapatkan peringkat pertama?"

Kim Sowon menegakkan lehernya dan menatapnya dengan dingin. "Apa kau akan menggonggong seperti anjing jika kau tidak mendapatkan peringkat pertama?"

Kim Yoojin merasa kepalanya sakit. "Hentikan, kalian berdua. Pertama siput, lalu anjing. Kalian berdua mengubah tim seluncur cepat kita menjadi kebun binatang."

Hari kepulangan Myungsoo ke Seoul adalah hari kompetisi Sooji. Dia berlari setelah turun dari pesawat. Roda-roda koper bawaannya yang malang hampir melayang dari tanah saat dia mendorongnya. Yang lebih menyedihkan dari pada koper itu adalah Kim Sunggyu. Meskipun tidak ingin mengejar Myungsoo, dia tidak punya pilihan lain selain melakukannya. Saat Sunggyu mengikuti dengan cermat angin yang tersisa di belakang Myungsoo, mereka berdua menjadi pasangan yang paling mencolok di bandara.

Setelah naik taksi dengan banyak kesulitan, Myungsoo memberikan alamat UNK sebagai tujuannya, Kejuaraan Ascendance diadakan di stadion es UNK. Kemudian, dia memohon pada sang supir berulang kali,"Pak, tolong cepatlah, terima kasih."

Supir itu kesal. "Berhentilah menyerbuku. Kenapa kalian para anak muda sangat tidak sabar — masalah besar apa yang sedang kalian hadapi?"

"Tuan, istrinya akan segera melahirkan. Tolong cepat," ujar Sunggyu.

Supir taksi itu memandangi mereka melalui kaca spionnya. "Apa kalian menganggapku bodoh? Kenapa kalian pergi ke sekolah jika istrinya akan melahirkan?"

Advertisement

"Dia melahirkan di rumah sakit sekolah."

"..."

Supir itu lalu menginjak gas dan mengeluh,"Anak-anak muda zaman sekarang terlalu luar biasa."

Berkat Sunggyu, sang supir mendiskusikan tentang bayi dengan Myungsoo sepanjang perjalanan. Ini menyebabkan Myungsoo benar-benar terdiam. Menjelang akhir, saat Myungsoo menutup matanya, dia bisa segera membayangkan Sooji dengan bayi yang menggemaskan di lengannya.

Pfft, dia tidak bisa menahan tawa.

Sunggyu diam-diam bergeser ke samping, menjauh dari dirinya.

Setelah mereka tiba di UNK, Myungsoo segera melompat turun dari mobil dan berlari, meninggalkan Sunggyu yang perlahan-lahan mengangkut barang bawaan mereka dan membayar ongkos taksi. Setelah melakukan itu, dengan satu koper raksasa di masing-masing tangannya, Sunggyu berdiri dalam angin dingin dan meratap sejenak sebelum berjalan dengan susah payah.

Di kursi pelatih, Yoojin mengamati para atlet di arena pemanasan saat dia mengobrol dengan orang-orang di sebelahnya. Dia menoleh dan saat pandangan matanya tertuju pada sosok Kim Myungsoo, wanita itu sangat terkejut. "Kenapa kau di sini?"

Myungsoo masih mengenakan pakaian olahraga berwarna putih dan biru dengan bendera Korea Selatan tercetak di sisi kiri dadanya. Bersimbah keringat karena berlari, pria itu bertanya pada Yoojin dengan suara terengah-engah,"Tahap kompetisi apa yang sedang berlangsung sekarang?"

"Semi final, Sooji masih di sana." Yoojin mendorong kepalanya ke arah arena.

"Hm, aku melihatnya." Myungsoo sudah melihat Sooji dari tadi. Dia sudah melambai pada gadis itu saat dia pertama kali datang, tapi gadis itu tidak melihatnya.

Myungsoo takut Sooji akan teralihkan perhatiannya dan pria itu tidak berusaha untuk menarik perhatiannya lagi. Dia memilih untuk mengawasinya diam-diam dari tribun pelatih.

Yoojin menyadari bahwa Myungsoo memiliki label bertuliskan staf yang tergantung di depan dadanya. Wanita itu tidak tahu dari mana Myungsoo mendapatkannya. Yoojin merasa bahwa Myungsoo adalah orang yang luar biasa. Meskipun dia memiliki kepribadian yang pendiam dan tidak terlalu mudah bergaul, banyak orang — mulai dari pelatih hingga atlet lain — sepertinya sangat menyukainya. Apa itu benar-benar karena penampilannya?

Melihat bagaimana garis pandang Myungsoo terus melacak sosok Sooji, Yoojin berkata,"Dia membuat kemajuan besar. Sejujurnya, aku cukup terkejut."

Myungsoo menoleh dan menjelaskan,"Dia mengatur latihan ekstra untuk dirinya sendiri setiap hari dan dia juga sangat ketat dengan dietnya."

"Pantas." Ekspresi kekaguman yang jarang muncul di wajah Yoojin tercetak.

Untuk beberapa alasan yang tidak bisa dijelaskan, Myungsoo merasakan gelombang kebanggaan.

Advertisement

Saat mereka berbicara, kompetisi dimulai di arena. Saat dia melihat Sooji masuk ke posisi yang tepat, Myungsoo tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Matanya juga melembut.

"Semangat, bodoh," gumamnya.

Perhatian semua orang ada di arena dan tidak ada yang memperhatikannya. Hanya Yoojin yang duduk di dekatnya mendengar kata-katanya. Dalam sekejap, wanita itu merinding dan menutupi lengannya.

Yoojin diam-diam bergeser ke samping.

Bang—

Pistol mulai meledak.

Sooji memulai dengan awal yang baik dan berada di posisi kedua. Namun, keempat kontestan yang lain juga sangat cepat dan tidak ada yang tertinggal. Jelas bahwa orang yang memimpin adalah kontestan yang paling berpengalaman. Ada banyak sekali saat dimana Sooji mencoba menyusulnya tapi dia gagal melakukannya. Pesaingnya itu tampaknya memiliki mata di belakang kepalanya dan tahu gerakan Sooji, yang memungkinkannya untuk menghalangi jalan Sooji.

Satu putaran, dua putaran, tiga putaran.

Lintasan untuk acara 500 meter itu hanya empat setengah putaran dan sudah berlalu dalam sekejap mata.

Hati Myungsoo perlahan menegang. Dia tidak pernah begitu gugup bahkan untuk kompetisinya sendiri.

Sebenarnya, itu mungkin bagi Sooji untuk melampaui kontestan lain dengan pindah ke jalur luar, tapi gadis itu tidak melakukannya. Melampaui seseorang di jalur luar berarti dia harus berseluncur dengan jarak yang lebih jauh. Dia bukan seseorang yang secara membabi buta melebih-lebihkan kemampuannya sendiri. Dengan melihat seberapa dekat balapan itu, dia berisiko jatuh ke tempat ketiga atau bahkan keempat jika dia pindah ke jalur luar dengan terburu-buru. Hanya dua kontestan pertama dari semifinal yang bisa maju ke tahap kompetisi berikutnya.

Meskipun Sooji tidak mengambil tindakan, kontestan di belakangnya tidak puas untuk menyerah pada nasib. Kontestan di tempat ketiga tiba-tiba mencoba memotong Sooji melalui jalur dalam. Sayangnya, dia salah menghitung tindakannya. Kontestan di tempat ketiga akhirnya terpeleset dan jatuh ke atas es.

Menuju Sooji.

Tanpa peringatan, Sooji merasakan benturan besar menabraknya, menyebabkannya terbang liar ke tepi lintasan. Seluruh tubuhnya berada di atas es dan dia tidak meluncur lama sebelum akhirnya pantatnya mengetuk papan plastik gelanggang es yang menimbulkan bunyi yang keras.

Sooji duduk di atas es dan menatap kebingungan.

Stadion es bergemuruh. Dua kontestan yang berhasil mencapai garis akhir melambai ke keluarga dan teman-teman mereka.

Sementara dirinya duduk di atas es.

Segalanya tampak tidak nyata.

"Maaf," kata seseorang tiba-tiba.

Tatapan Sooji fokus kembali dan dia melihat bahwa gadis itu adalah penyebab kecelakaan itu. Wajahnya dipenuhi rasa bersalah saat dia membungkuk, berniat untuk membantu Sooji berdiri.

Sooji melambaikan tangannya dan berdiri sendiri.

Itulah seluncur cepat jalur pendek. Gelanggang es selalu dipenuhi dengan ketidakpastian yang tak terhitung jumlahnya yang juga merupakan daya tariknya. Karena dia cukup berani untuk bersaing, dia juga harus cukup berani untuk menerima ini dan tidak menjadi pecundang. Inilah yang dia katakan pada dirinya sendiri di dalam hatinya.

Kemudian, dia menyelesaikan seluncur jarak pendek yang tersisa. Tanpa peduli untuk melihat hasilnya, dia menekankan tangannya ke pantatnya saat dia meluncur ke pintu keluar yang mengarah ke tribun. Dengan masih mengenakan pelindung seluncur, dia berjalan meninggalkan stadion.

Ketika dia melangkah keluar dari gelanggang es, Sooji melihat sosok yang tak terduga saat dia mengangkat kepalanya.

Orang itu mengenakan pakaian olahraga berwarna putih dan biru. Untuk sepotong pakaian dengan desain yang sederhana, pria itu benar-benar berhasil memakainya menjadi sesuatu yang memancarkan keanggunan dan kepercayaan dirinya.

Sudah cukup lama sejak terakhir kali Sooji melihat sosok itu.

Namun, memikirkan bagaimana pria itu melihat keadaannya yang memalukan sebelumnya, dia mulai merasa sangat tidak nyaman. Sooji menghindari tatapan mata pria itu dan tanpa memalingkan kepalanya, berjalan melewatinya dan berkata,"Dari mana saja kau?"

Myungsoo menarik gadis itu ke pelukannya.

Tertangkap lengah, Sooji tersentak ke dalam pelukannya. Dia baru saja akan mengutuk saat tiba-tiba Myungsoo menarik lengannya dan membungkusnya dalam pelukan.

Sooji kaget. Dia kini sepenuhnya terbungkus oleh pelukan dan diselimuti oleh aroma pria itu. Bau debu dan perjalanan yang melelahkan terasa sedikit asing dan juga sedikit akrab. Dengan bagaimana mereka berdua saling berdekatan, Sooji mencoba untuk bergerak menjauh.

Myungsoo menekankan telapak tangannya ke punggung Sooji. Seolah-olah sedang membujuk seorang anak, dia menepuk lembut dan menenangkannya dengan suara lembut,"Tidak apa-apa."

Sooji awalnya merasa bahwa dia juga baik-baik saja. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia adalah juara dengan semangat yang tidak bisa dipatahkan. Namun, sekarang, setelah Myungsoo berkata demikian padanya, dia merasa semuanya entah bagaimana tidak baik-baik saja. Banyak keluhan tiba-tiba muncul di perutnya. Hidungnya masam dan air matanya mengalir dengan deras.

Dia menutup matanya, dengan perlahan menempelkan wajahnya ke kemeja Myungsoo dan merasakan area itu basah.

Menyedihkan.

P.s: Hari ini posting 2 part lagi >

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click