《LOVENEMIES [END]》50 - Aku Menyukaimu
Advertisement
Perang dingin Bae Sooji dengan Oh Sehun berlangsung hingga hari terakhir kejuaraan seluncur provinsi.
Hari terakhir adalah final seluncur indah. Sooji duduk di sudut penonton. Dia mengenakan topi dan masker dan membungkus dirinya sendiri dengan lapisan jaket yang tebal, membuat gadis itu kini terlihat seperti pangsit.
Ada banyak penggemar seluncur indah di antara para penonton. Ketika mereka melihat Sehun muncul, mereka bertepuk tangan. Sehun pernah meraih emas di Kejuaraan Pemuda Tunggal Nasional. Meskipun dia tidak seterkenal beberapa atlet yang memang sudah terkenal, masih ada banyak orang yang mengikuti berita ini. Baru-baru ini, seseorang mengklaim telah membeli medali emas Oh Sehun di internet. Namun, orang-orang di internet tidak ada yang percaya dan menganggap itu adalah sepuluh lelucon terbaik tahun ini.
Wajah Sehun pucat dan dia tampak lelah. Ketika Sooji melihatnya seperti itu, dia mulai merasa bersalah. Mungkin dia seharusnya tidak melampiaskan kemarahannya pada Sehun. Lagi pula, itu bukan kesalahannya karena memiliki ibu yang berkemauan keras dan sombong. Sehun sendiri adalah korban, bukannya kaki tangan.
Pilihan lagu Sehun untuk seluncur bebasnya hari ini adalah musik jazz. Meskipun musiknya sensual dan terdengar memukau, Sehun mengeksekusi pertunjukannya dengan penuh kemurungan. Sooji bukan ahli musik tapi dia bisa merasakan bahwa Sehun tidak bahagia. Sooji merasa sangat kesal dan kewalahan hingga rasanya dia ingin bergegas turun dan meminta maaf pada pria itu.
Sooji masih merasa hancur karena hal itu saat tiba-tiba, sepatu Sehun tergelincir di atas es di akhir lompatan tiga Axel-nya. Pria itu jatuh tanpa terkendali.
Bruk —Sooji sepertinya mendengar bunyi keras tubuh manusia yang rapuh yang bersentuhan dengan permukaan es yang keras.
Sehun melompat berdiri.
Seluncur indah sama berbahayanya dengan cantiknya. Saat atlet mendarat di tengah-tengah putaran cepat, mereka harus menanggung dampak beberapa kali lipat dari berat mereka. Orang bisa membayangkan rasa sakit yang Sehun rasakan sekarang.
Meskipun demikian, tanpa ragu-ragu, Sehun segera berdiri dan terus berseluncur.
Sementara beberapa orang diam, ada lebih banyak orang yang bertepuk tangan.
Setelah kompetisi selesai, Sooji ingin menemui Sehun. Namun, Sooji melihatnya melambai pada ibunya. Gadis itu menghela napas, bangkit dan pergi.
Ketika Sooji kembali ke asramanya di malam hari, dia melihat Sehun berdiri di luar gedung asrama.
Mengenakan pakaian olahraga, pria itu kini menatap kosong ke angkasa saat dia berdiri di bawah lampu jalan. Seperti biasa, sosoknya tinggi dan ramping tapi sisi sampingnya tampak pucat.
Saat Sooji mendekat, Sehun berbalik dan mata mereka bertemu.
Setelah saling menatap selama beberapa saat, mereka berdua berbicara pada saat yang sama.
Advertisement
"Maafkan aku."
"Maafkan aku."
Sooji menggaruk kepalanya dengan tidak nyaman dan bertanya,"Kenapa kau meminta maaf?"
Sehun bingung sejenak. Dia berkata,"Aku minta maaf atas apa yang ibuku katakan padamu. Meskipun aku tidak yakin apa yang dia katakan. Bae Sooji, tolong jangan marah lagi."
"Tidak apa-apa." Sooji menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya, aku seharusnya tidak melampiaskan amarahku padamu. Ini salahku." Sooji merasa sedikit malu setelah meminta maaf. Dia mengalihkan pandangannya dari sosok Sehun ke padang rumput yang jauh dalam gelap.
Sehun memperhatikan wajah Sooji tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sekali lagi, keheningan jatuh di antara mereka.
Mereka tetap diam sampai Sooji ingat apa yang terjadi padanya sebelumnya. Dia membuka mulutnya dan bertanya,"Apa tubuhmu masih sakit?"
Sehun dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak lagi."
"Hm, tapi kau masih harus ke dokter. Jatuh saat berseluncur itu adalah hal yang wajar. Banyak atlet terkenal di dunia pernah jatuh sebelumnya, jangan memasukkannya ke dalam hati."
"Bae Sooji," Sehun tiba-tiba memanggil namanya.
"Hm?" Sooji mengembalikan tatapannya ke wajah Sehun. Dia merasa bahwa mata Sehun tampak bermasalah dan tidak sebersih dan selembut biasanya. Melihatnya seperti itu, Sooji merasakan kesedihan yang tak bisa dijelaskan.
Sehun bertanya pada Sooji,"Antara mimpi dan cintamu, jika kau hanya bisa memilih satu, apa yang akan kau pilih?"
Sooji membuka mulutnya dan tiba-tiba mengerti dilema dari pertanyaan yang dilontarkan Sehun. Gelombang ketidakbahagiaan muncul di hati gadis itu. Dia menatap mata Sehun dan dengan nada sedikit kecewa, dia bertanya,"Tidak bisakah kita memilih untuk memiliki keduanya?"
"Tidak."
Sooji memikirkannya dengan serius sejenak. Akhirnya, dia menghela napas berat. "Aku mungkin akan memilih mimpiku."
Saat Bae Sooji merevisi dengan Kim Myungsoo malam itu, dia terganggu dan terus menatap kosong ke langit-langit kamarnya.
Myungsoo berpikir bahwa gadis itu mungkin kelelahan dan berkata,"Pergilah tidur jika kau lelah."
Sooji tersentak dari lamunannya, menopang dagunya di tangannya dan menatap Myungsoo.
Myungsoo suka bagaimana gadis itu memperhatikannya dengan penuh perhatian seperti ini — seolah-olah hanya ada dirinya di mata Sooji.
"Kim Myungsoo, izinkan aku mengajukan pertanyaan," ujarnya.
"Tanya saja."
"Jika kau hanya bisa memilih satu antara mimpi dan cintamu, apa yang akan kau pilih?"
Myungsoo menyaksikan Sooji dengan mata menyipit dan bertanya,"Kenapa kau menanyakan ini?" Mungkinkah gadis itu ingin menyerahkan mimpinya untuk Sehun? Hm, bagus sekali.
Sooji mendesaknya untuk menjawab,"Cepat, katakan padaku apa yang akan kau pilih."
Advertisement
Myungsoo menggelengkan kepalanya setelah merenungkan pertanyaan itu sejenak. "Ini pertanyaan jebakan. Hanya ada satu jawaban yang benar yang terpaksa kau pilih. "
"Oh?"
"Resiko memilih satu adalah melepaskan yang lain, 'kan?"
Sooji mengangguk,"Ya."
"Jika kau menyerahkan cinta untuk mimpimu, kau akan mencapai mimpimu, tapi jika kau melepaskan mimpimu untuk cinta, kau akan berakhir dengan tidak memiliki apa-apa."
Sooji bingung. "Kenapa?"
"Karena jika kau melepaskan mimpimu demi cinta, kau akan berakhir dengan kehilangan mimpimu untuk cinta. Kau akan merasa bahwa kau sudah sangat menyerah demi orang ini. Semakin jauh kau dari mimpimu, semakin besar kebencianmu terhadap cintamu. Sedikit demi sedikit, kasih sayangmu pun akan hilang sampai tidak ada yang tersisa." Seperti seorang penipu profesional, Myungsoo memiliki wajah yang bijak. Setelah dia berkata seperti itu, dia menambahkan,"Percayalah, itu adalah sifat manusia."
Sooji merasa bahwa apa yang dikatakan Myungsoo sangat masuk akal. Dia menjadi lebih depresi dan bertanya pada Myungsoo,"Kim Myungsoo, apa kau punya mimpi?"
"Saat aku kecil, mimpiku adalah menindasmu."
Sooji terdiam. "Bisakah kau berhenti menyebutkan masa lalu? Bagaimana dengan sekarang? Apa mimpimu sekarang?"
"Mimpiku sekarang..." Cara Myungsoo mengatakan ini penuh dengan makna. Dia menunduk dan melengkungkan kedua sisi bibirnya. Dia tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mimpiku sekarang masih menindasmu.
Beberapa hari kemudian, Sehun akan pergi ke Daegu untuk berpartisipasi dalam Grand Prix Korea Selatan. Dia bertanya pada Sooji apa gadis itu bisa mengantar kepergiannya.
Sehun selalu berharap akan menerima perlakuan yang sama seperti Myungsoo dan terus berusaha untuk bersaing dengannya.
Sooji akhirnya mengantar Sehun ke bandara. Di sana, mereka berdua makan siang.
Mereka makan ramen daging sapi. Rasanya terlalu asin dan tidak enak sama sekali.
Lalu, beberapa hari yang akan datang, makanan itu akan menjadi salah satu yang terukir dalam ingatan Sehun. Asin hingga menyakitkan. Tapi tetap saja dia memakan makanan itu. Tapi, perlahan-lahan dia memakan semuanya dalam gigitan kecil, enggan untuk makan hingga selesai.
Setelah mereka selesai makan, mereka duduk saling berhadapan di meja dalam keheningan.
Keheningan sudah menjadi keharusan di antara mereka sejak beberapa waktu yang lalu. Sepertinya ada sesuatu yang benar-benar berubah tapi mereka berdua tidak mau menghadapi kenyataan ini.
Sehun tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya dan mendorongnya di depan Sooji.
"Apa ini?" tanya Sooji.
"Untukmu. Buka dan lihatlah."
Sooji membuka kotak itu dan menemukan bola dunia tembaga kuno di dalamnya. Bola dunia itu dibuat dengan indah dan dengan sapuan lembut dari jari-jarinya, bola itu mulai berputar lincah.
Sooji terus memutar bola dunia itu. "Sepertinya ini sudah tua."
"Hm, ini adalah hadiah ulang tahun kakekku untukku saat aku berusia lima tahun."
Sooji bingung. "Kenapa kau memberikannya padaku?"
Sehun menunduk dan tiba-tiba tersenyum pada pemikiran yang tidak diketahui gadis itu. "Sebenarnya, dari kecil sampai sekarang, mimpi terbesarku adalah berkeliling dunia. Aku ingin melakukan perjalanan ke setiap negara yang ada dan melihat sendiri bagaimana hidup orang-orang di seluruh dunia."
Sooji tertegun.
"Aku mulai belajar berseluncur saat usiaku enam tahun. Semua orang mengatakan bahwa aku adalah anak ajaib. Menjadi anak ajaib berarti kau tidak boleh gagal memenuhi harapan semua orang. Kau harus bekerja lebih keras dan berusaha lebih keras lagi. Energiku semua dituangkan ke dalam seluncur indah. Aku tidak punya kesempatan untuk keluar dan menjelajahi dunia sama sekali." Pada titik ini, Sehun menghela napas dan tersenyum pasrah. "Seluncur indah bukan mimpiku, tapi mimpi yang dimiliki banyak orang. Itu sebabnya aku akan bertahan."
Sooji merasakan gelombang kesedihan dan mencoba untuk menghiburnya. "Pasti akan ada peluang bagimu untuk melakukan perjalanan dunia di masa depan."
Sehun menunduk dan melihat jam yang ada di tangan kirinya. "Ayo pergi."
Sooji mengantar Sehun ke gerbang keamanan. Saat mereka akan berpisah, Sehun bertanya,"Bae Sooji, bisakah aku memelukmu?"
Sooji segera maju dan memeluk pria itu.
Sehun memeluknya dengan erat. Dia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, kehilangan dirinya sendiri dalam kehangatan itu.
"Bae Sooji," Sehun tiba-tiba memanggil namanya.
"Hm?"
"Aku..."
Aku menyukaimu.
Pada pandangan pertama. Pada pandangan kedua, aku menemukan diriku lebih menyukaimu.
Aku sudah melihatmu bahagia dan aku sudah melihatmu sedih. Aku sudah melihatmu sombong dan aku sudah melihatmu kecewa. Aku sudah melihatmu nakal dan aku sudah melihatmu sangat marah. Terlepas dari suasana hatimu, aku suka semuanya.
Aku sangat menyukaimu.
Dan sekarang aku harus menyerah padamu.
"Aku pergi." Sehun menarik napas dalam-dalam pada akhirnya, tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Hm. Semoga selamat sampai tujuan."
Sehun melepaskan pelukan gadis itu dan mengambil barang bawaannya. Dia berbalik dan berjalan menuju gerbang keamanan. Saat dia pergi, Sooji mendengar pria itu berbisik,"Maafkan aku."
Maaf, sudah menyerah.
Saat Sooji memperhatikan sosoknya yang pergi, mata Sooji memerah. Dia tiba-tiba memanggil,"Oh Sehun."
Tubuh Sehun diam.
"Kau tahu," Sooji mulai berbicara di belakangnya,"Orang lain akan membuat keputusan yang sama. Kau tidak perlu meminta maaf."
Sehun berbalik dan menatapnya. "Bae Sooji, apa kau merasakan sakit yang tajam di dadamu?"
"Aku..."
"Jika kau tidak merasakan dadamu sakit, itu artinya kau tidak pernah menyukaiku."
Sooji kaget.
"Bae Sooji, jangan mencoba membodohi dirimu sendiri."
Advertisement
It's Not Easy Making Money in the Apocalypse
Daniel lacked the ability to support his mother and big sister. When he finds a magical mirror that takes him to an apocalyptic and futuristic world, he finds a surviving culture that values resources over human life. Is this a opportunity for him to open up shop and become rich? For a chance at wealth, he must put his life on the line, or risk losing everything he loves. As seen on Whatsawhizzerwebnovels.com
8 173Earthen Journey
This story is about a man named John Breeze, a mountain man, a lover of earth, and hater of squirrels. His journey in a different world that is coomplete with different races, Gods, magic, and all kinds of stupid OP characters. Will he become one or will he just live in the mountains away from all the noise? This story should contain: Sex Language Comedy Puns magic/something like cultivatingish? Note: If you by chance have read my previous attempt at writing a story you will find some similarities.
8 120djinn's child
a young boy named Cazlid who wants to grow like his new father. Doran who has two goals to find his love, and help Cazlid grow an adventure for a new family to grow
8 111The Night Hunter
(Side Project closed. Thanks for reading.)Ghosts, demons, zombies, werewolves, vampires, gargoyles, and other creatures of the night exist. Save for a select few, most of humanity is ignorant of their existence and believe them to be creatures from myths and fairy tales.One boy in his late teens, while placing the trash bins on the street, meets a man who called himself a Night Hunter. As the man dies, the teen hears him say that he would have lived if his level were high enough. Willing or not, he became involved with a Night Hunter and ventured to a new reality and future.
8 246The Adventures of Rat Damon
12/20/2021: we're back to work! Rat Damon reflects on his life of adventuring, both before and after meeting Jack Jensen of earth. He recounts many of his experiences, both happy and sad. He regales you with the tales of power found and love lost. This is a side-adventure based on our The Other Guys series. Rat Damon makes an appearance in Heroes of Last Resort but is much more than a simple rat. What I will post here is going to be a lot rougher than Heroes as I am writing and posting as I go along, so my apologies go out to you in advance! However, I will revise as needed as we go along. As writing isn't my full-time gig, the posting of new material here will likely be a bit irregular and as far as what length this book will be, it remains to be seen. This was originally envisioned to be a 30-40k word novella but one never knows where the story will take me. Do not fret, book 2 in the series is well on its way, in fact much farther along than this novel(la?). We will see where Rat Damon takes, I guess! Thank you for reading and I hope you enjoy this as much as I had writing it.
8 78Remember Me
Takashi and Toryn met each other when they were five. Became best friends at ten. Were inseparable by time they were fifteen. Built an indestructible bond at twenty. And now at the age of twenty five, after twenty years of friendship, due to the slowly deteriorating memory Toryn has had since she was a baby, she will one day forget everything. Including the one thing Takashi told her the first time they met. "Don't forget about me." -Takashi MaxwellCover by: @lucida-
8 108