《LOVENEMIES [END]》48 - Kerinduan yang Samar
Advertisement
Bae Sooji bergegas ke tempat latihan setelah kembali dari bandara. Saat dia melangkah masuk, dia langsung melihat Kim Sowon dan beberapa lainnya mengobrol dan beristirahat di samping gelanggang es dan bukannya berlatih.
"Minggir. Minggir. Aku, Si Cepat di Atas Es, kembali lagi," ujar Sooji.
Mereka tidak mengerti kenapa gadis itu bisa sombong seperti itu. Saat Sowon melihat Sooji, Sowon memutar matanya terlebih dahulu sebelum akhirnya berkata,"Siput, ibumu ada di sini untuk menemuimu."
"Ah?" Sooji kaget.
"Dia ada di ruang tunggu." Dari awal hingga akhir pembicaraan mereka, Sowon berbicara dengan nada singkat. Sowon berbalik untuk melanjutkan pembicaraannya dengan yang lain.
Sooji tidak percaya bahwa ibunya sebenarnya bisa datang untuk mengunjunginya. Ibunya adalah seorang dokter anak yang sangat sibuk dengan pekerjaannya setiap hari. Ibunya bahkan mengabaikan pendidikan Sooji saat dia kecil dan Kepala Sekolah Bae adalah orang yang memainkan peran yang lebih besar dalam mendidiknya sebagai gantinya. Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah ibunya, setelah merenung beberapa saat, akhirnya ingat bahwa dia masih memiliki anak perempuan?
Wow!
Dia sangat tersentuh!
Sooji pergi ke ruang tunggu dengan penuh semangat. Dia mendorong pintu hingga terbuka dan bahkan sebelum dia melihat siapa pun, dia berteriak keras,"Bu, akhirnya kau di sini!"
Saat dia masuk dan melihat hanya ada seorang wanita di dalam, dia bingung. "Eh..." Ibunya tidak terlihat seperti ini.
Nyonya Oh bertanya-tanya akan seperti apa pertemuan pertamanya dengan Bae Sooji. Tidak peduli seberapa tidak hangat atau anehnya itu, itu tidak masalah baginya. Tidak mungkin pertemuan mereka berjalan dengan baik-baik. Tapi, dia tidak pernah menyangka bahwa gadis itu langsung memanggilnya "ibu" di pertemuan pertama mereka.
Tidak sepatutnya!
Wajah Nyonya Oh menegang, kedua sudut bibirnya mengecil. Ini membuat pipinya yang awalnya kendur menjadi lebih kencang, membuat wajahnya tampak sedikit masam. Kemarahannya membuat kulitnya tampak pucat dan wanita paruh baya itu kini tampak seperti hantu wanita yang sering muncul di televisi.
Sooji terkejut dengan penampilan wanita itu. Dia bisa memahami kemarahan orang asing itu saat cara Sooji berbicara dengan wanita itu menyiratkan bahwa dia sudah tua. Semua wanita pastilah memperhatikan usia mereka. Saat Sooji pergi bersama ibunya, dia juga harus menghibur ibunya dengan mengabaikan hati nuraninya dan berkata,"Lihat, semua orang berpikir bahwa kita adalah kakak beradik." Ayahnya, di sisi lain, sedikit lebih berterus terang. Suatu kali, setelah mendengar Sooji berkata demikian saat mereka bertiga sedang bertamasya, ayahnya membalas,"Lalu apa ini berarti 'ibumu' memiliki anak keduanya saat dia berusia lima puluh tahun?" Konsekuensi dari komentar ayahnya itu membuat pria itu dipukul oleh ibu Sooji sampai lengannya memerah.
Sooji mengenyahkan pikirannya dan segera membungkuk sedikit pada orang asing itu. "Maaf, kakak. Aku kira kau adalah orang lain."
"Siapa yang kau panggil dengan kakakmu?" Nyonya Oh menjadi lebih kesal.
Sooji merasa bahwa wanita itu masih sangat kesal. Dia meminta maaf lagi dan berbalik, berniat untuk keluar dari ruangan. Dia pikir ibunya pasti tidak bisa menunggu dengan sabar di ruang tunggu dan sudah meninggalkan ruangan itu.
Di belakangnya, wanita itu tiba-tiba memanggil namanya.
"Bae Sooji."
Terkejut, Sooji berbalik untuk menatapnya. "Bibi, bibi mengenalku?"
"Hm." Nyonya Oh sedikit mengangguk. "Aku datang ke sini khusus untuk menemuimu."
Sooji menepukkan tangan ke kepalanya, menyadari apa yang telah terjadi. Mustahil bagi ibunya untuk mengunjunginya. Orang yang disebut Sowon dalah wanita ini.
Ini semua adalah kesalahan Sowon. Bagaimana mungkin orang asing ini menjadi ibunya? Dasar bodoh!
Setelah memahami apa yang terjadi, dia bingung lagi. Sooji diam-diam memperhatikan wanita itu dan mengkonfirmasi bahwa wanita itu adalah seseorang yang tidak dikenalnya. Dia kemudian bertanya,"Bibi...?"
Nyonya Oh menatapnya dengan dingin. "Aku ibu Oh Sehun."
Sooji tahu dari mata Nyonya Oh bahwa wanita itu tidak datang dengan niat baik.
Advertisement
Pada akhirnya, Sooji tidak bisa melanjutkan latihannya dan mengikuti ibu Sehun ke kafe sebagai gantinya. Alasannya adalah bahwa wanita itu ingin mengobrol dengannya.
Obrolan yang seharusnya.
Kafe yang mereka kunjungi adalah kafe terdekat yang ada di sekitar kampus. Nyonya Oh memesan espresso tapi tidak menyentuhnya lagi setelah menyesapnya sedikit.
Sooji bisa mengetahui dari alis wanita itu yang sedikit terangkat bahwa kafe ini kemungkinan besar tidak memenuhi standar ibu Sehun.
Nyonya Oh mengusap mulutnya dan bertanya pada Sooji,"Apa kau tahu dimana aku pertama kali menemukan namamu?"
Sooji tidak tahu apa niat dari Nyonya Oh. Matanya menyipit dan dia bertanya,"Apa Sehun menyebutkan namaku?"
"Tidak." Nyonya Oh menggelengkan kepalanya. "Namamu ada di forum kampusmu."
Menyedihkan.
Semuanya kini tampak lebih jelas. Sooji merasa sangat bersalah dan dia menggerakkan ujung hidungnya tanpa sadar. Dia tersenyum dan berkata,"Bibi, bibi cukup paham teknologi. Orang tuaku bahkan tidak tahu cara menelusuri forum."
"Hm." Nyonya Oh memandang Sooji dengan bibir mengerucut.
Pandangannya tenang tapi tajam dan sepertinya wanita itu bisa melihat setiap pikiran Sooji.
Sooji merasa Ibu Sehun seperti dirasuki oleh cermin ajaib yang mampu mengungkapkan kejahatan. Bahkan jika itu benar, Sooji bukanlah orang jahat.
Sooji merasa sangat tidak nyaman. Dia menahan kekesalannya dan menjelaskan,"Bibi, aku tahu bibi mungkin sudah melihat omong kosong yang diunggah di forum. Bibi mungkin tidak percaya padaku tapi itu hanyalah rumor yang dibuat orang-orang. Semuanya dibuat-buat hanya berdasarkan foto."
Nyonya Oh sedikit mengangguk dan menjawab dengan gumaman lagi. Namun, wanita itu tidak percaya sepatah kata pun.
Melihat reaksinya, Sooji juga tidak berdaya. "Itu benar..." Sebenarnya, jika bukan karena wanita ini adalah ibu Oh Sehun, Sooji bahkan tidak akan memiliki kesabaran untuk duduk di sini dan menjelaskan masalah ini padanya. Dia merasa bahwa kepribadian mereka sangat tidak cocok dan duduk untuk mengobrol dengan ibu Sehun adalah pengalaman yang tidak menyenangkan.
Nyonya Oh juga tidak tertarik untuk berdebat tentang kebenarannya dengan Sooji. Itu tidak masalah baginya. Maka dari itu dia berkata,"Bae Sooji, aku tidak akan mengurus bagaimana kau harus bersikap atau berperilaku. Karena itu adalah urusan orang tuamu, bukan aku."
Ketika Sooji mendengar itu, ekspresinya menjadi suram dan dia langsung berdiri dengan berteriak. Pesan tersembunyi dari kata-kata itu jelas — ibu Sehun menyiratkan bahwa dia adalah anak liar yang tidak memiliki asuhan dan didikan yang benar. Apa dia benar-benar perlu berkata seperti itu? Bahkan sampai melibatkan orang tuanya?
Dia menatap Nyonya Oh dengan dingin. Jika itu bukan karena dia menghormati orang yang lebih tua darinya, dia akan membuat keributan yang lebih lagi.
Nyonya Oh adalah seseorang yang lebih tua. Dia tidak kehilangan ketenangannya dengan mudah dan dengan dingin bersandar di sofa. Dia melirik Sooji tanpa ekspresi sebelum melanjutkan,"Tapi aku akan ikut campur jika itu adalah sesuatu yang melibatkan putraku."
"Oh?" Sooji mengangkat salah satu sudut bibirnya dan mengangkat alisnya. "Bagaimana bibi berencana untuk ikut campur?"
"Sehun baru berusia tujuh belas tahun. Dia harus sepenuhnya fokus pada karirnya alih-alih menjalin hubungan. Dan juga..." Nyonya Oh menatap mata Sooji sebelum melanjutkan dengan nada dingin,"...dia anak yang sangat sederhana. Kalian berdua tidak cocok."
Mendengar bagaimana wanita itu mengkritiknya secara tidak langsung, Sooji tidak tahan lagi. Dia mengangguk dengan patuh dan setuju,"Hm. Memang, kami tidak cocok." Nyonya Oh sedikit terkejut dengan kata-katanya. Kemudian, Sooji melanjutkan,"Ibuku adalah orang yang berakal sehat, baik, murah hati dan terus terang dalam setiap tindakannya. Sedangkan ibu Oh Sehun..." Sooji mencibir dan mengangkat bahu. "Aku sebaiknya tidak menyebutkannya."
Nyonya Oh akhirnya terpancing oleh kata-kata Sooji. Dia mengerutkan kening dan berkata,"Kau sedikit berlidah tajam ya."
"Tapi, bibi." Berbeda dengan Nyonya Oh, Sooji masih berdiri. Dia membungkukkan tubuhnya sedikit dan menekankan satu tangan ke meja untuk menopang tubuhnya, menatap Nyonya Oh dengan tajam. Melihat Sooji seperti itu, Nyonya Oh memundurkan tubuhnya tanpa sadar.
Advertisement
Sooji melanjutkan,"Aku ingin membuat semuanya menjadi lebih jelas. Suatu hubungan melibatkan dua orang, bibi tidak bisa bertepuk tangan dengan satu tangan. Aku akan memberi bibi saran dengan itikad baik. Dari pada mencoba mengendalikan anak orang lain, lebih baik bibi berbicara dengan putra bibi sendiri."
Setelah berkata demikian, Sooji tidak lagi meliriknya. Dia menyampirkan tasnya ke bahunya dan pergi. Saat Sooji melewati meja kasir, dia menatap kasir dan menunjuk ke belakang. "Wanita itu yang akan membayar tagihan."
Pada akhirnya, Sooji sedikit menyesali apa yang dikatakannya. Dia merasa bahwa dia seharusnya tidak mengkritik seseorang seperti itu. Bagaimanapun juga, orang itu adalah ibu Sehun.
Tapi, dengan sifat wanita itu yang seperti itu, dia kembali memikirkan semuanya. Karena itu adalah sesuatu yang sudah dia lakukan, tidak ada gunanya menyesal. Apapun itu, hal itu sudah terjadi.
Meskipun begitu, suasana hatinya masih terpengaruh oleh insiden itu.
Kembali ke asramanya di malam hari, Sooji memutuskan untuk mengerjakan beberapa soal matematika. Ini sudah hampir akhir semester. Jika banyak mata kuliahnya yang gagal, dia tidak akan bisa menghadapi keluarganya. Dan juga, akan sulit baginya untuk meminta uang tunjangan hari raya selama Tahun Baru Seollal.
"Rajaku, apa kau benar-benar mengerjakan pekerjaan rumah? Atau aku hanya sedang berkhayal?" Jung Soojung berseru dari belakangnya.
"Ujian akhir segera tiba, selir kesayanganku. Aku tidak punya waktu untuk tidur semalaman," jawab Sooji. Dia perlu mempertahankan kondisi optimal untuk latihan. Kejuaraan Ascendance masih menunggunya.
Sooji akhirnya mengalami sendiri bagaimana rasanya menjadi Kim Myungsoo yang tangguh selama ini. Dia tidak bisa membayangkan berapa banyak energi dan upaya yang telah pria itu kerahkan untuk mempertahankan hasil terbaik dalam belajar dan juga hobinya.
"Tenang, Rajaku. Lihat nama panggilan baruku," kata Soojung.
Soojung telah mengganti nama penggunanya di KakaoTalk menjadi "Jung Soojung" yang artinya penipu buta yang bahagia. Setelah Sooji melihat ini, dia meletakkan ponsel di atas meja tanpa berkata-kata. "Sangat kreatif."
"Buatlah nama panggilan yang menarik untuk dirimu sendiri. Itu akan membuatmu merasa lebih baik dan memberimu motivasi yang kuat secara psikologis. Itu yang Kim Jongin ajarkan kepadaku."
Wajah Sooji berubah menjadi ekspresi tidak percaya. "Mengesampingkan pertanyaan apa klaim dari Jongin memiliki dasar ilmiah, tolong jelaskan padaku terlebih dahulu bagaimana 'penipu buta yang bahagia' menjadi nama panggilan yang baik?"
"Ku pikir ini hebat! Kalau aku tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu, aku akan mencoba menebak jawabannya secara membabi buta dan semoga saja jawabanku benar. Coba saja, Rajaku."
Sooji mencoba untuk menemukan homonim untuk namanya tetapi hanya "Bae Sooji" yang memiliki arti darah yang menetes yang keluar. Sial!
Pada akhirnya, Sooji diam-diam mengubah nama penggunanya menjadi "Pengambil Ujian Terbaik di Dunia".
Dia meletakkan ponselnya dan akan melanjutkan tugasnya saat undangan panggilan video Myungsoo masuk.
Sebelum menerima panggilan itu, Sooji menarik tirai meja di belakangnya untuk membuat area kecil yang didudukinya dari sisa ruangan.
Saat panggilan terhubung, wajah Myungsoo muncul di layar ponselnya. Pria itu tersenyum ke arah kamera sementara salju turun di sekelilingnya. Di bawah kilau salju putih, tatapannya yang cerah tampak memancarkan kehangatan yang bersih dan lembut.
Salju adalah hal yang sangat luar biasa. Meskipun benda berwarna putih itu sedingin es, benda itu mampu memberikan efek yang menghangatkan hati di mana pun.
Sooji mengedip padanya.
Myungsoo menarik syal tebal yang menutupi mulutnya sedikit, memperlihatkan lekuk indah bibirnya yang kini terenyum, menyerupai bulan sabit bercahaya di langit. Pria itu kemudian berkata,"Bodoh." Kabut putih tampak keluar dari mulutnya saat dia berbicara.
Sooji menyadari bahwa pria ini sedang menggunakan tongkat selfie. Myungsoo menjaga jarak yang tepat dari kamera yang membantu wajahnya tampak kecil dan tampan. Anjing yang sangat licik.
Sooji diam-diam meletakkan ponselnya di dudukan ponsel dan menggesernya ke atas mejanya. Kemudian, dia meletakkan kepalanya di atas meja dan menatapnya.
Bukan hanya pria itu yang tahu trik seperti itu.
"Anjing," jawab Sooji.
"Salju turun di sini," ujar Myungsoo.
"Aku tidak buta."
"Kau benar-benar belum pernah melihat salju sebanyak ini sebelumnya," Myungsoo membalas.
Sooji tidak bisa membantah perkataannya. Gadis itu dibesarkan di Selatan dan salju yang biasanya dia lihat sangat indah. Tapi, setiap kali, hanya sedikit salju yang akan turun. Salju itu juga akan meleleh dengan sangat cepat, menyerupai garam yang ditaburkan di atas piring saat memasak.
Baginya, kepingan salju sebesar bulu angsa adalah mitos yang hanya ada di buku.
"Biarkan aku memperluas penglihatanmu." Saat Myungsoo berbicara, dia memutar kamera untuk membiarkan Sooji melihat sendiri seberapa besar kepingan salju sebesar bulu angsa. Visual yang menakjubkan dari kepingan salju yang melayang perlahan ke tanah memenuhi layar. Jalanan juga tertutup salju. Dari satu ujung ke ujung yang lain, seolah-olah seluruh dunia kini ditutupi dengan warna putih. Diterangi oleh cahaya lampu jalanan yang menari, seluruh kota tertidur di bawah selimut putih yang bersih.
Selesai memperlihatkan jalanan, kameranya berputar lagi dan sebuah bangunan bergaya barat mulai terlihat. Di lautan salju, bangunan itu bersinar dalam keagungan emas.
"Apa itu?"
"Katedral Saint Sophia."
Setelah menunjukkan Katedral Saint Sophia untuk sementara waktu, Myungsoo memutar kameranya lagi agar menghadap tumpukan manisan haw. "Bukankah manisan ini terlihat enak?"
Sooji menyangga dagunya di satu tangan, menatap ponselnya tapi tidak berbicara.
Myungsoo melihat Sooji tampak memiliki sesuatu yang kini membebani pikirannya. Dia lalu bertanya,"Ada apa denganmu? Dalam suasana hati yang buruk?"
"Tidak..."
Myungsoo kembali berkata,"Biarkan aku menceritakan padamu cerita yang lucu untuk menghiburmu."
Sooji menduga Myungsoo akan menceritakan lelucon yang tidak lucu sama sekali. Namun, pria itu mulai menceritakan sebuah kisah. "Aku baru mendengar ini dari supir tim kami hari ini. Ini adalah sesuatu yang dia alami sendiri. Jadi, supir kami ini besar di Gunung Halla. Saat dia masih muda, keluarga mereka menjual kacang pinus untuk mencari nafkah... Apa kau tahu dari mana kacang pinus berasal? "
"Dari pohon pinus, tentu saja. Kim Myungsoo, apa kau menganggapku bodoh? "
"Oke, jangan menyela. Hutan pinus terletak di gunung. Saat kacang pinus itu tumbuh besar, pohon-pohonnya harus dijaga untuk mencegah agar mereka tidak dicuri..."
Untuk menjaga kacang pinus itu, para petani akan membangun gubuk di hutan pinus sebagai tempat tinggal mereka untuk menjaga pohon pinus baik siang maupun malam. Tahun itu, supir tim hoki es baru berusia tiga belas tahun. Suatu malam, dia mengikuti ayahnya ke gubuk kacang pinus untuk bersenang-senang dan mulai bermain kartu poker dengan yang lain untuk menghabiskan waktu. Saat mereka bermain bersama, ada seekor beruang hitam yang tergelincir dan jatuh di dekat gubuk. Beruang itu menabrak atap gubuk dan mendarat langsung di tungku.
Orang-orang yang ada disana terkejut dan dengan cepat berlari keluar. Beruang hitam itu juga terkejut dan ikut berlari keluar. Itu adalah tontonan yang menyenangkan dengan sedikit komedi.
Sooji memvisualisasikan gambar manusia dan beruang yang sedang berusaha melarikan diri dengan hiruk-pikuk dan tertawa sampai dia tergeletak di atas meja dan tidak bisa duduk dengan tegap.
Myungsoo menatap gadis itu dengan senyum di wajahnya. Meskipun mereka baru tidak bertemu selama satu hari, pria itu menyadari bahwa dia memiliki banyak hal yang ingin dia sampaikan pada gadis itu. Secara khusus, ada sesuatu yang sebenarnya ingin da katakan. Kata-kata itu baru akan keluar dari mulutnya saat tiba-tiba dia berubah pikiran. Dengan nada lembut, dia akhirnya hanya bertanya,"Merasa lebih baik?"
Sebelum Sooji bisa menjawab, panggilan mereka tiba-tiba terputus.
Myungsoo memandangi ponselnya dan melihat bahwa ponselnya mati secara otomatis. Dia sedikit terkejut. "Kenapa bateraiku cepat sekali habis?"
Di sampingnya, Kim Sunggyu menatapnya seperti bagaimana dia akan menatap orang bodoh. Dengan suhu minus 30 derajat Celcius, sudah cukup konyol bahwa kau menggunakan ponsel di jalanan terbuka di Busan. Mampu mempertahankan panggilan video begitu lama tanpa ponselmu mati sudah menjadi bukti bahwa Surga sudah tergerak oleh kisah cintamu!
Myungsoo menyimpan ponselnya dan memanggil Sunggyu. "Ayo kita kembali."
Mereka tidak diizinkan meninggalkan tim terlalu lama.
Myungsoo tinggal bersama Sunggyu di kamar yang sama di bawah akomodasi sementara yang diatur oleh tim hoki es. Saat dia kembali ke kamarnya, Myungsoo mengisi daya ponselnya dan mengirim pesan pada Sooji.
Ponselku kehabisan baterai tadi.
Oh.
Myungsoo menyadari bahwa nama pengguna Bae Sooji sudah berubah. Pengambil Ujian Terbaik Dunia? Apa-apaan?
Dia mencari foto kentang manis panggang di internet. Dia mengedit foto itu dengan menambahkan kata-kata di atas foto tersebut sebelum akhirnya mengirimkannya pada Sooji. Pria itu mengganti salah satu hangul dalam nama "Bae Sooji" dan membuatnya terdengar seperti "Koki Kentang Terbaik Dunia".
Dia tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan balasan dari gadis itu.
Kim Myungsoo, aku akan membunuhmu!
Myungsoo tertawa terbahak-bahak saat dia menundukkan kepalanya untuk melihat ponsel yang dipegangnya.
Advertisement
Chimera
A chimera slowly regains memories of its past life as a human in a nonmagical world. While he is in part James Borland, temp office worker who was on the verge of being converted to permanent, he is also a savage beast who gains strength by consuming flesh of various creatures. The more he remembers, the larger the effect his old persona has on his actions, which is often at odds with his instincts as a beast that seeks only to consume prey to become stronger. Updates: Chimera will updatetwo to three times each week. Disord server: https://discord.gg/WT4J9hg
8 167Re:Hammer - The Hammering
Sequel to the sort of liked Re:Hammer. Set in 40k universe, and generally on course. Personal changes are detailed in the Prologue because it's quite a bit. It's not really ended nor is it an attrocity like End Times, but I've got a few things to change. To note: Druchii arc (If this means nothing to you, go read Re:Hammer first) has been learned from and will be avoided. This is not to say there won't be any sex, but we will certainly try to keep it less crazy. Feedback is, as always, appreciated and worked with.
8 78Skyfall
A mysterious machine fell from the heavens and into this world of might and magic. Armed with weapons and destructive powers never seen before by the mortals of this realm, the fallen colossus decimated all that stood in its way. And without the guidance of its warden, the machine was left to its own vices. Will the machine destroy this newfound world or will it change this world anew? Only time will tell.
8 141BLOOD CURSE ACADEMIA
Blood is life and life is magic. At the age of six, Kizu was kidnapped and raised by a crone living deep in a tropical basin. Rescued ten years later, he returned to his negligent parents and former childhood life only to discover his older sister both disowned and missing. After his homecoming, his parents quickly signed him up for Wave Edge Academy. Three years behind every other student his age, he was placed as one of the worst students in the academy. To discover the answers about his blood sister, Kizu must climb the rankings. -New chapter every Thursday-
8 98Environmental Poems
A collection of poems about the environment.
8 156Bleached
Ichigo was tired. Fighting wars did that to one. A tale of loss and hopefully with a happy ending. inspired by Swinging Pendulum by cywscross (bless her soul) and with her permission. BAMF Ichigo. has been posted on FFN.NET. I assure you, this is the same person.
8 192