《LOVENEMIES [END]》45 - Diyakinkan dengan Tindakan
Advertisement
Setelah selesai makan malam dan kembali ke asramanya, Bae Sooji baru saja meletakkan barang-barangnya ketika Oh Sehun menelepon untuk menyuruhnya turun.
Sooji mengambil jaketnya dan turun. Sehun berdiri di bawah lampu jalan, setengah dari tubuhnya diterangi oleh cahaya dan setengah anggota tubuhnya yang lain berdiri di dalam kegelapan. Kontras terang dan gelap itu menampilkan sosoknya yang tinggi dan lurus. Di sekitarnya, orang-orang di jalan sedang mengobrol dan tertawa saat mereka melewati daerah itu. Melawan kebisingan duniawi, Sehun tampaknya sudah membuat dunianya sendiri.
Itu aneh. Sooji menggaruk kepalanya. Sehun jelas tidak terlihat seperti seseorang yang dingin dan tidak bisa didekati. Tapi, dia sesekali memberi kesan pada orang-orang bahwa dia adalah orang yang menyendiri. Apa itu karena sifatnya yang tertutup dan pendiam?
Saat Sooji berjalan, Sehun mengangkat kepalanya dan melihat gadis itu mendekat. Dia tersenyum pada Sooji. Saat dia tersenyum, lesung pipinya muncul samar-samar. Kesan penyendiri yang dia berikan langsung menghilang.
"Ada apa?" Sooji mengencangkan jaketnya dan bertanya.
Sehun ragu-ragu sejenak sebelum menjawab,"Bae Sooji, aku pikir Kim Myungsoo sedikit aneh."
"Oh, kupikir ada sesuatu yang besar terjadi. Dia memang aneh." Sooji mengangkat tangannya dan menunjuk ke pelipisnya. "Ada yang salah dengannya di sini."
Melihat bagaimana gadis itu mengatakan omong kosong itu dengan wajah yang datar, Sehun tidak bisa memastikan apa gadis itu sedang bercanda atau tidak. Jadi, dia bertanya,"Apa dia pernah jatuh dan menabrak kepalanya saat dia kecil?"
"Sepertinya tidak. Kenapa kau tiba-tiba menyebutkannya? Apa dia menindasmu?"
"Tidak. Tapi, caranya menatapku sangat aneh."
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu."
Sooji memegang dagunya saat dia mencoba menebak apa yang sedang Myungsoo pikirkan.
Sehun menyaksikan ekspresi Sooji. Dia mengerutkan bibirnya dan berkata," Sooji, apa kita tidak bisa tidak makan siang dengannya besok?"
"Oh?" Sooji menatap Sehun dengan rasa ingin tahu.
"Aku tidak ingin bergaul dengannya. Dan..." Sehun menunduk. Dia menghindari tatapan mata Sooji. Tatapannya mendarat di bayangannya di tanah. Dia berkata dengan lembut,"Aku juga tidak ingin melihatmu bergaul dengannya."
Melihat betapa pemalunya Sehun, Sooji merasa Sehun semakin menawan. Dia mengernyitkan bibirnya dan berkata,"Tentu, aku akan mengatakannya padanya."
Sooji juga merasa bahwa dia harus menjaga jarak dari Myungsoo. Bagaimanapun, mereka berbeda jenis kelamin. Tidak baik rasanya untuk selalu disalahpahami oleh orang lain. Dan juga, mungkin saja Myungsoo memiliki seseorang yang disukainya. Akan sangat mengerikan jika dia menghalangi pencarian cinta pria itu.
Menggunakan nada bijaksana dan profesional dari seorang manajer bisnis, Sooji mengirim pesan pada Myungsoo dan menyatakan keinginannya untuk menjaga jarak dengan mempertimbangkan kepentingan mereka. Dia juga menyebutkan bahwa dia tidak akan makan siang bersamanya besok dan seterusnya dan seterusnya.
Advertisement
Setelah mengirim pesan, dia tidak menerima balasan dari pria itu bahkan setelah beberapa saat.
Sooji sedang bersiap untuk mandi saat panggilan Myungsoo masuk.
"Turunlah." Pria itu hanya mengucapkan satu kata.
Setelah Myungsoo mengakhiri panggilannya, Sooji mengambil jaketnya, mengenakan sandalnya dan sekali lagi turun ke lantai bawah.
Lengan Myungsoo disilangkan saat dia bersandar pada lampu jalan. Dia berdiri dengan satu kaki di tanah dan yang lainnya menekan tiang listrik.
Fisik dan wajah Myungsoo terlalu luar biasa, setiap pose santai yang dia lakukan membuatnya seolah dia berasal dari komik. Gadis-gadis yang melewati gedung asrama tidak tahan untuk tidak mengintipnya. Bahkan ada seorang gadis yang menangkupkan pipinya dan berkata dengan lembut,"Dia terlalu seksi!"
Myungsoo menutup telinganya, tidak mempedulikan desahan kekaguman itu. Detik berikutnya, kepalanya tersentak.
Seolah-olah mereka memiliki pikiran yang sama, pada saat yang sama, Sooji keluar dari gedung asrama.
Diterangi oleh lampu jalan, ekspresi Myungsoo tampak suram melihat kemunculan Sooji yang tiba-tiba. Sooji menatap Myungsoo dan menghentikan langkahnya.
"Kemarilah," kata Myungsoo.
Sooji berjalan mendekat. Lengan Myungsoo masih bersilang. Myungsoo memperhatikannya dengan mata yang menyipit dari kepala hingga ujung kakinya. Sooji tidak suka perasaan ini. Tepatnya, dia tidak terbiasa dengan tatapan Myungsoo yang mengintimidasi seperti ini.
Tatapan Myungsoo berhenti di sandal kapasnya. Sandal abu-abu itu masing-masing bergambar kepala domba. Anak-anak domba itu memiliki tanduk yang memanjang ke samping dan mata juling yang merupakan hasil dari jahitan yang tidak benar. Mata anak domba itu kini tampak seperti bertemu dengan mata Myungsoo.
"Sepertinya kau benar-benar menyukai domba kecil," Myungsoo tiba-tiba berkomentar.
"Kim Myungsoo, kenapa kau mencariku?"
Myungsoo awalnya berencana untuk memarahi Sooji. Saat dia menerima pesan dari Sooji, dia merasa seperti telah dibuang oleh gadis itu. Myungsoo menyerbu keluar dari asramanya dengan marah, tetapi di depan angin malam musim dingin yang berhembus dengan keras, panas yang berapi-api yang dia rasakan perlahan-lahan menjadi dingin.
Ekspresi Myungsoo tampak dingin saat dia berkata,"Aku lupa memberitahumu sesuatu."
"Oh? Apa?"
"Pelatih Kim ingin aku mengingatkanmu bahwa kau tidak diizinkan untuk berkencan sebelum penampilanmu diterima."
"Ya, tentu saja." Sooji mengangguk.
Kim Myungsoo terkejut melihat betapa cepatnya gadis itu mengiyakan perkataannya. Pria itu berhenti sejenak dan berkata,"Lalu apa yang terjadi denganmu dan Sehun?"
Sooji sedikit malu. "Sehun masih terlalu muda. Aku perlu membesarkannya sampai dia sedikit lebih dewasa."
Mendengar perkataan Sooji, Myungsoo merasa dadanya sakit.
Myungsoo kembali ke asramanya, merenungkan masalah itu dengan kepala tenang dan mendapati bahwa sikap Sooji mencurigakan. Berdasarkan pemahamannya tentang Sooji, jika gadis itu memang ingin menjaga jarak darinya, dia pasti sudah sejak lama melakukannya. Saat sebelumnya, mereka masih makan malam bersama. Saat berikutnya, Sooji membalikkan badan padanya. Perubahan sikapnya yang tiba-tiba itu kemungkinan besar merupakan hasil dari mendengarkan omong kosong seseorang.
Advertisement
Orang itu kemungkinan besar adalah teman sekamarnya atau Oh Sehun.
Myungsoo terhenyak pada pemikirannya yang terakhir.
Keesokan harinya, Sehun dipojokkan di ruang ganti oleh Myungsoo.
Ada beberapa orang di ruangan itu. Dengan tongkat hoki es di tangannya, Myungsoo berjalan dengan impulsif ke ruang ganti para peseluncur, membuat semua orang kaget.
Mereka sedikit ketakutan.
Meskipun semua orang di sana adalah seorang atlet dan memiliki tubuh yang bagus, tapi Myungsoo memegang senjata. Dan yang lebih penting lagi, pria itu terlalu tinggi. Dibandingkan dengan sosok peseluncur yang biasanya memiliki ketinggian yang tidak terlalu menonjol, tubuh Myungsoo membuat mereka semua tampak kecil dan mungil. Ketika mereka berdiri di samping, mereka tampak seperti deretan anak kucing kecil.
Myungsoo mengarahkan tongkat hoki esnya pada Sehun. "Aku mencarinya. Yang lain boleh pergi. Terima kasih."
Dasar bajingan yang sopan.
Semua orang pergi dari ruangan. Khawatir, beberapa dari mereka pergi mencari pelatih.
Sehun berdiri di sana, tidak terpengaruh saat dia melihat Myungsoo. Dia bertanya,"Apa yang kau inginkan?"
Myungsoo menutup pintu ruang ganti dan dengan santai mendekati Sehun dengan tongkat hoki esnya. "Kaulah yang mengatakan omong kosong di depan Bae Sooji."
Dia menyatakan ini dengan percaya diri seolah-olah dia berada di tempat kejadian saat itu terjadi.
Sehun berkedip. Dia mengerutkan bibirnya tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia tidak mau mengakui atau menyangkal apa pun — dia tidak pandai berbohong, maka dari itu dia hanya bisa diam.
"Nanti sore ini," Myungsoo berbicara lagi, suaranya lebih terdengar seperti perintah,"katakan pada Sooji bahwa kau masih ingin makan siang bersamaku dan bergaul bersamaku."
Wajah Sehun tampak bingung. "Bagaimana kalau aku tidak mau?" Dia tidak mau melakukannya.
Mendengar kata-katanya, Myungsoo tiba-tiba mengangkat tongkat hoki esnya. Sehun melihat gerakan itu dan mundur selangkah secara tidak sadar. Dia meningkatkan penjagaannya dan mengamati Myungsoo.
Myungsoo hanya mengayunkan dan mengangkat tongkat hoki es ke bahunya dengan cara yang gagah. Dia berkomentar,"Jangan khawatir, aku tidak akan pernah melakukan kekerasan. Aku hanya meyakinkan orang-orang dengan tindakanku."
Sehun tidak juga melonggarkan penjagaannya karena kata-kata Myungsoo. Dia memperhatikan pria itu dengan tatapan dingin.
"Jika tidak," Myungsoo berbicara dengan sikap tenang,"Aku akan memberi tahu Sooji bahwa kita berkencan. Oh, benar, Sooji juga berhutang tiga permintaan padaku. Bahkan jika dia tidak percaya bahwa kita berkencan, aku bisa menyuruhnya untuk membiarkanku memilikimu."
Sehun tertegun mendengar ocehan Myungsoo. Dia tetap terdiam untuk waktu yang lama.
Myungsoo menyeringai ringan. "Kita bisa binasa bersama."
Senyumnya terlalu menjengkelkan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Sehun merasa ingin memukul seseorang.
Bang! Bang! Bang!
Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu dengan cepat.
"Oh Sehun? Kim Myungsoo? Apa kalian berdua di dalam? Buka pintunya." Itu adalah pelatih seluncur indah.
Myungsoo berjalan mendekat dan membuka pintu. Prihatin, sang pelatih memindai ruangan. Dia menghela napas lega setelah memastikan bahwa mereka berdua tidak bertengkar.
"Kami hanya mengobrol," kata Myungsoo pada pelatih. Setelah berkata demikian, dia melambaikan tangan pada mereka berdua dan berbalik untuk mengedipkan mata pada Sehun. "Sampai jumpa lagi."
Jika Myungsoo menatap cermin pada saat itu juga, dia akan menyadari bahwa caranya mengedipkan matanya persis seperti Sooji.
Setelah latihan selesai pada sore hari, kaki Sooji membawanya ke tempat latihan hoki es secara otomatis. Dia hampir tiba di pintu saat dia tiba-tiba ingat bahwa dia tidak makan siang dengan Myungsoo hari ini. Sooji akhirnya membalikkan badannya dan pergi untuk mencari Sehun sebagai gantinya.
Gadis itu tidak terbiasa dengan bagaimana kelompok mereka yang biasanya terdiri dari tiga orang kini sudah menyusut menjadi dua orang.
Sooji dan Sehun baru saja keluar dari sayap barat saat mereka secara kebetulan bertemu dengan Myungsoo di pintu masuk stadion es.
Myungsoo baru saja keluar dari tempat itu. Seperti biasa, tasnya digantung di satu bahu sementara kedua tangannya di sakunya. Kakinya yang panjang berjalan lambat dan santai saat pria itu melewati mereka. Myungsoo bahkan tidak memutar kepalanya.
Sooji mengucapkan salam tapi Myungsoo hanya mengangguk dengan tenang sebagai jawaban tanpa mengucapkan sepatah kata pun
"Pamer," gerutu Sooji.
Saat Myungsoo berjalan melewati mereka, langkahnya menjadi sedikit lebih lambat.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah...
Seperti seolah-olah dia akan pergi, Sehun menghentikannya. "Sunbae."
Myungsoo berhenti di tempatnya. Dia tersenyum. Tapi, sebelum dia memutar kepalanya untuk menatap kedua insan itu, senyumnya menghilang. "Ya?" tanyanya, seolah tak peduli.
Sooji juga bingung saat dia memandang Sehun.
Sehun bergumam pada Sooji,"Dia tampak menyedihkan di timnya. Dia tidak punya banyak teman..."
Tepat ketika kata-kata itu keluar dari mulutnya, beberapa rekan tim Myungsoo lewat. Satu demi satu, mereka menyapa Myungsoo dan menepuk pundaknya. Banyak teriakan "Myungsoo hyeong" yang nyaring terdengar dari mulut mereka.
Sooji menatap Sehun dalam diam.
Sehun sedikit malu tapi dia masih melanjutkan apa yang ingin dikatakannya. "Bagaimana kalau kita makan siang bersama dengannya?"
Sooji kembali menatap Sehun dengan kebingungan. "Bukankah kau yang tidak ingin makan bersama dengannya? Sekarang, kau ingin makan bersamanya lagi dengan alasan bahwa kau kasihan melihatnya? Teman, namamu sekarang adalah plim-plan," batin Sooji.
Advertisement
The Aligned Path
Within the world of Aebros a higher being sees creation inevitably move toward some form of destruction, and from this greater sight a grand plan begins to unfold. Manipulating the natural cycle the being provided Aebros' residents a chance to not only wield but also fight against destiny, and the remaining forces of duality. This is a project that is subject to changes, which I will keep you updated on. Cover picture is not mine.
8 158Elemental Sword
The Heavenly Continent is home to only two clans: The Berseker Clan and the Magician Clan. These two clans are are constantly at war, breaking apart the terrain and ruining the lives of commoners. Then, an ominous event occurs. The greatest talents of both Clans elope, and they have a child, the first with parents from two clans. Attempting to protect their child, the couple performs a Forbidden Technique, sealing the child within an energy cocoon and slowing the child's aging process by tenfold for one hundred years. These two talents also exchange their lives to transfer their innate talents to this one child. They leave one wish behind: for this child to unite the bersekers and magicians into one clan.One hundred years later, the energy surrounding the cocoon weakens and eventually fades, releasing this ten-year old child into the feuding world of berserkers and magicians.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Hey guys~ This is my first time writing a book ever! If possible, please leave some feedback and constructive criticism. I would love to hear your opinions! Thanks for reading!I will probably add chapters a once a week.
8 103ADAPT OR PERISH, steve harrington.
In this world, you have to adapt otherwise you will perish.STEVE H X FEM! READER© BOYSMEDIA 2019
8 95A Walk With The Prince
Trek along the red leaved trail and to foaming streams that seem to stretch to entirety with the lovely prince of darkness as you make way past foes big and small while also forming a loving connection towards him.
8 60The Abducted Princess & The Vengeful King
The intense love story of a young 16 years old Princess Seher & 29 years old Sultan Shazain.Seher saw all the preparations going around the palace."Sultan, what are all these preparations for?"Ujic"My Betrothed Ariana, Future queen of my kingdom is coming back"Tears filled her eyes"Then Who am I?"P" wh at! I was just being nice to you doesn't mean that you will be my Malika." "Why did you marry me then? please release me from this unwanted bond. Please let me go"Shazain looked at the innocent beauty standing in front of him with tears rolling down. His heart was bleeding looking at her tears. The thought of her going away from him made him restless. He was arrogant like always denying his feelings." Seher forget that you will escape from here, I know what will stop you from these irrational thoughts"She looked at him with questioning eyes." You will bear me child"
8 134You Broke Me First
"𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘪𝘨𝘯𝘰𝘳𝘦 𝘮𝘦? ""𝘍𝘪𝘯𝘦. ""𝘠𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘩𝘢𝘵𝘦 𝘮𝘦? ""𝘍𝘪𝘯𝘦. ""𝘠𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘤𝘢𝘭𝘭 𝘮𝘦 𝘢 𝘮𝘰𝘯𝘴𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘯𝘥 𝘴𝘢𝘺 𝘐'𝘮 𝘯𝘰𝘵 𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘦𝘯𝘰𝘶𝘨𝘩? ""𝘞𝘦𝘭𝘭 𝘩𝘰𝘸 𝘢𝘣𝘰𝘶𝘵 𝘐 𝘫𝘶𝘴𝘵 𝘱𝘳𝘰𝘷𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘳𝘰𝘯𝘨. "🔷🔹One day Izuku gets into a small argument with a friend, to which leads to something a little physical. Despite both parties coming out with nothing but a small scratch on their physical form, Izuku feels more mentally destroyed. Aizawa makes them apologize to one another but Izuku doesn't comply. So, he starts being targeted to which he starts being ridiculed, judged, and hated.🔹🔷How will everything turn out when members of the LOV take advantage of the situation and try to recruit the innocent little cinnamon and turn him into a not so innocent little 𝙎𝙞𝙣namon?👉(Midoriya isn't really cannon in this. There will be other ships besides dekubowl.)👈Started:8/26/2020
8 134