《LOVENEMIES [END]》44 - Sekumpulan Iblis

Advertisement

Meskipun Kim Myungsoo ingin mengutuk Bae Sooji jutaan kali di dalam hatinya, pria itu mempertahankan ekspresi angkuhnya. Dia bertanya,"Jadi... bagaimana kau berencana untuk membalasku?"

"Aku akan mengabulkan permintaanmu, sama seperti drama yang biasanya kita tonton di televisi. Permintaan apa pun bisa kuterima selama itu adalah sesuatu yang bisa kulakukan, tidak bertentangan dengan hukum dan juga masuk akal."

"Drama televisi biasanya mengabulkan tiga permintaan."

"Apa kau sedang melakukan tawar menawar denganku? Kim Myungsoo, kau menjadi semakin tidak tahu malu."

"Dulu aku tidak begini. Setelah aku bertemu denganmu..."

Bae Sooji menunjuk ke arahnya. "Aku akan membiarkanmu kali ini karena aku dalam suasana hati yang baik."

"Tiga permintaan."

"Baiklah, tiga permintaan. Katakan padaku, apa yang kau inginkan?"

Apa yang diinginkan Myungsoo bukanlah sesuatu yang bisa dia minta sekarang. Karena itu, dia mengatakan bahwa dia akan menyimpan permintaannya untuk saat ini. Setelah berkata demikian, dia melanjutkan,"Menyimpan uang di bank akan menghasilkan bunga."

Myungsoo membuat Sooji gila. Gadis itu mengangkat tangannya seolah-olah dia akan mencekik Myungsoo.

Myungsoo menyeringai sambil menjauhkan dirinya dari gadis itu. Meskipun pria itu bergerak ke samping, tapi payung yang dipegangnya tidak mengikutinya. Sebaliknya, pria itu miring ke arah yang berlawanan agar payung itu bisa melindungi Sooji sepenuhnya dari hujan. Tubuh Myungsoo sendiri terkena hujan saat dia menjaga jarak dari Sooji.

Melihat pria itu basah kuyup, Sooji segera menurunkan tangannya dan berkata,"Aku akan menyimpan pukulan ini untuk nanti. Oh benar, akan ada bunga juga."

Pada saat yang sama, Sooji berpikir bahwa dia masih cukup sopan.

Sembari berbagi payung yang sama, mereka menuju ke stadion es. Mereka berjalan kaki karena hujan membuat mereka sulit untuk bersepeda. Cuacanya cukup dingin. Karena Sooji hanya mengenakan pakaian yang tipis saat dia keluar, jari-jarinya membeku bahkan meskipun dia menyelipkan tangannya ke sakunya. Jadi, Sooji melipat kedua tangannya di sikunya. Dengan kedua telapak tangan menempel di lengannya, gadis itu merasa jauh lebih hangat.

"Bodoh," ujar Myungsoo tiba-tiba.

Sooji mengamuk. "Kim Myungsoo, kau benar-benar ingin kupukul hari ini ya? Baiklah, aku akan memuaskanmu sekarang."

Myungsoo tidak merasa terintimidasi. Dia melanjutkan,"Kenapa kau tidak memakai pakaian lapis sebelum meninggalkan asramamu?"

"Siapa yang tahu hari ini akan sangat dingin?" Sooji menggerutu.

Laporan cuaca hanya menyatakan suhu, bukan apa yang seharusnya dia kenakan.

Myungsoo mendorong payung kembali ke tangan Sooji. Dalam satu gerakan mulus, dia mengangkat jaketnya dan menyampirkannya di atas Kepala Bae Sooji.

"Gila!" Sooji menarik jaket Myungsoo ke bawah.

Myungsoo sangat senang melihat Sooji memberontak seperti ini. Gambaran Sooji yang muncul keluar dari jaketnya benar-benar sesuatu yang bisa dia perhatikan berulang kali dan Myungsoo yakin dia tidak akan pernah bosan.

Myungsoo pikir dirinya mungkin benar-benar mesum.

"Aku tidak membutuhkannya." Sooji mencoba mengembalikan jaket itu kembali padanya.

Myungsoo meraih payung, kali ini melingkarkan telapak tangannya di punggung tangan Sooji. Kedua tangan mereka saling menempel erat. Myungsoo membiarkan Sooji merasakan kehangatan tangannya. Lalu, dia berkata,"Aku lebih tidak membutuhkannya."

Sooji pergi ke ruang ganti setelah sampai di tempat latihan.

Ketika Sooji membuka pintu, dia bisa dengan jelas mendengar beberapa orang mengobrol. Tapi saat dia masuk, mereka semua terdiam.

Ada keheningan di dalam ruangan. Satu-satunya suara yang tersisa adalah suara langkah Sooji.

Sooji tahu apa yang mereka bicarakan.

Meskipun begitu, dia tetap berjalan dengan tegak, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia terus mengganti pakaiannya tanpa mempedulikan tatapan orang-orang disekitarnya.

Selain latihan biasa hari ini, ada juga latihan estafet. Itu karena tim seluncur cepat UNK akan bertarung untuk kejuaraan provinsi yang akan diadakan minggu depan.

"Tim seluncur cepat UNK" yang akan bertanding itu awalnya tidak termasuk Sooji.

Tapi, karena Sooji sudah berhasil masuk ke tim, akan ada beberapa perubahan pada line-up asli kompetisi estafet. Hari ini Pelatih Kim akan menguji berbagai kombinasi peseluncur untuk menentukan tim mana yang paling baik. Mereka lalu dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 1 kelompok terdiri dari beberapa orang. Sooji bisa melihat logika di balik metode latihan dari Pelatih Kim ini. Dia menggosok tangannya untuk mengantisipasi latihan ini. Tapi, ada seseorang yang tidak senang dengan metode ini.

Advertisement

"Pelatih, aku tidak ingin berada di tim yang sama dengan Bae Sooji."

Orang yang berbicara adalah Kim Sowon, seorang mahasiswi tahun ketiga. Dengan kulit cerah dan alis dan mata yang tampak tajam, penampilannya adalah penampilan yang paling disukai orang Barat untuk wajah orang Asia.

Wajahnya yang panjang membuatnya tampak angkuh. Pada kenyataannya, Sowon adalah seseorang yang sangat berterus terang.

Sowon adalah peseluncur terbaik di tim mereka dan dia juga dianggap sebagai pemimpin tidak resmi dari tim seluncur wanita.

"Kenapa?" tanya Kim Yoojin.

"Dia tidak berguna."

Yoojin tidak membenarkan atau pun menyangkal pernyataan itu. Dia memandang Sooji dan bertanya,"Bae Sooji, apa kau ingin mengatakan sesuatu?"

Sooji tahu bahwa dia harus tetap rendah hati karena penampilannya saat ini benar-benar terlalu lemah dibandingkan dengan anggota lain. Karena itu, dia hanya melirik Sowon dari sudut matanya dan bergumam,"Biar kuberitahu satu hal padamu — kura-kura bahkan bisa menang melawan kelinci."

Beberapa orang di tim tertawa mendengar kata-katanya.

Mendengar keributan itu, Pelatih Kim berujar,"Cukup. Semuanya, selesaikan apa yang seharusnya kalian lakukan."

"Pelatih Kim, jadi..." Sowon tidak bergerak satu inci pun dari posisinya.

"Lakukan seperti yang aku katakan," seru Pelatih Kim,"Atau bagaimana kalau kau yang menjadi pelatih?"

Setelah latihan selesai, semua orang dibagi menjadi berpasang-pasangan untuk memijat bahu pasangan mereka masing-masing untuk bersantai. Sooji dipasangkan dengan Sowon. Saat Sooji berbaring di lantai, Sowon dengan sengaja mengerahkan kekuatannya lalu...

"Ah!" Sooji menjerit.

Saat Yoojin melihat, Sowon langsung meringankan tekanannya tapi tidak lama karena setelah Yoojin memperhatikan anggota tim yang lain, dia kembali mengerahkan kekuatannya untuk menekan bahu Sooji.

Sooji terengah-engah dibuatnya. "Apakah aku boleh menanyakan sesuatu padamu? Kenapa kalian semua sepertinya tidak menyukaiku?"

"Kenapa menurutmu?" Nada bicara Sowon terdengar tidak ramah.

"Aku pikir aku cukup karismatik," jawab Sooji.

Sowon memutar matanya.

"Bukan karena aku lamban," Sooji menyuarakan pikiran Sowon sebelum gadis itu menjawabnya. Dia melanjutkan,"Biarkan kuberitahu padamu, meskipun penampilanku buruk saat ini, akan ada hari dimana aku akan melampaui kalian semua. Ketika saatnya tiba, kalian akan menjadi pesuruhku."

Sowon awalnya berencana untuk mengabaikannya. Namun, dia marah dengan kesombongan Sooji. Dia membalas dengan jijik,"Kau pikir kau siapa? Kau hanya masuk ke tim seluncur cepat karena Kim Myungsoo."

"Itu karena Kim Myungsoo memiliki mata yang tajam untuk melihat bakatku. Dari ini saja, dia jauh lebih baik dari pada kalian semua. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kalian sanggah. "

Sowon bisa mengambil pelajaran berharga dari Sooji hari ini: jangan pernah berdebat dengan orang yang tidak tahu malu. Dia akan menghajarmu tanpa rasa malu sementara kau tidak bisa melakukan hal yang sama.

Setelah Sowon selesai memijat Sooji, mereka berdua berganti posisi. Sooji menggosok tangannya dengan gembira. "Ayo, kemarilah, sayang!" serunya tak sabar.

Dengan kegembiraan seperti ini, bagi Sowon, Sooji terlihat sangat menakutkan.

Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Sooji hanya membalas kembali pada Sowon atas apa yang dia lakukan padanya. Tapi dari pandangan Sowon, ini adalah sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan. Dia tidak menyangka bahwa seorang pemula memiliki nyali untuk memperlakukannya seperti ini.

"Aku pikir kau sudah tidak ingin hidup lagi," kata Sowon.

"Aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana keajaiban diciptakan dari kekerasan."

Sowon rasanya ingin memalu Sooji sampai mati.

Setelah latihannya berakhir, Myungsoo dengan acuh tak acuh berjalan ke tempat latihan seluncur cepat untuk menemui Sooji.

Saat dia melangkah ke gedung, dia melihat Yoojin berdiri di dekat pintu masuk. Wanita itu tidak memperhatikan para atlet saat mereka melakukan latihan pemanasan dan malah asik melirik ponselnya.

Myungsoo berjalan mendekat dan menyapa,"Pelatih Kim."

Pelatih Kim mengangkat kepalanya. Melihat bahwa pria yang menyapanya adalah Myungsoo, dia bergumam,"Hm."

Advertisement

"Bagaimana dia?" Myungsoo bertanya, matanya tertuju ke arah Sooji.

"Cukup bagus," Yoojin mendengar pekikan Sowon dan mengangguk. "Dia memiliki penampilan terburuk tapi dia masih bisa bangkit dengan semangat naga dan keganasan harimau setiap hari. Jujur saja, tingkat energinya sangat fantastis."

Myungsoo menganalisis kata-kata wanita itu. Dia bertanya dengan ragu,"Pelatih sedang memujinya, 'kan?"

Hanya saja, menggunakan ungkapan "semangat naga dan keganasan harimau" untuk menggambarkan Sooji sedikit... unik. Pelajaran bahasa Pelatih Kim pasti juga diajarkan oleh guru olahraga.

Setelah terdiam beberapa saat, Pelatih Kim tiba-tiba berkata,"Aku tidak menyarankan kalian berdua untuk berkencan sekarang."

Wajah Myungsoo tampak bersemu merah. Dia langsung menundukkan kepalanya, menatap lantai. "Kami tidak sedang berkencan."

"Oh, benarkah? Baiklah, aku akan memperkenalkan putraku padanya besok."

"Tidak, tidak perlu." Myungsoo dengan cepat menghentikannya. Dia berdeham sebelum melanjutkan,"Itu hanya akan mengalihkan perhatiannya."

Pelatih Kim mengamati Sooji dengan tenang, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Setelah terdiam beberapa saat, dia tiba-tiba berbicara,"Sebenarnya, semua ini sulit bagi Sooji."

"Ya." Dengan suara rendah, Myungsoo setuju dengan kata-kata Yoojin.

Saat makan, Sooji bertemu Kim Jongin dan Jung Soojung.

Ini adalah suatu kebetulan, bukan pertemuan yang direncanakan.

Sejak Sooji kembali ke seluncur cepat, dia seolah-olah sedang berjuang di dalam sebuah pertarungan. Dia akan latihan tanpa henti dan sesekali juga akan membolos dari kelasnya. Karena itu, dia tidak lagi makan dengan Jongin dan Soojung dan sebagai gantinya, dia akan makan dengan Sehun dan Myungsoo. Bae Sooji masih bisa bertemu dengan Soojung di asrama mereka. Sedangkan dengan Jongin, mereka hanya bisa bertemu satu sama lain sesekali secara kebetulan seperti saat ini.

Kali ini, karena mereka ada lima orang – Bae Sooji, Kim Myungsoo, Oh Sehun, Kim Jongin dan Jung Soojung, mereka perlu menggabungkan dua meja untuk duduk bersama. Sooji, Jongin, Soojung dan Sehun duduk di satu meja sementara Myungsoo duduk di meja lainnya.

Myungsoo merasa sedikit tidak senang.

Wajah Jongin tampak sedih saat dia melihat Sooji. Seperti seorang permaisuri yang ditinggalkan oleh raja di istana, dia berujar,"Bos, kau sudah meninggalkan kami."

"Aku pergi untuk menaklukkan dunia," jawab Sooji seraya mengunyah makanannya. Entah kenapa gadis itu banyak makan belakangan ini. Soojung sedikit terpana memperhatikan gundukan nasi dan hidangan di depan Sooji.

"Oh," ucap Jongin setelah mendengar kata-kata Sooji. Dia lalu bertanya,"Jadi, seberapa banyak tanah yang sudah kau taklukkan?"

"Hm, aku, eh, baru saja menaklukkan orang sombong." Sooji sedikit malu. Dia menyeka hidungnya dengan jari.

"Kau benar-benar hebat, Bos."

Myungsoo sedikit terkesan dengan bagaimana Jongin selalu berhasil menemukan cara untuk memuji Sooji, tidak peduli apa pun yang gadis itu lakukan.

Tak lama, Soojung membungkuk dan berbisik ke telinga Sooji,"Rajaku, aku bertemu dengan orang mesum hari ini."

"Oh?" Sooji meliriknya dan menyendengkan telinganya. "Orang mesum seperti apa?"

"Orang yang suka memamerkan kemaluan mereka di depan umum."

Sooji sedikit panas setelah mendengarnya. Sooji paling benci dengan orang mesum yang menjijikkan seperti itu. Dia meletakkan sumpitnya di atas meja dengan kasar. "Sangat menjijikkan! Dimana kau melihatnya? Aku akan memukulinya!"

Soojung dengan cepat melambaikan tangannya. "Tidak apa-apa. Aku sudah menyuruhnya pulang dan menyuruhnya memastikan kemaluannya sedikit lebih besar sebelum memamerkannya di depan umum. Dia pergi dengan wajah yang merah," Soojung terkikik.

Sooji menggaruk kepalanya. Dia hampir lupa bahwa teman sekamarnya ini adalah seseorang yang takut pada kecoak tetapi bukan pada orang mesum.

Saat Soojung berbicara, volume suaranya tanpa sadar naik ke tingkat normal. Dengan demikian, baik Jongin dan Sehun bisa mendengar apa yang dikatakannya dengan jelas. Kedua wajah mereka sontak memerah.

Duduk di meja yang lain, Myungsoo cukup beruntung untuk melewatkan hal itu. Saat dia melihat wajah Sehun dan Jongin memerah, Myungsoo berpikir bahwa Sooji pasti mengatakan sesuatu yang mesum.

Dasar gadis itu!

Myungsoo menggigit dan menggertakkan giginya di sumpitnya, entah kenapa dia merasa kesal.

Setelah sibuk dengan makanannya selama beberapa saat, Sehun tiba-tiba teringat sesuatu. Dia mencari-cari sesuatu di tasnya, mengeluarkan beberapa tiket berwarna cerah dan membagikannya pada semua orang. Myungsoo berpikir bahwa pria itu kini tampak seperti seseorang yang sedang membagikan selebaran.

"Sunbae, apa kau mau?" Setelah membagikan tiket itu pada yang lain, Sehun memegang tiket yang tersisa dan memandang Myungsoo.

"Apa ini?" Myungsoo menerima tiket itu. Dia membaca kata-kata yang tercetak di tiket dengan keras. "'Stars on Ice'?"

"Hm."

"Stars on Ice" adalah sebuah variety show. Setiap minggu, acara itu akan mengundang berbagai selebriti untuk belajar dan berseluncur indah. Kombinasi dari industri hiburan dan seluncur indah diterima dengan cukup baik. Ini adalah sebuah acara yang sudah memiliki banyak penggemar.

"Stars on Ice" minggu itu akan difilmkan di stadion es UNK. Sehun diundang untuk tampil sebagai tamu dan tim produksi acara memberinya beberapa tiket.

"Selamat, bintang di atas es!" Sooji menyunggingkan senyumnya dan menundukkan kepalanya untuk memeriksa tiket yang dipegangnya. Dia merasa ada sesuatu yang salah setelah melihat tiketnya sebentar. "Kenapa tiket mereka berwarna hijau sedangkan punyaku berwarna kuning?"

Yang lain juga menyadari hal yang sama.

Sehun mengerutkan bibir dan menjelaskan,"Tiketmu tiket VIP."

"Oh."

Myungsoo juga menginginkan tiket kuning, bukan tiket hijau seperti yang dipegangnya. Dia benci warna hijau.

"Ada berapa tiket VIP yang kau punya?" tanya Myungsoo.

Sehun tidak menatap mata Myungsoo saat dia menjawab. "Satu."

Myungsoo hanya bergumam dan tidak memperpanjangnya. Dia sudah sering menerima tiket gratis. Biasanya, tiket seperti itu akan diberikan berpasangan. Mustahil bagi Sehun jika dia hanya menerima satu tiket VIP. Dia pasti memiliki setidaknya dua tiket yang sama.

Tentu saja, Myungsoo tidak berpikir bahwa Sehun akan menyerahkan tiket itu padanya.

Pada hari pertunjukan, kerumunan tampak antusias saat mereka melihat berbagai selebriti secara langsung. Beberapa orang bahkan membawa papan warna-warni yang secara terang-terangan menunjukkan siapa yang mereka idolakan. Duduk di bagian VIP, Sooji bisa membayangkan Myungsoo akan berdesak-desakan dengan para kerumunan sambil mencoba untuk melihat apa yang terjadi dengan sepasang teropong. Ck, ck, ck. Kasihan sekali.

Saat dia selesai membayangkannya, dia menoleh ke samping tanpa curiga dan berteriak kaget,"Ah!"

Myungsoo kini duduk di sampingnya sambil menyeringai.

Sooji tampak seperti melihat hantu. "Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

"Lewat dinding," jawabnya tanpa sedikit pun rasa malu.

"Kim Myungsoo, apa kau tidak bisa memiliki rasa malu barang sedikit saja?" Sooji bingung dan melanjutkan,"Bagaimana jika pemilik tiket yang asli datang?"

"Tidak akan ada orang yang datang."

"Apa maksudmu?"

Itu artinya bahwa meskipun Sehun tidak memberikan tiket pada Myungsoo, pria itu yakin bahwa Sehun juga tidak akan memberikan tiket itu pada orang lain.

Karena dia sudah berbohong sore itu.

Untuk mencegah kebohongan Sehun terungkap, menghancurkan tiket itu adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan.

Itu sebabnya Myungsoo berani duduk di sana dengan percaya diri.

Sebuah acara yang mengundang selebritas dan juga peseluncur es memang bisa menghasilkan banyak sensasi. Saat para penggemar menjerit kegirangan, Sooji bisa merasakan seluruh stadion bergetar dengan antusiasme mereka. Sehun dijadwalkan untuk tampil di akhir. Saat pria itu muncul, semua orang merasakan perbedaan yang jelas dari kehadirannya dibandingkan dengan para bintang tamu yang sebelumnya muncul.

Terkadang, kita bisa melihat hanya dari pose atau mata seseorang untuk menentukan apa orang itu seorang professional atau tidak.

Pakaian Sehun hari itu adalah ombré biru muda dan putih yang membuatnya tampak memantulkan awan putih di langit.

Saat dia tampil, tidak ada satu pun penggemar yang berteriak atau bersorak.

Tapi, saat Sehun mengakhiri penampilannya, tepuk tangan memenuhi stadion dan itu berlangsung cukup lama sebelum kehebohan itu berhenti.

Setelah pertunjukan selesai, Myungsoo berdiri dan bersiap untuk pergi. Dia menatap Sooji dan melihat bahwa gadis itu mengeluarkan buket bunga dari bawah kursinya.

Heh, dia bahkan membawa bunga.

Myungsoo mengikuti Sooji saat gadis itu pergi mencari Sehun. Sementara Sooji tidak memperhatikan, Myungsoo mengambil bunga dari tangannya.

Dia menyambar bunga itu dan lari.

"Orang gila, kembalikan!" Sooji berlari dan mengejarnya dari belakang.

Saat dia melarikan diri dengan bunga itu, Myungsoo kebetulan melihat Sehun berjalan keluar dari stadion es. Pria itu kini melihat ke arah mereka. Mengambil keuntungan dari kakinya yang panjang, Myungsoo berlari kencang seperti seekor anjing liar.

Dia mengulurkan bunga itu pada Sehun.

Sebenarnya, Sehun tidak mau menerimanya.

Tapi dia terlalu sopan untuk menolak niat baik Myungsoo. Akhirnya, dengan enggan, dia menerima bunga itu.

Sooji berdiri di hadapan mereka dengan napas yang terengah-engah. Melihat bunga itu sudah berada di tangan Sehun, tidak ada lagi yang bisa dia katakan. Dia bukan tipe orang yang mempermasalahkan hal-hal sepele seperti itu.

Dia memelototi Myungsoo dengan sinar pembunuh di matanya.

"Apa kalian ingin makan malam? Aku yang traktir," ujar Myungsoo tiba-tiba.

Sooji memandang Sehun. "Ayo pergi. Kita akan membuatnya bangkrut!"

Mereka lalu pergi ke tempat penjual makanan jalanan yang lezat.

Sambil makan malam, Kim Myungsoo memeriksa forum kampusnya. Dia melihat bahwa ada diskusi lain tentang mereka bertiga.

*Foto* *Foto*

*Pingsan* Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan mereka. Mereka sedang makan malam bersama. Apa mereka bertiga ditakdirkan untuk bersama?

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click