《LOVENEMIES [END]》31 - Tiga Serangkai
Advertisement
Sepanjang sore, Oh Sehun tidak konsentrasi saat latihan. Dia terganggu karena memikirkan beberapa hal dan tidak bisa berkonsentrasi.
Setelah latihan, dia menerima panggilan dari nomor yang tidak dikenal.
"Halo?"
"Hei, Oh Sehun. Ini aku, Bae Sooji."
Sehun tidak dapat menjelaskan kenapa begitu dia mendengar suara Sooji, hatinya terasa sakit. Dia menghembuskan napasnya perlahan. "Oh."
Suara Sooji sedikit malu. Dia berkata dengan lembut,"Sehun, bisakah kau membantuku?"
"Apa?"
"Ponselku ada di tangan Kim Myungsoo. Bisakah kau membantuku untuk mengambilnya? Aku tidak ingin bertemu dengannya."
Memikirkan kembali pesan yang diterimanya sore itu, Sehun akhirnya mengerti kenapa isi pesan itu sangat aneh. Jadi, Myungsoo yang mengirimnya? Semuanya kini terasa jelas.
Suasana hatinya langsung membaik.
"Tentu," jawabnya dengan nada tegas. Namun, dia ingat bagaimana Myungsoo tampak seperti seseorang yang sulit ditangani dan menambahkan,"Apa yang harus aku lakukan jika dia menolak untuk memberikan ponselmu padaku?"
"Eh? Jika dia menolak untuk memberikannya padamu, katakan padanya bahwa informasi pribadinya akan mulai muncul di selebaran iklan untuk mengobati ketidaksuburan dan penipuan sejenisnya. Lihat apa dia masih tidak akan memberikannya kepadamu setelah kau berkata begitu."
Sehun mengusap dahinya. "Baiklah."
Mereka berdua berbicara sebentar. Ketika mereka akan menutup telepon, Sehun tiba-tiba bertanya, "Nomor ponselku— apa kau menghafalnya?"
"Ya, itu bukan sesuatu yang sulit dilakukan."
Setiap tahun, kampus mereka akan menetapkan nomor ponsel untuk sejumlah siswa baru yang masuk. Siswa dari angkatan yang sama menerima angka yang mirip satu sama lain. Tujuh digit pertama nomor telepon Sooji dan Sehun sama, hanya empat digit terakhir yang berbeda dan menghafalnya tidaklah sulit.
Meskipun itu adalah hal yang sederhana, Sehun tetap saja senang.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Sooji, dia menuju ke arena hoki es untuk menemui Myungsoo. Myungsoo secara kebetulan baru saja mengakhiri latihannya dan berjalan keluar bersama beberapa orang lainnya. Anggota terpendek dari tim hoki es adalah lebih dari 1,8 m. Berdiri sendirian di depan mereka, sosok Sehun tampak mungil.
"Sunbae, aku di sini untuk membantu Sooji mengambil ponselnya." Sehun langsung mengatakan niatnya.
Dengan kedua tangan di sakunya, Myungsoo menatapnya dengan tenang. "Katakan padanya untuk datang sendiri."
"Kalau kau tidak memberikan ponselnya padaku, informasi pribadimu akan mulai muncul di selebaran iklan untuk mengobati ketidaksuburan dan penipuan sejenisnya."
Sehun berbicara dengan nada yang sangat datar sambil membuat ancaman aneh itu. Efeknya sangat mencengangkan dan rekan satu tim Myungsoo sontak tertawa, salah satu dari mereka bahkan mulai tertawa terbahak-bahak dan terus memegang bahu orang di sebelahnya.
Seseorang mengangkat ibu jarinya pada Sehun. "Kau punya nyali!"
Myungsoo tidak perlu memeras otaknya untuk mengetahui bahwa itu pasti ide Sooji. Dia benar-benar harus memuji gadis itu karena memiliki pikiran seperti jurang maut dari ide-ide buruk. Ini bisa dianggap sebagai bakat yang gadis itu miliki.
Advertisement
Selain itu, setiap kali Myungsoo bertemu dengan gadis itu, dia akan tertular dan tanpa daya berubah menjadi orang gila juga. Itu adalah bagian yang paling menakutkan.
Dengan ekspresi suram, dia mengambil ponsel Sooji dan menyerahkannya pada Sehun.
Saat Sehun mengambil ponsel itu, Myungsoo tiba-tiba mengangkat sudut bibirnya. "Pergi dan tanyakan padanya kenapa dia tidak berani mengambil ponselnya sendiri."
"Terima kasih, Sunbae." Ketika ponsel itu berada di tangan Sehun, Sehun langsung berbalik dan pergi.
Rekan tim Kim Myungsoo sedang bergosip tentang Sehun.
"Siapa itu?"
"Dia mahasiswa baru dari tim seluncur indah. Dia anak yang ajaib. Saat dia masuk ke kampus kita, dia sudah memiliki timnya sendiri."
"Itu luar biasa! Dibandingkan dengan Dewa Es, siapa yang lebih baik?"
"Jangan bodoh. Bagaimana kau bisa membandingkan apel dengan semangka? "
"Aku suka semangka."
"Aku suka kiwi."
Kim Myungsoo merasakan telinganya sakit karena keributan mereka.
Malam itu, Sooji tidak makan malam dengan Myungsoo. Mereka juga tidak belajar bersama.
Di tingkat kedua gedung perpustakaan, Myungsoo sedikit bosan setelah menyelesaikan tugasnya. Maka dari itu, dia mulai membalik-balik buku-buku di rak.
Ketika pria itu sedang asik melihat-lihat, dia melihat sebuah buku yang tampak tidak asing. Dia berpikir sejenak sebelum mengingat bahwa Sooji sudah membaca buku itu sebelumnya.
Buku itu adalah buku biografi seorang putri Dinasti Joseon. Sampulnya terlihat agak tidak berbahaya. Setelah membaca buku sebentar, wajahnya memanas. Dia bergumam,"Dasar gadis itu."
Pada malam hari, Sooji masuk ke mimpinya.
Kali ini, Myungsoo tidak melarikan diri. Kalau dia tidak melarikan diri, apa yang dia lakukan?
Dia tidak tahu, dia tidak bisa menjelaskannya dengan jelas. Dia hanya tahu bahwa gadis itu kini berada di sisinya. Dia bisa mencium aroma gadis itu dan kini dia diselimuti sepenuhnya oleh gadis itu. Sooji mendekat dan berbicara ke telinganya, tubuhnya berselisih dengan tubuh Myungsoo. Dan untuk tangan gadis itu – Apa yang tangannya lakukan? Myungsoo tidak tahu...
Mimpinya adalah serangkaian cerita yang kacau. Namun, apa yang dirasakan tubuhnya tampak begitu jelas sehingga rasanya tampak nyata. Entah kenapa, ia merasa berdebar.
Ketika dia bangun, Myungsoo membuka matanya dan menatap kosong ke langit-langit. Ia kini tampak linglung.
Hari sudah fajar. Namun, gordennya sudah ditarik. Ruangan itu redup dan teman-teman sekamarnya masih tidur. Mendengkur memenuhi ruangan. Nam Woohyun tampaknya memakan sesuatu dalam mimpinya dan memukul bibirnya di antara dengkurannya.
Tiga teman sekamarnya mengeluarkan suara seperti orkestra simfoni.
Myungsoo bergerak sedikit dan merasakan rasa dingin di bawahnya. Dia menutup matanya dan meletakkan tangannya di dahinya.
Kepalanya sakit.
Saat menghadiri pelajaran di pagi hari, Myungsoo menerima pemberitahuan transfer dari Sooji. Sooji memang meminta nomor rekening Myungsoo pada Manajer Lee sebelumnya.
Advertisement
Dia sudah mentransfer uang sebanyak 37.550 won ke nomor rekening Myungsoo.
Melihat nomor ini, Myungsoo mengerutkan alisnya.
Pemberitahuan pesan dari Sooji masuk.
Gunakan uang itu untuk membeli tulang, Anjing Es. Anggap uang itu sebagai hutangku padamu dari kehidupan masa laluku.
Aku hanya membodohimu.
Apa maksudmu?
Kukatakan padamu, aku hanya membodohimu. Kau tidak perlu memberikanku uang. Kirimkan aku nomor rekeningmu.
Sooji membalas pesan Myungsoo. Tak lama kemudian, Myungsoo mentransfer sejumlah uang kepada Sooji. Itu adalah bayaran yang seharusnya dia berikan pada Bae Sooji.
Sooji curiga bahwa ini adalah taktik Myungsoo yang lain. Dia ragu-ragu sejenak sebelum menyimpulkan dengan pasti bahwa seseorang tidak boleh terlalu rakus untuk keuntungan yang kecil. Ada terlalu banyak kisah peringatan di televisi yang menunjukkan bahwa orang-orang ditipu karena keserakahan.
Karena itu, dia tidak menerima sejumlah uang itu.
Kim Myungsoo, jangan pernah bertemu lagi di masa depan.
Kau masih malu?
Enyahlah.
Aku hanya ingin mencegah pertumpahan darah yang bisa terjadi kalau kita bertemu. Yang terbaik bagi kita adalah untuk tidak memiliki hubungan sampai hari kita mati.
Bagaimana dengan kompetisi menyanyinya?
Tinggal mundur saja.
Tidak mungkin. Aku tidak suka melakukan sesuatu secara setengah-setengah.
Akui saja bahwa kau ingin memainkan cello untukku. Baiklah, aku akan memberimu kesempatan lagi. Jika kau berani menipuku lagi, aku akan langsung menendangmu.
Ya, tentu saja. Siapa yang akan menipu siapa?
Dengan demikian, mereka berdua berkumpul bersama lagi saat makan siang.
Namun, ada orang lain bersama mereka: Oh Sehun.
Sooji merasa sedikit canggung melihat Myungsoo karena kejadian terakhir kali. Dia menunduk dan fokus pada makanannya, menolak untuk menatapnya.
Selain Sooji, Sehun juga asyik makan.
Dengan mereka berdua menundukkan kepala dalam keheningan, rasanya seperti mereka anak-anak sekolah dasar yang menyesali kesalahan mereka.
Myungsoo duduk di hadapan mereka. Matanya berkedip antara Sooji dan Sehun beberapa kali. Dengan suara yang sedikit introgatif, dia bertanya,"Apa maksudnya ini?"
Sooji tidak ingin melihat wajahnya atau bertemu mata dengan Myungsoo. Dia berbicara dengan kepala masih menunduk. "Maksudnya adalah Sehun akan menjadi penari latar belakang kita. Dengan tariannya, dia tidak akan kesulitan mengikuti gerakan dansa dari video yang sudah kuunduh. Ketika saatnya tiba, kau akan memainkan cello dengan dia menari dan aku akan bernyanyi. Jika seperti ini, kita pasti akan mempesona seluruh penonton. Begitu kita menang—"
"Kau akan mentraktirku permen karet?" Myungsoo memotong sebelum dia bisa mengatakannya.
"Ah?" Sooji akhirnya mengangkat kepalanya. Dia menatapnya dengan heran. "Kau hanya ingin permen karet? Aku awalnya berencana untuk membagi hadiah uangnya secara merata."
Mendengar ucapan Sooji, Myungsoo memutar kedua bola matanya.
Myungsoo tidak mengharapkan Sooji dan Sehun untuk bekerja bersama begitu cepat. Tapi, apa lagi yang bisa dia katakan? Kalau dia menentang keputusan mereka, mereka pasti akan memilih untuk mengusirnya.
Selanjutnya, mereka bertiga mengatur waktu mereka untuk berlatih. Baik Myungsoo maupun Sehun sangatlah sibuk. Seperti sebelumnya, mereka hanya bisa menggunakan waktu luang mereka tepat setelah makan siang untuk berlatih. Dua hari kemudian, Sooji berhasil memesan studio tari yang terletak di ruang bawah tanah.
Untuk menghemat waktu, mereka berencana untuk naik sepeda kesana. Hanya ada satu masalah: Sehun tidak tahu cara bersepeda.
Myungsoo lebih kuat dari Sooji. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk menjemput Sehun jatuh di tangannya.
Sungguh, dia merasa seperti ingin memukuli seseorang sekarang.
Sehun tidak hanya memiliki tarian yang baik, tapi juga fisik yang sangat baik. Dia belajar tarian dasar yang mereka pilih dari internet dengan cepat. Pada hari pertama latihan, dia sudah bisa menari seluruh tarian dari awal hingga akhir dengan lumayan lancar.
Myungsoo memainkan cello sementara Sehun menari. Sedangkan Sooji, dia berdiri di samping dan bernyanyi sambil memegang kotak pensil sebagai mikrofon.
"Kau adalah takdirku~ Kau~
Kau adalah takdirku~ Kau~
Kau adalah segalanya bagiku~
Jika aku hanya melihatmu, aku akan—"
(Terjemahan Indonesia dari My Destiny – Lyn)
Hanya ada satu pemikiran di benak Myungsoo saat ini: Bertahanlah, kami tetap bisa menang.
Sehun sedikit tersandung. Saat dia berhasil membenarkan posisinya, dia berbalik dan melirik Sooji.
Sooji tersenyum padanya.
Sehun mengerutkan bibir dan membalaskan senyumnya.
Tapi, senyumnya sedikit dipaksakan.
Melihat mereka bertukar pandang, Myungsoo mendengus. Dia tiba-tiba mengubah nada dan mulai memainkan "Everything".
Saat Sooji bernyanyi, gadis itu merasakan gelombang melankolis yang menghanyutkan dan berpikir bahwa dia harus memegang mangkuk di tangannya untuk mengumpulkan uang dari hasil nyanyiannya. Dia tiba-tiba berhenti dan menatap Myungsoo. "Hei, Kim Myungsoo, kau keluar dari kunci."
Myungsoo berpikir sarkastik,"Mengesankan sekali. Apa kau benar-benar tahu kuncinya?"
Tanpa mengedipkan mata, Myungsoo menjawab, "Maaf, aku salah ingat. Ayo lanjutkan."
Dan kemudian mereka kembali melanjutkan latihan mereka.
Setelah itu, setiap kali Sooji dan Sehun saling bertukar pandang, Myungsoo akan dengan sengaja beralih dari bermain "You're My Destiny" menjadi "Everything" sebagai metode pengalih perhatian yang sangat efektif.
Sooji sangat kesal. Dia meletakkan tangannya di pergelangan tangannya dan mondar-mandir di lantai dengan cemas. "Apa ada cara untuk meretas speaker? Kita akan menemukan instrumen cello dan memainkannya sebagai gantinya. Ketika saatnya tiba, berpura-puralah untuk memainkan cello-mu."
Myungsoo berkomentar,"Aku menyarankanmu untuk melakukan sinkronisasi bibir. Ketika saatnya tiba, berpura-pura saja menggerakkan bibirmu."
Di sampingnya, Sehun sedikit terkejut. "Apa ini artinya bahwa hanya aku yang akan benar-benar tampil?"
Advertisement
- In Serial46 Chapters
Marissa
"These things have a way of coming to life on their own, escaping the hands of their creator to become monsters of unintended effects." Determined to step beyond her small-town, Southern roots, Marissa Erinson leaves South Carolina to work at a university bookstore in prohibition-era St. Louis. A woman in a man's world and someone who sees past the surface appearance of her friends, Marissa's bravery and acts of kindness create a battle she had no intention of starting. A battle that could cost her life. IF YOU LIKE MARISSA, READ THE OTHER FINISHED BOOKS IN THE EPIPHANIES SERIES: AYLEE AND PIPER. OR COME READ THE COUNTERSIGN SERIES: NIGHTENGALE, [email protected], AND ALTAR EGO. THANKS. PLEASE REVIEW - I VALUE YOUR INPUT!
8 324 - In Serial35 Chapters
A guy reincarnated as a sloth and is too lazy to be a protagonist
Hey, so do you also love a Story about people getting isekai’d into another world into a body of a monster that can evolve? Yea, sucks that most of them are either Harems (honestly, at first I was like "weird flex but okay", but now every fucking story that looks like it could go somewhere just throws the MC a new love interest every 3 chapters or so), or idiots that trust the first human they see to not kill them. Also, is it just me, or do most of them evolve into a human-ish Form way too fast? I mean what is the point of a monster MC if the guy is practically just an overpowered human? Well, after like about 3 years I am kinda running out of good stories, so I'm gonna try to make one myself. It's probably gonna be pretty bad to be honest, but it has no harem so it is already better than 3/4 of novels out there. And I haven't even started yet! But to be serious now: The story is about a pretty lazy guy who reincarnates as a sloth....I haven't really planned more for now... well, good luck to me I guess. Also I am not sure if I want this to have blue screens yet... I mean they look pretty neat but personally I'm kind of sick of them. PS: If you wondered, no I am not the person that took the photo of a sloth with sunglasses...god, that dude must be living the Life...
8 217 - In Serial13 Chapters
The Final Test
Earth was overtaken by the Calumnia ten years ago and if it weren't for the alien Occisio race who saved the remnants of humanity, Indi's race would have gone extinct. Now, at the age of sixteen, Indi and the other surviving children are about to complete their training and return to Earth to kill the monster that destroyed their world and killed their parents. However, the children on the Occisio's spaceship have been dismissed one by one in training tests and only a few of them remain. Will Indi prove himself skilled enough to become a soldier? Or will he fail humanity as his parents did? This short story (in 13 parts) is a love letter to fans of Ender's Game and Maze Runner. (I may eventually turn this into a novel but for now, I hope you enjoy this 10,000 word story about hope and overcoming one's weakness.) [This story will appear on other websites as well, such as Wattpad and Royal Road.]
8 371 - In Serial15 Chapters
Mini-world- I'm the Primordial God
MC found a wonderful door during the eve of the spirit energy revival. This door connected him to an endless miniature world and he realized that the living creatures in this world were smaller than even ants. He could create an endless tempest with a breath, cause a torrential downpour with a sneeze, shatter city walls with a punch, and level mountains with a footstep. Themany dwarves revered him and regarded him as thecreator of their world. They prayed fervently to him and offered him sacrifices . "Ding Dong, your devout follower has sacrificed a world item, Book of Wisdom, to you. You have obtained the ability to know everything." "Ding Dong, your devout follower has sacrificed a world item, Gravity Ball, to you. You have obtained the ability to control boundless gravity." "Ding Dong, your devout follower has sacrificed a world item, Lightning God's Hammer, to you. You have obtained the almighty power of lightning." With the help of what he gained in the alternate dimension, MC obtained almighty power on Earth. He looked down on humanity and became an omnipotent God, to the fervent prayers of millions of followers! Chinese edition!!! Legendary grammar, god save them Braincell
8 67 - In Serial22 Chapters
The Kitten Who Conquered an Empire
Kumon, A japanese high school girl died saving three kittens from being drown after being thrown in a plastic bag and reincarnated by the God with three wishes to fulfill her desire. Follow the journey of a reincarnated kitten and how she conquered an Empire while pursuing her wish to sleep peacefully.
8 183 - In Serial21 Chapters
Pain Of Hatred [ COMPLETE ]
မင်းကိုရက်စက်ယုတ်မာခဲ့တဲ့ငါကမှားတယ်ဆိုရင်ငါ့ကိုအမှန်သိအောင်မရှင်းပြခဲ့တဲ့လူတေလဲမှားနေတာပဲလေပြင်ဆင်ခွင့်မရှိတော့အောင်မှားခဲ့ပီးမှသိခဲ့ရတာတရားလား#Jeon Jungkookကိုကို ကိုယ်တိုင်ကမသိလို့မှားခဲ့တာပဲTaeခွင့်လွှတ်ပါတယ်ဒါမဲ့အဆိုးဆုံးဆိုတဲ့နာကျင်မှုတေပဲပေးခဲ့တာမို့စိတ်ဆိုးမိတယ်နောင်ဘဝသာရှိမယ်ဆိုရင်ကိုကို့အမှားတေကိုပြင်ဆင်မယ်လို့Taeမျှော်လင့်ပါတယ် မောင်#Kim Taehyungအမုန်းဆိုတဲ့အရာကမုန်းနေတဲ့သူရောအမုန်းခံရတဲ့သူရောနာကျင်ရတာမျိုးလေ
8 100

