《LOVENEMIES [END]》28 - Orang Tua Kedua
Advertisement
Oh Sehun sebelumnya berjanji untuk mentraktir Bae Sooji. Karena itu, pria itu menelponnya. Sooji menipu Kim Myungsoo untuk pergi ke Sky Yard sebelum dia menuju ke restoran makanan laut – di tempat biasa orang-orang menjual makanan jalanan – dengan Sehun untuk makan lobster dan tiram.
Saat memesan hidangan, Sooji memesan sekaleng kola. Sehun tidak bisa minum minuman berkarbonasi dan memutuskan untuk memesan susu pisang.
Sehun duduk di seberangnya dan memperhatikan gerakannya. Kepalanya sedikit miring ke samping.
Sooji geli. Dia dengan santai melambaikan kaleng kola yang ada di tangannya dan bertanya,"Jangan bilang kau belum pernah mencoba kola sebelumnya?"
Sehun menggelengkan kepalanya.
"Bahkan tidak sekali pun?"
"Mm."
Seolah-olah sedang melihat alien, Sooji menatapnya dengan ekspresi ragu-ragu di wajahnya.
Ekspresinya terlalu berlebihan. Ditatap oleh Sooji seperti ini, Sehun dengan sadar mengerutkan bibirnya dan menjelaskan,"Aku tidak diizinkan untuk minum minuman berperisa."
"Aku tahu. Aku pernah menjadi atlet sebelumnya. Pelatihku juga melarangku meminum ini. Tapi aku masih akan meminumnya sesekali saja." Saat Sooji mengatakan ini, dia hampir meneguk kola. Namun, melihat bagaimana Sehun menatapnya dengan sedih, dia berhenti dan bertanya sambil tersenyum,"Hei, apa kau ingin mencoba ini?"
Sehun menggelengkan kepalanya.
"Secukupnya saja. Meminum satu tegukan saja tidak masalah." Sooji mengambil gelas dan menuangkan kola sekitar dua hingga tiga sentimeter sebelum memberikannya pada Sehun.
Sooji terkikik saat menatap Sehun. Sehun merasa sedikit goyah.
Setelah sedikit ragu, Sehun akhirnya mencengkeram gelas tersebut dan menyesapnya.
Rasanya sangat aneh. Rasanya seperti obat, tetapi jauh lebih menyegarkan dan lezat. Ketika pria itu minum, gelembung-gelembung soda belum selesai berdesis. Cairan dingin itu memenuhi kehangatan mulutnya dan mulai mendesis dengan kuat. Rasanya seperti ada banyak bintang kecil menari-nari di mulutnya.
Setelah bintang-bintang kecil itu berhenti menari, Sehun menelan kola dan menjilat bibirnya. Merasa sedikit tidak puas, dia mengangkat gelasnya dan ingin meminumnya lagi.
Sooji dengan cepat mengambil gelas itu. "Hei, hei, satu tegukan sudah cukup. Bagaimana jika kau kecanduan? Aku tidak ingin menyesatkan anak kecil."
"Aku bukan anak kecil."
"Baiklah. Kau bukan anak kecil. Kau adalah seorang bayi yang menggemaskan."
Sehun terdiam beberapa saat mendengar ucapan Sooji. Entah kenapa, ia tidak suka dipanggil anak kecil apa lagi seorang bayi oleh gadis itu. Sepenuhnya mengabaikan ekspresi Sehun, Sooji mengambil gelas itu kembali. Di dalam gelas, masih ada beberapa kola di dalamnya. Sooji merasa sayang sekali jika dia harus membuangnya. Maka dari itu, dia menuangkan sisa kola ke dalam kalengnya.
Hal itu tidak mudah. Sooji menumpahkannya sedikit saat dia melakukan itu.
Setelah melihat apa yang telah Sooji lakukan, Sehun merasa pipinya memanas, entah kenapa.
Advertisement
Tak lama kemudian, lobster bawang putih cincang dan tiram panggang disajikan. Mereka berdua mengobrol saat makan.
Sehun bertanya pada Sooji,"Kau bilang kau adalah seorang atlet dulu. Olahraga apa yang kau tekuni?"
"Seluncur cepat."
Sehun tidak bertanya kenapa gadis itu berhenti. Perjalanan seorang atlet memang sangat sulit dan dia sudah melihat terlalu banyak orang yang menyerah di tengah jalan.
Sang koki sudah mengendalikan panas dengan baik saat memasak lobster. Daging lobster itu manis dan empuk. Ditemani oleh bawang putih yang harum, itu membuat Sooji mengorek makanannya dengan senang. Melihat cara gadis itu makan, senyum tersungging di bibir Sehun. Tiba-tiba, dia bertanya,"Apa kau pernah berpikir untuk mencoba seluncur indah? Aku pikir tubuhmu sangat bagus dan kau memiliki keseimbangan yang besar."
Sikap Sehun kini terlihat seperti seorang tenaga penjualan yang merekomendasikan Sooji sebuah produk. Sooji sengaja menggodanya. "Kenapa kita berdua tidak mencoba seluncur secara berpasangan?"
"Ah?"
Sooji memegang dagunya. "Ah, tapi aku tidak yakin apa kau bisa mengangkatku dengan tubuh kecilmu."
"Aku bisa melakukannya."
Sooji meliriknya. Dari mata Sehun yang bersinar, jelas sekali bahwa pria itu menjawab pertanyaan itu dengan sungguh-sungguh. Sooji tertawa terbahak-bahak. "Jangan percaya dengan semua yang kau dengar, bodoh. Jika aku bisa melakukan seluncur indah, aku pasti sudah melakukannya. Saat itu, pelatihku merasa bahwa aku tidak memiliki bakat artistik sama sekali. Itu sebabnya dia merekomendasikanku untuk melakukan seluncur cepat sebagai gantinya." Sooji bisa mengingat bahwa di saat yang sama, pelatih merekomendasikan Kim Myungsoo untuk bermain hoki es. Pelatih itu bingung untuk waktu yang sangat lama. Itu karena Myungsoo cukup pandai memainkan hoki dan dia jelas tidak kekurangan bakat artistik.
Hanya saja, setelah bertemu dengan Kim Myungsoo lagi dan melihat bagaimana bajingan itu tumbuh dengan sangat tinggi, Sooji menyadari bahwa keputusan pelatihnya tepat. Melakukan seluncur indah pada ketinggian seperti itu akan sangat sulit dan dia mungkin akan lebih sering jatuh karenanya.
Sooji baru saja memikirkan Kim Myungsoo ketika tiba-tiba, seolah-olah Sooji mendengar suara pria itu, pria itu tiba-tiba meneleponnya.
Sooji mengerutkan alisnya dan segera menolak panggilan Myungsoo.
Pria itu meneleponnya lagi.
Sehun melihat bahwa ID penelepon yang ditampilkan oleh ponsel Sooji adalah "Anjing Es" dan menebak bahwa itu adalah Kim Myungsoo.
Setelah menolak panggilan Myungsoo sebanyak tiga kali, Sooji memutuskan untuk mematikan ponselnya. Sehun melihat ekspresinya yang kesal, ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya,"Bukankah kemarin kau bilang bahwa kau sudah berhenti bekerja untuknya?"
"Itu sebelumnya." Sooji memegang dahinya, jengkel. "Aku pasti adalah seorang tukang daging babi di masa lalu."
"Maksudmu dia babi?"
"Tidak, dia adalah seekor anjing. Ketika aku menjual daging babi, dia akan berjongkok di samping kiosku dan menatapku dengan tatapan memelas, menungguku untuk melemparkan tulang padanya. Tapi aku tidak pernah melakukannya. Karena permusuhan ini dalam kehidupan masa lalu kami, dia bertekad untuk membalas dendam padaku di kehidupan ini."
Advertisement
Ini adalah pertama kalinya Sehun mendengar seseorang menggambarkan hubungan mereka dengan musuh mereka sedemikian... unik dan jelas.
Melihat betapa kesulitannya Sooji, Sehun tidak bisa menahan perasaan cemas. "Ada apa?"
"Aku tidak bisa membebaskan diri dari bajingan itu. Singkatnya, aku berhutang uang padanya dan itu juga bukan jumlah yang kecil. Itu bukan hutang yang bisa kuhapus dengan cepat."
"Berapa banyak hutangmu padanya?"
"30.000 lebih." Memikirkan hal ini, Sooji tiba-tiba tersenyum. "Tapi jangan khawatir, aku sudah memikirkan solusi untuk memperbaikinya."
"Solusi apa?"
Dia menyipitkan matanya dan berkata,"Pertama, aku akan menipunya dan membawanya ke sebuah ruangan dan mengunci pintu. Lalu, aku akan membuka pakaianku dan—"
Sehun sedang minum susu pisang. Setelah mendengar ini, dia tersedak karena syok. Dia mulai batuk-batuk, seluruh wajahnya memerah.
Sooji menyerahkan beberapa helai tisu padanya, lalu melanjutkan,"Aku belum selesai menjelaskan. Aku tidak akan melakukan apa pun padanya. Jangan biarkan imajinasimu menjadi liar. Maksudku, aku akan mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia sudah melecehkanku. Apa kau pikir aku masih tidak bisa meyakinkannya?"
Sehun berpikir, apa Kim Myungsoo bisa diyakinkan atau tidak, dia tidak tahu. Tapi Sehun tahu bahwa dirinya bisa diyakinkan.
"Jangan lakukan itu. Itu ide yang buruk. '' Sehun menyeka mulutnya dan mengambil napas kembali.
Sooji menggosok dagunya. "Aku pikir itu ide yang cukup bagus."
"Tidak mungkin, kau seorang gadis. Dan juga..." Sehun terdiam. Ia merasa ragu apakah dia harus melanjutkan ucapannya atau tidak.
Sooji menyelidiki dengan rasa ingin tahu,"Dan apa?"
"...aku tidak ingin kau melepas pakaianmu di depannya," lanjutnya dalam hati.
Sehun kembali ke asramanya dan mengeluarkan sebuah kotak timah besar berbentuk persegi panjang dari lemari pakaiannya. Kotak timah itu dulunya adalah tempat ia menyimpan permen. Namun, Sehun bukanlah pecinta permen. Dari sekotak permen, dia hanya makan satu bungkus permen saja. Permen itu akhirnya menjadi kedaluwarsa. Sehun membuang sisa permen didalamnya dan menyimpan kotaknya.
Kotak itu kini diisi dengan sertifikat dan medali.
Teman sekamarnya, Park Chanyeol, melihatnya memainkan kotak itu. Chanyeol datang untuk melihat apa yang sedang terjadi dan berdecak kagum. "Wow! Keren!" Kata-katanya penuh dengan kekaguman dan iri hati.
Dari tumpukan medali, Sehun memilih satu diantaranya. Dia memeriksanya dengan cermat dan bertanya pada Chanyeol,"Apa kau pikir ini bisa dijual dengan uang?"
Chanyeol juga seorang peseluncur indah. Namun, dia hanya manusia biasa yang tidak bisa dibandingkan dengan orang jenius seperti Sehun. Setelah mendengar apa yang dikatakan Sehun, Chanyeol berseru,"Ini semua adalah pencapaian yang luar bisasa. Bagaimana bisa kau memberi harga pada mereka? Itu kasar sekali!"
"Situs apa yang biasanya digunakan orang-orang untuk menjual barang bekas?"
Setelah menjawab pertanyaan Sehun, Chanyeol menatapnya tajam. "Apa kau serius akan menjualnya? Ini medali emas!" Chanyeol merasa hatinya sedikit sakit meskipun medali itu bukan miliknya.
Sehun tidak merasa risih sama sekali. "Bahkan jika aku menjual satu buah medaliku, aku masih akan mendapatkan lebih banyak medali di masa depan."
Chanyeol memutar matanya. Orang jenius memang berbeda. "Lupakan saja."
Beberapa hari kemudian, Sehun mengajak Sooji untuk bertemu. Pria itu tiba-tiba saja menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat pada Sooji.
Sooji mengernyit heran dan bertanya,"Apa ini?"
"Itu uang sebesar 40.000 won."
Sooji sontak membulatkan matanya. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya sekarang. "Sehun, apa yang kau lakukan?"
"Ambillah uang itu untuk membayar utangmu."
"Tunggu, tidak, dari mana kau mendapatkan uang ini? Ini jumlah yang sangat besar."
"Oh." Sehun merenung sejenak untuk memikirkan sebuah kebohongan. "Itu adalah uang hadiah dari kompetisi."
"Aku tidak mungkin menerimanya," Sooji mendorong uang itu kearah Sehun. "Ambil kembali uang ini. Aku akan menjadi gadis yang jahat jika aku menggunakan uang hadiahmu untuk membayar Kim Myungsoo."
"Aku tidak membutuhkannya."
"Simpan saja di rekening tabunganmu untuk mengumpulkan bunga," ujar Sooji asal. "Katakan padaku, kenapa kau bodoh sekali? Kau memberiku uang setelah aku mengeluh padamu? Apa kau akan memberikan uang kepada semua orang yang mengeluh padamu?"
"Tidak," gumamnya pelan.
"Tolong jangan terlalu percaya pada orang-orang!" Sooji menghembuskan napasnya perlahan dan berkata,"Aku tersentuh dengan niatmu,tapi kau benar-benar tidak perlu memberikanku uang. Tapi, terima kasih. Aku sangat menghargainya."
"Bae Sooji," Sehun tiba-tiba memanggil namanya.
"Ya?"
"Apa kau lebih suka berhutang uang padaku atau lebih suka berhutang uang pada Kim Myungsoo?"
Sooji hampir tidak bisa percaya bahwa dia bisa diyakinkan oleh anak polos ini hanya dengan satu kalimat. Dia tiba-tiba sangat bingung, jadi apa anak ini sebenarnya bodoh atau jenius?
Dengan berat hati, Sooji memutuskan untuk menerima uang itu. "Baiklah kalau begitu, aku akan bekerja paruh waktu untuk mengganti uangmu."
"Mm." Kali ini, Sehun sedikit tersenyum.
"Oh Sehun, mulai sekarang, kau adalah orang tua keduaku."
"Tapi aku tidak ingin menjadi orang tuamu," batinnya.
Setelah dia menerima uang itu, Sooji membayangkan cara yang terbaik dan paling mengesankan untuk melemparkan uang itu ke wajah Kim Myungsoo. Tidak peduli bagaimana cara mereka akan berunding, Sooji merasa bahwa dia akan kalah jika dia langsung menyerahkan uang itu pada Myungsoo.
Tidak mungkin. Itu tidak bisa diterima.
Dia perlu membalas pria itu terlebih dahulu.
Advertisement
The Sunset Squire
Eleazar Hern has had a rough young life. He’s had to lie, cheat, steal, and worse to survive on uncaring streets. That all changes when his best friend and lover, Lilion disappears one fateful night. To save Lilion, Eleazar embarks on a journey that will take him across an empire that spans worlds. In the Trovian Empire, he discovers that he has the powerful latent magic of an Archon. If Eleazar is to save the woman he loves, he must survive their academy, master his new eldritch power, and learn to pilot the Warhull; magical golem constructs with incredible arcane firepower. But first, he must find a way to live with his rage. Disclaimer: Book has graphic violence, adult language and situations. Recommend reading is 18+
8 122I Am Warpath
Jacky and his Horror, the Sabered Prince, are forced into death matches against other Horrors in an almost impossible task to ascend the giant megastructure known as "The Warpath." Along the way; they will encounter powerful foes, allies, and new challenges. Forced to handle grief and loss how will Jacky overcome the mystery organization in control of the Warpath and how will his relationship with his Horror impact his life? New chapters every Saturday Night!
8 111The Last Transmutator
Transmutators - beings with unimaginable power who use the power of the mind to Transmutate the world around them to their liking. Beings who can polymorph the world around them to fit their needs - and their desires. The Transmutation War left the world ravaged and deformed, an utterly chaotic world left with no two mountains alike nor a plain kilometric space. Both Transmutators died at the end of the war, but power... power never truly dies. Through centuries, the Transmutators' legacy survived, living in hiding as to not wreak havoc on the world again. A young Transmutator, the now only member of the family line, thinks he has what is needed to become a hero and break the stereotype people have of the Transmutators. But, if he is to overcome the challenges the hateful world of Gartaena has to offer, he will have to fully master the Transmutation, or die trying. Fiction completed
8 66Pyrebound
THE WHITE SUN RISES, AND THE WORLD SUFFERS. A malignant star appears in the east every fourth day, spreading death and decay across Ki. Life survives only around precious fires kindled by dying priests. What happens to a man who loses his place beside the fire? Rammash im-Belemel is determined not to find out. The son of a struggling family with no money to his name, his fortune lies on the front lines of the war with the demons, where thieves and assassins lurk in shadows, in the wilds where monsters rule. How much more will the god of the pyre ask him to sacrifice? And why should Ram be the one to pay?This book is available in full on Amazon. I am releasing one chapter every other day. No risk of the fic going unfinished here!
8 69My unsent poems
Poems that have a destination but will forever stay in my drawer
8 88Tobi x Reader! (DISCONTINUED)
Your a very powerful ninja, the Akatsuki had been looking for you when you just had to have bumped into one of them in your village. They take you with them and we're forced to join... what happens next? You'll just have to find out..This is my first story so please no hate!{NARUTO OR ANY OF ITS CHARACTERS IS NOT OWNED BY ME!}
8 174