《LOVENEMIES [END]》25 - Sebuah Tiket

Advertisement

Bae Sooji bertanya pada Jung Soojung dengan senyuman manisnya,"Apa kau tahu apa kelemahan terbesar Kim Myungsoo?"

Dengan senyum yang juga tak kalah manis, Soojung menjawab,"Aku tahu apa kelemahan terbesar semua pria."

Sooji terdiam karena tahu apa yang gadis itu pikirkan. Penampilan Soojung selalu membuat Sooji mengabaikan fakta bahwa gadis itu memiliki sisi gelap dalam dirinya.

"Aku sangat ingin tahu apa yang terjadi padamu di masa lalu."

Namun, "kelemahan" yang dikatakan Sooji bukanlah "kelemahan" yang ada dalam pikiran Soojung.

Beberapa hari kemudian, Sooji meminta Myungsoo untuk menemuinya di sudut sekolah yang terpencil. Tempat itu awalnya merupakan bangunan lama tempat eksperimen milik ilmu pertanian. Tempat itu kemudian diubah menjadi taman kecil yang ditanami banyak pohon maple. Musim gugur telah membuat pohon maple kini berwarna kecoklatan. Tanah di sana ditumbuhi dengan rumput hijau dan aster kuning. Melihat sekeliling, pemandangannya sebenarnya cukup cantik.

Hari itu adalah hari yang cerah. Berdiri di pemandangan ini, kulit siapa pun akan terlihat sangat baik. Myungsoo melihat wajah Sooji dan merasa bahwa kulit bocah itu tidak segelap sebelumnya.

Tangan Sooji digenggam di belakang punggungnya. Dia memberi Myungsoo senyum ramah. "Kim Myungsoo~" Nada bicaranya terdengar ceria.

Kulit kepala Myungsoo kesemutan. Dia mengetuk buku-buku jarinya di kepala Sooji. "Langsung ke intinya."

Meskipun kepala Sooji dipukul, gadis itu tidak marah. Dia mempertahankan senyum cerah di wajahnya dan berkata,"Hari ini adalah hari ulang tahunmu."

"Mm." Myungsoo tidak berharap Sooji mengingat hari ulang tahunnya.

"Ini." Dia mengulurkan tangannya. "Hadiah ulang tahunmu."

Myungsoo menurunkan pandangannya dan melihat bahwa di tangan gadis itu ada sebuah kotak. Kotak tersebut berbentuk persegi berwarna ungu muda dan seukuran telapak tangannya. Dia mengangkat alisnya dan ingat bahwa bertahun-tahun yang lalu, dia juga pernah memberi Sooji hadiah ulang tahun.

Itu adalah hadiah yang benar-benar menjijikkan.

Myungsoo tidak bergerak. Satu sisi bibirnya bergetar pelan. "Kau adalah orang yang seperti ini?"

"Benar. Bagaimanapun juga, kau yang membayar gajiku." Sooji mengedip padanya. "Bukalah dan lihat apa yang ada di dalamnya."

Myungsoo pun mengambil kotak itu dan membuka tutupnya.

Di dalam kotak itu ada seekor ulat sutra berwarna merah muda.

Ulat sutra itu gemuk. Mungkin karena kelaparan, ulat itu tidak berhenti menggeliat. Ulat sutra itu memanjat di sepanjang sisi kotak dan tampak seolah-olah ingin melarikan diri.

Myungsoo merasa ingin muntah. Namun, pria itu berusaha bersikap biasa saja. Menjaga ekspresi wajahnya, dia menutup tutup kotak itu dan dengan santai melempar kotak itu.

Kotak itu mendarat dengan rapi di tempat sampah di sisi jalan. Hal itu membuat tempat sampah itu sempat mengguncang dengan bunyi "buk".

Reaksi ini sangat berbeda dari apa yang diharapkan Sooji. Dia ingat bahwa ulat adalah ketakutan terbesar seorang Kim Myungsoo. Dia berharap untuk menundukkan Myungsoo dengan ulat.

Advertisement

"Kau..." Dia menunjuk ke tempat sampah. "Apa kau berhasil melihat dengan jelas apa yang ada di dalam kotak itu?"

Myungsoo menyilangkan lengannya dan menatap Sooji. Ia tersenyum simpul. "Apa kau pernah mendengar tentang klinik ulat bulu sebelumnya?"

"Apa itu?"

"Klinik itu berspesialisasi dalam mengobati orang dengan fobia terhadap ulat. Aku sudah benar-benar pulih."

"Kenapa orang-orang melakukan sesuatu yang sangat aneh?" Sooji sangat kecewa. Dengan wajah sedih, dia berjalan mendekat dan mulai mencari-cari di tempat sampah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Myungsoo.

"Ulat sutra itu kupinjam dari laboratorium," jawabnya sambil menggali tempat sampah.

"Maksudmu kau curi?"

Sooji memberinya tatapan jijik. "Omong kosong. Kita semua adalah orang yang berpendidikan di sini. Bagaimana bisa aku mencuri seekor ulat?"

Tempat sampah itu tidak memiliki banyak isi dan Sooji dengan cepat mengambil kotak itu. Dia dengan lembut menyapu debu di atas kotak.

Kemudian, dengan memegang kotak ulat sutra dengan hati-hati, dia pergi.

Masih di tempat yang sama, Myungsoo memperhatikan punggung Sooji yang mulai menjauh. Ketika gadis itu menghilang dari pandangannya, dia tiba-tiba menghela napas lega. Tubuhnya langsung rileks.

Anggota tubuhnya kini terasa seperti jeli. Myungsoo memegang pohon maple di dekat jalan setapak dan mengangkat tangan untuk menyeka dahinya yang sudah berkeringat.

"Aku tahu kau akan melakukan sesuatu seperti ini," gumam Myungsoo. Saat dia berbicara, dia tersenyum sinis. "Dasar bodoh."

Setelah kembali ke asrama, Sooji menyerahkan ulat sutra kembali ke teman sekamarnya, Lee Jieun dan Park Jiyeon. Ulat sutra itu memang dicuri, bukan olehnya, tapi oleh dua teman sekamarnya yang berada di jurusan teknik pertanian. Ulat itu adalah ulat jenis khusus yang dibudidayakan di laboratorium sains pertanian yang katanya dapat memintal sutra dengan banyak warna.

Sambil memegang ulat sutra, Jiyeon menatap Jieun. Keduanya bertukar pandangan yang bermakna di belakang punggung Sooji. Ketika Sooji berbalik, dia kebetulan menangkap basah mereka sedang mengangkat alis satu sama lain, seperti ada sesuatu.

"Ada apa dengan kalian berdua?" tanyanya.

"Sooji." Jiyeon tampak sedikit malu. Dia ragu-ragu sejenak sebelum bertanya,"Apa kau akan pergi ke pertandingan persahabatan hoki es yang diadakan di stadion es minggu depan?"

Pertandingan persahabatan yang disebutkan Jiyeon adalah pertandingan antara tim hoki es dari UNK dan universitas dari Jerman. Baru-baru ini, orang-orang dari beberapa universitas Jerman datang untuk wawancara dan bertukar informasi dengan UNK. Siswa UNK sedikit tidak peduli dengan pertukaran akademis yang terjadi. Sebaliknya, mereka lebih tertarik pada tim hoki es yang juga ikut bergabung.

Sejak tim hoki es UNK membawa pulang medali emas, seluruh sekolah sangat bangga dengan mereka. Melihat bagaimana mereka telah mencapai puncak di antara universitas-universitas lokal, kesempatan untuk bertukar informasi dengan teman-teman dari Eropa ini membuat semua orang berantisipasi.

Pada saat yang sama, pertandingan persahabatan ini diliput secara luas oleh media kampus mereka, sampai-sampai hal ini adalah sesuatu yang diketahui semua orang.

Advertisement

Sebagian tiket dibagikan kepada siswa UNK secara gratis. Namun, permintaan melebihi persediaan dan akhirnya sangat sulit untuk mendapatkan tiket tersebut.

Sooji tahu tentang pertandingan ini. Namun, dia juga tidak memiliki tiket.

"Aku tidak akan pergi," jawabnya.

"Oh." Park Jiyeon tampak sedikit kecewa dan tidak mengatakan apa pun.

Sooji bertanya,"Apa kalian berdua pergi?"

Jiyeon menggelengkan kepalanya. "Kami ingin pergi tapi kami tidak bisa mendapatkan tiket. Saat ini, tiket hoki sedang dijual online tapi harganya sangat mahal. Kami tidak mampu membelinya."

"Sooji, kami dengar kau cukup dekat dengan Kim Myungsoo dari tim hoki es. Bisakah kau membantu kami untuk bertanya kepadanya apa masih ada tiket yang tersisa?" tanya Jieun dengan nada memelas.

Sooji tidak ingin meminta bantuan dari Myungsoo. Namun, karena mereka membantunya mencuri ulat sutra dan fakta bahwa mereka adalah teman sekamar yang harus saling menolong, Sooji memutuskan untuk melakukan apa yang dia bisa untuk membantu.

Karena itu, dia segera mengangguk. "Tentu, aku akan bertanya padanya."

Saat makan malam malam, Sooji menghabiskan uang sebanyak 15 won untuk mentraktir Myungsoo sepanci kecil sup iga babi jagung manis.

Kim Myungsoo segera meningkatkan penjagaannya. "Apa yang sedang kau rencanakan?"

"Kim Myungsoo~" panggilnya dengan nada yang sangat manis. Gadis itu mulai lagi.

Myungsoo secara mental mempersiapkan dirinya sebelum Sooji mengeluarkan ulat lainnya. Pada akhirnya, gadis itu hanya bertanya,"Apa kau masih memiliki tiket untuk pertandingan hoki es?"

Oh, jadi itu tentang ini.

Tubuh tegang Myungsoo menjadi rileks. Dia dengan santai mengangkat dagunya dan dengan sombong melirik gadis itu dari sudut matanya. "Kau mencari tiket?"

"Apa kau punya tiketnya atau tidak?"

Dia menggali tasnya dan mengambil setumpuk tiket. Dia bertanya,"Apa maksudmu ini?" Melihat Sooji berusaha meraih tiket-tiket itu, dia dengan cepat mengangkatnya dari jangkauan gadis itu.

Sooji berkata,"Katakan, apa syaratmu?"

Myungsoo bersandar. Dia tersenyum. "Datanglah ke sisiku."

Sooji bukan orang yang kaku yang tidak mampu beradaptasi dengan keadaan. Dia bangkit dan berjalan ke belakang Myungsoo. Ia lalu mengangkat tangannya dan mulai memijat bahu pria itu.

Jari-jari seorang gadis tentu saja lembut. Meskipun tekanan yang digunakan Sooji ringan, Myungsoo masih bisa merasakan gerakan gesit di ujung jari gadis itu. Berfokus pada tubuhnya, pijatan itu membuatnya merasa sedikit santai.

Sayangnya, orang yang memberikan pijatan ini memilih untuk berbicara pada saat ini. Dengan nada manis yang memuakkan, dia bertanya,"Myungsoo Oppa~ Apakah rasanya enak?~"

Myungsoo merinding. Dia menampar tangan Sooji. "Jangan sentuh aku."

Sooji mengulurkan telapak tangan terbuka ke arahnya. Pria itu melemparkan tumpukan tiket ke tangan Sooji.

Dia menghitung total enam tiket yang tidak terduga.

Dari enam tiket, dia menyimpan tiga untuk teman sekamarnya dan memberikan masing-masing satu untuk Kim Jongin dan Oh Sehun. Ketika dia bertemu Sehun di pintu masuk stadion sayap barat es untuk memberinya tiket, seperti sebuah kebetulan, dia juga berpapasan dengan Myungsoo.

Dengan matanya sendiri, Myungsoo menyaksikan bagaimana Sooji secara pribadi menyerahkan tiket kepada Sehun.

Luar biasa. Baru saja kemarin Sooji mengambil tiket itu darinya dan hari berikutnya Sooji bergegas untuk menawarkan tiket itu pada orang lain.

Berdiri hanya dalam jarak yang cukup dekat, Myungsoo menyilangkan tangan dan tersenyum miring.

Sehun mengambil tiket dan tersenyum. "Pasti sangat sulit untuk mendapatkan tiket ini sekarang. Bagaimana aku bisa berterima kasih padamu?"

Bae Sooji tertawa nakal. "Hm, panggil aku 'noona'."

Godaan Sooji membuat Sehun lengah. Wajah pria itu memanas. Dia sontak membuang muka. "Aku akan mentraktirmu makan."

"Tentu." Sooji memutar sepedanya dan melihat Myungsoo. Dia dengan serius mengangguk pada Myungsoo, jelas tidak berencana untuk bertukar kata dengannya. Dia mengucapkan selamat tinggal pada Sehun, naik ke sepedanya dan pergi.

Sehun berdiri di tempatnya. Meskipun tahu bahwa Sooji tidak akan kembali, dia melambai pada sosok Sooji yang mulai menjauh.

Kemudian, dia dengan hati-hati menyimpan tiket di tasnya.

Ketika dia mengangkat kepalanya, dia mendengar Myungsoo memanggilnya dari kejauhan. "Kau."

Sehun patuh menghampirinya.

Kim Myungsoo sedikit lebih tinggi dari Sehun. Saat ini, Myungsoo dengan santai bersandar ke dinding dengan tangan di sakunya.

Sehun menyapanya. "Sunbae."

Myungsoo mengangguk kecil. Dia berkata,"Jangan terlalu dekat dengan Bae Sooji."

Sehun menatapnya, tatapannya santai dan tenang. Dengan nada yang bahkan tidak lembut atau sombong, dia bertanya,"Kenapa?"

Kenapa? Bagaimana dia bisa menjelaskan ini? Myungsoo tidak mungkin memberitahu Sehun secara langsung bahwa Sooji adalah bajingan yang mengerikan, 'kan? Myungsoo juga tidak mau mengakui bahwa dia berusaha menghancurkan hubungan romantis Sooji.

Myungsoo memikirkan hal ini selama 2 detik dan memberikan alasan asal. "Dia milikku."

Sehun mengangkat kepalanya, wajahnya yang lugu tampak bingung. "Tapi, sunbae, aku mendengar Sooji mengatakan bahwa kau adalah anak anjingnya."

Myungsoo terdiam mendengar perkataan Sehun.

Selama latihan hari itu, Myungsoo seperti banteng yang marah. Berpikir bahwa Myungsoo sedang mengerahkan segalanya dalam persiapan untuk pertandingan persahabatan, pelatih dan rekan timnya merasa kagum.

Setelah membagikan tiket, Sooji masih memiliki satu tiket yang tersisa. Dia mendaftarkan tiketnya secara online dan menjualnya dengan harga yang lumayan.

Pada hari pertandingan persahabatan, Myungsoo ingin membawa Sooji ke stadion es. Dengan ekspresi meminta maaf di wajahnya, Sooji berkata, "Maafkan aku. Aku kehilangan tiketku," bohongnya.

"Bodoh." Myungsoo mengetuk kepalanya. Dia membawa gadis itu ke pintu masuk staf dimana Sooji akhirnya memasuki stadion es.

Sooji tidak memiliki izin staf. Namun, tidak ada yang berani menghentikannya. Bagaimanapun, semua orang tahu siapa Kim Myungsoo. Dia adalah bintang dari tim hoki es yang tidak bisa disinggung orang.

Pada akhirnya, Sooji berjongkok di koridor seperti pengemis untuk menonton pertandingan hoki es.

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click