《LOVENEMIES [END]》20 - Orang Mesum

Advertisement

Hari berikutnya adalah Hari Sabtu.

Kim Myungsoo menghadiri acara komersial yang bekerja sama dengan Klub X-Dragons di pagi hari. Acara itu adalah upacara pembukaan gelanggang es. Pria itu mengenakan jas dan dasi, tampak mengesankan dengan sifat aslinya yang misterius. Kebanyakan atlet memang terlihat bagus dalam setelan jas. Lagi pula, pelatihan mereka sudah menghasilkan tubuh yang bagus dan otot yang bugar. Ketika berpakaian rapi dalam setelan yang tepat, mereka tampak mencolok dan menarik, sepenuhnya mampu memporak-porandakan hati para gadis.

Terlepas dari seberapa bagus dia bermain, Myungsoo hanyalah anggota tim hoki es kampusnya. Dia tidak memiliki kewajiban untuk menghadiri acara semacam itu. Namun, Klub X-Dragons sangat ingin memamerkan Myungsoo. Dia sangat tampan dan setiap kali dia tampil mengenakan setelan jas, orang-orang akan berusaha mencari tahu idola dari agensi mana pria itu. Ini membuat manajemen klub sangat senang.

Bae Sooji juga ikut. Dia adalah asisten yang bertanggung jawab untuk mengurus barang-barang Myungsoo.

Acara itu hanya berlangsung selama dua jam. Ketika acara itu selesai, Myungsoo memanggil taksi. Keduanya duduk di kursi belakang. Sooji bisa mencium aroma cologne ringan dari pakaian pria itu. Sooji bisa merasakan gelombang kecemburuan yang dimilikinya untuk Myungsoo, melihat betapa suksesnya pria itu sekarang.

"Dasar serigala berbulu domba," gumamnya dengan masam.

Myungsoo melepas blazer-nya dan melemparkannya ke atas kepala Sooji.

Sooji sepenuhnya tertutup oleh blazer milik Myungsoo. Dia mendengus "hei" dan menarik blazer-nya. Kepalanya muncul kembali. "Apa kau ingin kupukul?"

"Bantu aku untuk memegang blazer-ku." Myungsoo berkata sambil melonggarkan dasinya.

Dasinya yang longgar sedikit miring ke samping. Sinar matahari menyinari jendela mobil, menyinari separuh wajah dan kemeja pria itu. Kemejanya putih menyilaukan di bawah sinar matahari.

Pria itu sepertinya tidak terbiasa dengan sinar matahari, maka dari itu ia menoleh pada Sooji. Gadis itu juga secara kebetulan sedang menatapnya.

Kim Myungsoo mengangkat alisnya.

"Kau benar-benar terlihat seperti anak anjing," ujar Sooji tiba-tiba.

Myungsoo minum anggur sebelumnya. Dia sedikit lelah dan tidak punya energi untuk bertengkar dengan gadis itu. Matanya tertutup dan dia tertidur.

Advertisement

Awalnya, pria itu masih berperilaku baik. Namun, setelah tertidur beberapa lama, kepalanya dengan lembut mengangguk beberapa kali sebelum akhirnya mendarat di bahu Sooji.

Sooji dengan jijik mendorongnya menjauh. Namun, tidak butuh waktu lama sebelum pria itu menyandarkan kepalanya kembali.

Ini terjadi berulang kali. Sooji kesal. Dia akhirnya memutuskan untuk memukul kepala Myungsoo.

Pria itu tertidur lelap dan tampaknya tidak merasakan apa-apa.

Akhirnya, Sooji memutuskan untuk tidak lagi mempedulikannya.

Dada Myungsoo naik dan turun secara merata. Sooji bisa merasakannya melalui area dimana tubuh mereka bersentuhan. Dia tiba-tiba memikirkan perkataan salah satu anggota klub penggemar Kim Myungsoo. Orang itu menyebutkan bahwa setiap hari, Myungsoo tidur jam 11 malam dan bangun jam 6 pagi. Dia harus melanjutkan studinya dan hoki es dan juga sesekali meluangkan waktu untuk berlatih cello. Jadwalnya selalu padat, menyebabkan dia sama lelahnya dengan seekor anjing.

Sooji dulu adalah seorang atlet. Dia tahu betapa sulit dan luar biasa disiplinnya seorang atlet.

Oleh karena itu, meskipun Sooji membencinya, dia masih harus mengacungi jempol tekad pria itu.

Myungsoo kembali ke sekolah dan berganti pakaian untuk berlatih hoki. Pada malam hari, dia mengganti pakaian latihannya dan pergi belajar di perpustakaan.

Setelah selesai belajar, dia kembali ke asramanya dan berganti piyama.

Dalam satu hari, pria itu sudah menggunakan total tiga pasang kaus kaki.

Myungsoo menyeringai pada Sooji ketika dia menyerahkan tas kaus kaki itu. Dengan menarik nafasnya secara perlahan, Sooji berusaha menahan diri untuk tidak melompat dan memukuli kepala pria itu.

"Selamat malam," ujar Myungsoo.

"Kim Myungsoo, mulai sekarang, demi keselamatan pribadimu, sebaiknya kau tidak berbicara padaku."

Myungsoo berbalik dan kembali ke gedung asrama. Kembali menghadap Sooji, pria itu melambai kecil.

Sooji memegang tas kain itu dengan penuh penghinaan. Sebenarnya, kaus kaki di dalamnya terbungkus lagi dengan kantong plastik. Mustahil bagi Sooji untuk mencium apa pun. Namun, Sooji masih merasa seperti ia dikelilingi oleh gas beracun.

Tiba-tiba, Sooji mengerti bagaimana perasaan petani ketika mereka membawa sekantong pupuk kandang.

Advertisement

Bangunan asrama Kim Myungsoo dan bangunan asrama Bae Sooji berjarak sekitar 5 menit berjalan kaki. Dalam perjalanannya menuju asramanya, Sooji akan melewati gedung asrama Kim Jongin. Ketika dia melewati gedung asrama pria hitam manis itu, mereka secara tidak sengaja berpapasan.

Jongin baru saja memarkir sepedanya. Setelah menoleh, dia melihat bosnya dan terkejut. "Bos!"

Sooji tidak terkejut sama sekali. "Oh."

"Tolong jangan tanya aku apa yang sedang ku pegang," batin gadis itu.

"Bos, apa yang kau pegang?"

"Bom gas."

"Hah?"

Sooji tidak berencana melanjutkan omong kosongnya dan ingin pergi setelah mengatakan itu. Namun, ketika dia melemparkan pandangan ke arah Jongin, dia bisa melihat bahwa ada seorang penjaga keamanan yang berdiri tidak jauh di belakang pria itu.

Penjaga keamanan itu mengawasinya dengan waspada. Tangan kanannya di pinggangnya. Sedangkan tangan kirinya mencari-cari walkie-talkie.

"Tidak, Paman. Aku bisa jelaskan. Ini bukan bom sungguhan. Aku... Aku... Aku hanya bercanda. Kau bisa melihatnya sendiri." Sooji buru-buru membuka tas itu. "Lihat, ini semua kaus kaki. Kaus kaki!"

Penjaga keamanan itu masih sedikit merasa curiga. Dia berjalan dengan tangannya di atas pentungan.

Di dalam tas kain itu ada kantong plastik hitam. Pria paruh baya itu mengeluarkan kantong plastik, membukanya dan melihat bahwa hanya ada kaus kaki di dalamnya.

Ada tiga pasang kaus kaki — sepasang berwarna putih, sepasang berwarna hitam dan sepasang berwarna hijau tua.

Penjaga keamanan menghembuskan napas lega.

"Jangan bercanda tentang hal-hal seperti ini lain kali. Kami baru saja melakukan latihan anti-terorisme belum lama ini. "

"Ya. Ya. Ya." Sooji dengan cepat mengangguk.

Petugas keamanan sedang bertugas malam. Setelah menceramahi Sooji, dia menggelengkan kepalanya dan pergi.

Jongin berlari di samping Sooji dan dengan santai bertanya,"Bos, apa kau orang mesum? Kenapa kau mencuri kaus kaki dari asrama pria? "

"Diamlah."

Jongin segera menunjukkan kesetiaannya. "Jangan khawatir, Bos. Aku tidak akan memberitahu siapa pun. Tenang saja, aku akan membantumu mencuri kaus kaki teman sekamarku untukmu."

Sooji menepuk pelan dahinya. "Apa kepalamu terbentur sesuatu yang keras tadi?"

"Itu karena aku peduli padamu. Selama kau menyukainya, aku rela melakukan apa saja. Kalau kaus kaki itu masih tidak cukup, aku juga bisa mencuri kaus kaki dari kamar sebelah."

"Itu bukan..." Sooji merasa bahwa dia perlu menjelaskan semuanya. Jika tidak, dia akan menemukan kaus kaki yang lebih kotor lagi menempel di lengannya besok. "Kaus kaki ini kaus kaki Myungsoo."

Jongin menyipitkan matanya. Semuanya tidak sesederhana yang dia kira. Dia bertanya,"Kenapa kau mencuri kaus kaki Myungsoo? Apa kau sudah jatuh cinta padanya?"

"Aku tidak mencuri kaus kaki ini. Aku akan mencucikannya untuknya."

Mulut Jongin langsung membentuk huruf-O. Dia menatap bosnya dengan takjub. Pria itu kini seperti patung. Dia mempertahankan ekspresi tertegun itu untuk waktu yang lama, tidak mampu menahan keterkejutannya.

Sooji memelototinya. "Ada apa denganmu?"

"Bos, katakan yang sebenarnya." Jongin merendahkan nada bicaranya. "Apa pria itu memiliki video telanjangmu?"

Konsekuensi Jongin karena memiliki pikirannya yang sangat kotor — kantong kaus kaki itu mendarat di tangannya.

Sooji menepuk pundaknya. "Tunggu aku disini besok." Dia memutuskan untuk mempercayakan kaus kaki Kim Myungsoo selama sembilan hari ke depan untuk dicuci oleh Jongin.

Wajah Jongin tampak menyedihkan. "Aku tidak bisa mencucinya besok. Aku ada kegiatan klub di malam hari. Aku tidak yakin jam berapa kegiatan itu akan berakhir."

"Klub apa?"

"Klub sepatu roda. Aku sudah memberitahumu sebelumnya."

Sooji mengangguk, Jongin memang sudah memberitahunya tentang hal itu sebelumnya. "Selamat bersenang senang. Setelah selesai, hubungi aku."

"Bos..." Jongin mencoba menolak lagi.

"Terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan mentraktirmu makan," ujar Sooji sebelum akhirnya meninggalkan pria itu dengan tas kain berisi kaus kaki kotor.

Keesokan harinya, Sooji berpikir bahwa dia akan menunggu lama. Namun, Jongin meneleponnya sebelum waktu pertemuan mereka.

"Bos, aku mendapat masalah!" ujar Jongin dengan penuh rasa kecewa.

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click