《LOVENEMIES [END]》19 - Merugi

Advertisement

Mengambil keuntungan dari kakinya yang panjang, Kim Myungsoo menangkap Bae Sooji sebelum gadis itu berhasil lolos dari stadion.

Dia menyeret Sooji ke sudut dan mendorongnya ke dinding, menjepit kedua tangan Sooji di atas kepala gadis itu dengan satu tangan. Tubuh Myungsoo yang tinggi menjulang di depannya, membuat Sooji merasa sangat terintimidasi.

Sooji merasa seperti dia adalah ikan asin, menunggu untuk diiris di atas talenan.

Gadis itu sedikit takut. "Uhm, aku yakin kita bisa membicarakannya."

Myungsoo bertanya,"Dimana kau ingin aku membalasmu?"

"Kim Myungsoo, kau akan terlambat ke kelas."

Myungsoo mengangkat tangannya dan meletakkannya di depan dada Bae Sooji sejenak, menyisakan jarak beberapa centimeter. Tiba-tiba, dia menyadari bahwa dia tidak dapat melakukan apa pun.

Pria itu memang ingin membalas dendam. Namun, dia adalah seorang pria yang bermoral dan tidak dapat melakukan tindakan menganiaya dada seorang gadis meskipun gadis tersebut adalah bajingan kecil seperti Sooji.

Myungsoo hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena memiliki standar moral yang tinggi. Ketika dihadapkan dengan hal-hal tak tahu malu semacam ini, tidak bisa dipungkiri bahwa dia akan kalah.

Setelah ragu-ragu sebentar, dia dengan cepat mengganti rencana awalnya. Tangannya bergerak semakin tinggi sebelum akhirnya mencubit pipi Sooji.

Myungsoo masih ingat bahwa ketika ia masih kecil, ada suatu waktu ketika Sooji sangat menikmati untuk mencubit wajahnya. Gadis itu akan mencubit pipinya dengan tangannya yang satu, sedangkan tangannya yang lain akan memijat wajahnya, membuat Myungsoo merasa dilecehkan saat itu.

Ini bisa disebut mata ganti mata dan bisa dianggap bahwa dia sedang membalas dendam.

Kondisi kulit Sooji masih sangat baik. Kulitnya bahkan tidak secoklat kemarin. Pada usia 18 tahun, kulitnya tidak kekurangan kolagen dan itu membuat kulitnya halus dan lembut. Di bawah tangan Myungsoo, kulitnya terasa kenyal dan terasa cukup menyenangkan untuk dimainkan.

Jari-jari Myungsoo menekan masing-masing sisi kiri dan kanan pipi Sooji. Dia memeras, memeras dan memeras, sampai wajah Sooji menjadi tidak berbentuk. Bibirnya dipaksa menjadi kerutan seperti ikan yang akan meludahkan gelembung.

"Pergilah ke neraka," ujar Sooji kesal.

Pipi Sooji diperas sampai dia tidak bisa berbicara dengan benar.

Myungsoo menatap wajahnya yang sudah tidak terbentuk dan tiba-tiba tertawa. Tawa seorang pemenang.

Dia baru akan memberikan pidato kemenangan ketika tiba-tiba, ada bunyi keras yang terdengar seperti sesuatu yang jatuh ke tanah.

Keduanya kaget. Mereka memutar kepala secara serempak menuju ke arah suara.

Im Yoona berdiri agak jauh. Mulutnya ternganga seolah dia melihat sesuatu yang mengejutkan. Di kakinya ada beberapa map biru. Mereka bisa menebak bahwa benda-benda itu yang menimbulkan bunyi sebelumnya.

Baik Myungsoo dan Sooji merasa sedikit canggung.

"Ah! Aku tidak melihat apa-apa. Tiba-tiba saja aku tidak bisa melihat!" Saat Yoona berbicara, dia mengulurkan tangannya dan secara membabi buta melambai seolah-olah dia benar-benar buta. Dia berbalik dan melarikan diri.

Ketika wanita itu pergi, dia terus melambaikan tangannya dan berkata,"Ini sangat gelap. Aku tidak bisa melihat apa-apa sama sekali."

Meskipun wanita itu "buta", langkahnya sangat cepat seperti angin dan tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya dia benar-benar menghilang dari TKP.

Tindakan aneh itu membuat Sooji menggeleng-gelengkan kepalanya.

Myungsoo melepaskan Sooji. Sooji memijat pipinya dan berkata,"Dia tidak mungkin berpikir bahwa kau akan mencium—"

Belum sempat Sooji menyelesaikan kalimatnya, jari Kim Myungsoo sudah terlebih dahulu mendarat di bibirnya. Jarinya yang halus menekan bibir Sooji yang lembut.

"Jangan mengatakan hal menjijikkan seperti itu dengan keras."

Kim Myungsoo terlambat ke kelasnya. Dia diam-diam menyelinap masuk melalui pintu belakang dan duduk di barisan terakhir, di sebelah Nam Woohyun.

Woohyun tergeletak di atas meja. Dia baru saja tertidur. Ketika suara Myungsoo mengganggunya, dia sontak terbangun. Bahkan setelah bangun, dia tidak langsung duduk, namun malah menguap sambil menatap Myungsoo.

Myungsoo mengeluarkan buku pelajaran dan buku catatannya. Setelah beberapa saat, ia mengeluarkan buku lain yang merupakan kumpulan dari pertanyaan ujian toeic sebelumnya. Ketika kelas dimulai, dia membagi perhatiannya antara mendengarkan penjelasan dari dosen dan mengerjakan pertanyaan dalam buku.

Advertisement

Woohyun menggerakkan tangannya ke bawah kepala. Beristirahat di satu sisi wajahnya, dia menatap Myungsoo. Setelah terdiam sebentar, dia membuka mulutnya,"Kim Myungsoo."

"Enyahlah."

"Huh, anakku yang luar biasa. Aku ingin tahu gadis konyol mana yang cukup beruntung untuk menikahimu di masa depan." Woohyun meratap Myungsoo seperti seorang ayah sedang yang menatap bangga putranya.

Myungsoo tidak mengacuhkannya.

Setelah mengerjakan beberapa pertanyaan untuk beberapa saat, Myungsoo tampak merenung. Dia memegang pena dan menatap kosong ke langit-langit kelasnya.

"Kenapa kau melamun? Memikirkan seorang gadis?" tanya Woohyun.

Myungsoo tersentak dari pikirannya dan melirik Woohyun. "Aku sedang menenangkan diri."

Ya, menenangkan diri. Myungsoo kini sedang memikirkan perilakunya terhadap Sooji beberapa waktu yang lalu. Dia sudah menemukan masalah yang sangat besar — untuk membalaskan dendamnya, dia hampir menjadi orang mesum.

Tidak, dia tidak bisa membiarkan gadis itu mempengaruhinya.

Bajingan itu memiliki kemampuan khusus yang menular. Setiap orang yang berinteraksi terlalu dekat dengannya pasti akan menjadi tidak normal. Lihatlah betapa anehnya Kim Jongin dan Jung Soojung.

Itu adalah kemampuan yang sangat menakutkan.

Karena itu, jika dia ingin berurusan dengan Sooji, Myungsoo tidak hanya harus memikirkan cara membalas dendam, tetapi juga harus memikirkan cara agar dia tidak terinfeksi oleh Sooji.

Myungsoo mengurut keningnya.

Woohyun tiba-tiba menundukkan kepalanya dan mengendus-endus Myungsoo. Kemudian, sebelum Myungsoo dapat mengelak, ia dengan cepat menarik kepalanya dan kembali berbaring di atas meja. Dia terkekeh,"Baumu seperti seorang gadis."

"Gila."

"Dan gadis itu adalah gadis yang lucu."

Myungsoo memikirkan wajah Sooji. Heh, bagaimana bisa Woohyun menyebutnya gadis yang lucu?

Namun, dia harus mengakui bahwa kulit gadis itu sangat lembut.

Eh, apa yang dia pikirkan? Merasa wajahnya memanas, ia mengurut keningnya lagi.

"Myungsoo," panggil Woohyun dengan penuh kasih dengan suara yang manis.

Myungsoo menatapnya tajam. "Apa kau masih ingin menyalin tugaku?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu, tutup matamu dan kembalilah tidur."

Sama seperti sebelumnya, Woohyun benar-benar kembali tidur. Namun, selama istirahat pelajaran, dia bangun dan sekali lagi memanggil Myungsoo.

"Myungsoo, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

Myungsoo sudah cukup muak dengan omong kosong pria itu. Dia mengemasi barang-barangnya, berencana untuk pindah tempat duduk.

Woohyun tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan langsung mengubah panggilannya pada Myungsoo. "Ayah."

Myungsoo bisa merasakan bulu kuduknya berdiri mendengar panggilan Woohyun padanya.

"Ayah, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

Myungsoo menutup matanya sejenak. Menimbang sedikit cinta persaudaraan yang dia miliki untuk teman sekelas sekaligus teman sekamarnya, dia menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan. Myungsoo akhirnya bertanya dengan lembut,"Apa?"

"Malam ini, asrama kita mengadakan pertemuan dengan beberapa junior perempuan dari Fakultas Hukum. Kau harus pergi."

"Aku tidak akan pergi. Tidak kalau gratis." Myungsoo dengan langsung menolak undangan itu. Tentang pertemuan itu, teman-teman sekamarnya sudah menyebutkannya sebelumnya. Namun, jadwal hariannya padat dari pagi hingga malam. Dimana dia bisa menemukan waktu untuk menghadiri pertemuan itu?

"Ayolah, ini hanya acara makan malam."

"Aku harus latihan."

Woohyun berpikir sebaliknya. "Tidak apa-apa bahkan jika kau melewatkan latihan untuk satu hari. Lihat, kau sudah sangat bugar. " Saat dia berkata demikian, dia mencubit lengan Myungsoo.

Myungsoo menepis tangan Woohyun. "Tubuhmu sudah semakin berisi. Kau masih belum mempertimbangkan untuk berolahraga?"

"Aku berolahraga. Aku bermain sepakbola kemarin."

"Maksudmu video game sepakbola?"

Mendengar tebakan Myungsoo yang tepat sasaran, dia hanya bisa terkekeh.

Tak lama, bel berbunyi, menandakan dimulainya kelas. Myungsoo tidak dapat terus mentolerir keributan yang dibuat oleh Woohyun dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke kursi depan.

Setelah meninggalkan sayap barat, Sooji kembali ke sayap timur dan akhirnya mulai berseluncur dengan sungguh-sungguh.

Ada beberapa orang di es. Namun, mereka semua adalah amatir dan tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan atlet profesional. Sooji terus ke bagian terluar dari gelanggang es. Dia takut menabrak seseorang dan dengan hati-hati mengendalikan kecepatannya. Namun, apa yang dianggap Sooji sebagai kecepatan "biasa", tentu saja "sangat cepat" bagi orang lain. Dia menurunkan sedikit tubuhnya untuk membuat pusat gravitasi yang lebih rendah. Dengan tubuh lincah dan gerakannya yang cepat, dia kini tampak seperti seekor citah kecil. Rambutnya disapu ke belakang oleh angin, memperlihatkan kulit dahinya yang jelas dan sepasang mata yang cerah dan bersinar. Ada senyum bangga di bibir Sooji.

Advertisement

Saat Sooji berbelok, gerakannya bahkan lebih mengejutkan lagi. Karena kecepatannya, tubuhnya akan selalu condong ke tanah. Orang-orang yang memperhatikan Sooji tidak bisa menahan diri untuk tidak berkeringat dingin ketika menyaksikan gadis itu.

Setelah berbalik, dia meluruskan tubuhnya dan terus berseluncur.

Soojung tidak bisa menahan diri untuk tidak mengambil ponselnya dan merekam pemandangan itu.

Sooji kelelahan berseluncur. Dia perlahan menegakkan tubuhnya, menurunkan kecepatannya dan dengan santai meluncur di atas es. Rambutnya tampak berantakan.

"Nona, kau berseluncur dengan sangat baik." Seorang pria berseragam yang Sooji yakini adalah seorang pelatih datang menghampirinya.

Operasi Klub X-Dragons tidak hanya terpaku pada hoki es. Mereka juga menawarkan pelajaran seluncur es dan pria ini justru adalah seorang pelatih seluncur es.

aooji tersenyum. "Tidak juga."

"Kau sudah dilatih untuk ini sebelumnya, 'kan? Caramu melakukan belokan-belokan itu membutuhkan keterampilan dan kontrol yang hanya datang dengan setidaknya beberapa tahun latihan."

"Aku hanya berseluncur untuk bersenang-senang."

Pelatih melihat bahwa Sooji tidak mau membocorkan lebih banyak tentangnya. "Apa kau dari UNK?"

"Ya."

"Apa kau tertarik menjadi pelatih paruh waktu di sini? Gaji dan tunjangannya bisa kita bicarakan."

Sooji mempertimbangkan sejenak, kemudian berkata,"Aku sangat tertarik, tapi saat ini aku tidak bisa menerima tawaranmu. Aku harus berurusan dengan orang mesum terlebih dahulu. Aku akan mencarimu sebulan lagi."

Sooji turun dari gelanggang es. Soojung menunjukkan kepadanya video yang dia rekam dan berkata,"Sooji, aku merasa bahwa kau sangat berkarisma ketika kau berseluncur ."

"Seperti apa?"

"Hmm, aku juga tidak bisa menjelaskannya dengan tepat." Soojung dengan hati-hati memikirkan kata-kata uang cocok untuk menggambarkannya. Dia kemudian berkata,"Rasanya, seperti kau biasanya adalah sepeda, tapi ketika kau berada di atas es, kau menjadi sebuah Ferrari."

"Kau berlebihan." Sooji memutar video dan juga merasa cukup senang dengannya. Karena itu, dia mengirim video ke dirinya sendiri dan mengunggahnya ke Instagram-nya.

Ada cukup banyak orang yang memberi komentar dan memberi tanda "suka". Tak lama setelah itu, Sooji melihat bahwa Kim Myungsoo juga meninggalkan komentar. Entah kenapa pria itu memutuskan untuk mengikutinya di Instagram kemarin. Alasannya agar dia bisa tahu apa saja yang dilakukan asistennya.

Kami akan pergi ke Sky Yard untuk makan malam. Pesankan makanan untukku dan tunggu aku. Aku ingin steak, tomat goreng dan telur dadar, salad ayam suwir, ubi dan iga babi."

Hmmm... Aku lupa memblokirmu.

Sky Yard adalah area makan yang sedikit lebih mewah yang lebih mahal dari kantin rata-rata. Sooji tiba di tempat itu lebih awal dari Myungsoo. Ketika dia melihat Myungsoo berjalan ke arahnya, dia melihat bahwa Myungsoo memiliki ekor kecil di belakangnya – Nam Woohyun.

Pria itu saat ini sedang memohon dengan nada yang sangat memelas,"Ayolah. Kau bisa melewatkan makan malam dan hanya muncul sebentar selama sesi karaoke. Aku sudah menyebarkan berita bahwa kau akan datang. Apa kau tega mengecewakan para junior kita? Kami bertiga di asrama tergantung padamu untuk meninggalkan status lajang kami. Kim Myungsoo! Ayolah, kumohon!"

Dengan rasa ingin tahu, Sooji bertanya pada Myungsoo,"Siapa dia?"

"Aku tidak tahu."

Pria itu duduk di meja mereka. "Halo, aku teman sekamar Kim Myungsoo. Kau bisa memanggilku Nam Woohyun."

"Halo, aku Bae Sooji." Sooji mengamati Woohyun sejenak sebelum melakukan hal yang sama pada Myungsoo. "Ada apa dengan kalian berdua?"

Woohyun memberikan ringkasan singkat tentang kesengsaraannya tentang pertemuan itu.

Pertemuan itu akan dihadiri oleh penghuni asrama yang menampung gadis-gadis tercantik di antara mahasiswa baru Fakultas Hukum tahun pertama. Satu-satunya alasan mereka menyetujui pertemuan itu adalah karena Kim Myungsoo. Woohyun sudah memberi tahu bahwa Myungsoo akan ikut. Dia tidak akan bisa dimaafkan jika Myungsoo tidak muncul di pertemuan itu.

Sialnya, Myungsoo sangat keras kepala dan menolak untuk pergi tidak peduli bagaimanapun dia dibujuk.

"Jika kau benar-benar menolak untuk pergi, kau akan menyaksikan kematianku. Kau bisa tersiksa oleh rasa bersalah selama sisa hidupmu," Woohyun mengubah metode bujukannya.

Sooji masih menatap mereka dengan kaki bersilang. Dia berkata,"Woohyun sunbae, caramu mengancamnya salah."

"Ah? Jadi, bagaimana cara mengancamnya?"

"Jika dia menolak untuk pergi, letakkan tumpukan kaus kaki kotor di atas tempat tidurnya."

Wajah Myungsoo seketika menjadi muram.

Di bawah ancaman kaus kaki kotor, Myungsoo setuju untuk pergi ke sesi karaoke sebentar setelah latihannya selesai. Setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan ini, Woohyun akhirnya menyelesaikan misinya dan pergi dengan gembira.

Sooji memandang sosok Woohyun yang pergi dan menghela napas,"Ada banyak sekali gadis buta di kampus kita."

"Ikut aku ke pertemuan malam ini," ujar Myungsoo tiba-tiba.

"Kenapa harus aku?" jawabnya tak senang.

Kim Myungsoo berpikir, karena gadis itu membuat hidupnya sulit, maka dia juga akan membuat hidup gadis itu sulit.

Di sebelah barat gerbang UNK, ada Happy Coffee KTV. Tempat itu dekat dengan universitas mereka, membuat tempat itu menjadi pilihan utama para mahasiswa dan mahasiswi untuk berkaraoke.

Myungsoo dan Sooji tiba di Happy Coffee sekitar jam 9 malam. Mereka naik ke atas dan melewati banyak ruangan. Sepanjang jalan, mereka mendengar ratapan dan tangisan mengerikan. Seolah-olah mereka sedang masuk ke sarang setan.

Ketika mereka sampai di Kamar 208, Myungsoo membuka pintu.

Di belakang Myungsoo, Sooji mengintip ke dalam ruangan. Ketika gadis-gadis di ruangan itu melihat Myungsoo, mereka semua berdiri.

Mereka semua memiliki penampilan yang luar biasa.

Sooji berjinjit. Menggunakan suara yang sangat menjilat, dia berbisik ke telinga Myungsoo, "Yang Mulia, ini adalah gadis-gadis yang baru tiba untuk pemilihan selir tahun ini. Apa ada yang menarik minatmu?"

Myungsoo bahkan tidak repot-repot menoleh. Dia mengangkat tangannya untuk mengetuk kepala Sooji.

Sooji berjalan ke ruangan tersebut dengan tangannya menutupi kepalanya. Pikirannya dipenuhi dengan ide-ide tentang bagaimana dia bisa membalas pria itu. Namun, begitu dia memasuki ruangan dan melihat dengan jelas wajah-wajah gadis-gadis itu, dia lupa tentang semua itu.

"Bae Sooji?"

"Son Naeun?"

Gadis bernama Naeun itu memiliki rambut lurus yang panjang. Dia memiliki wajah yang menawan dengan fitur yang sangat bagus dan tidak terlalu tinggi. Sosoknya tampak mungil.

Nam Woohyun memandang Sooji dan Naeun. Dia tersenyum. "Kalian berdua saling kenal?"

"Tentu saja." Naeun mengangguk dan tersenyum. "Kami teman sekelas di SMA."

Sooji mengangkat satu jari dan mengibaskannya. Dia mengoreksi,"Teman sekolah selama satu tahun di kelas satu."

Dari kata-katanya, Woohyun bisa melihat semacam permusuhan yang tidak biasa di antara mereka.

Sooji menyelipkan tangannya ke sakunya dan dengan santai berjalan ke sofa. Ketika dia melewati Naeun, dia mendengar Naeun berbicara,"Aku tidak pernah menyangka bahwa kau bisa masuk ke UNK."

"Sama denganmu. Aku pikir kau akan pergi ke Busan."

Wajah Naeun memucat. Namun, ada terlalu banyak orang yang hadir, sehingga gadis itu memutuskan untuk mengendalikan emosinya.

Ruangan itu cukup besar dan Sooji sama sekali tidak berniat untuk mengenang masa lalu dengan mantan teman sekelasnya ini. Dia duduk di sudut ruangan.

Myungsoo diam-diam duduk di sebelahnya.

Suasananya sedikit canggung, tetapi teman sekamar Myungsoo dengan cepat membantu mencairkan suasana. Semua orang kembali dengan senang bernyanyi dan saling memandang.

Sooji mengambil piring buah dan mulai mengunyah. Bersiap untuk bergosip, Myungsoo menjulurkan kepalanya di sebelah telinga Sooji dan bergumam,"Dia saingan cintamu?"

Sooji mengambil sepotong melon dengan garpu dan memasukkannya ke mulut Myungsoo. "Yang Mulia, jangan memilih Son Naeun."

Myungsoo murni dipaksa datang ke tempat ini karena ancaman kaus kaki kotor yang dibuat oleh Sooji sebelumnya. Dia tidak punya niat untuk memilih siapa pun. Namun, dia sangat menikmati upaya Sooji untuk membuatnya malu. Setelah selesai memakan melon, dia membuka mulut lagi. "Nanas."

Mereka makan buah-buahan dalam diam untuk sementara waktu. Ketika mereka mengangkat kepala lagi, mereka menemukan diri mereka dikelilingi oleh beberapa orang.

Beberapa gadis melewati mereka dengan tertib. "Sunbae, bisakah kami mendapatkan tanda tanganmu?"

Setelah Myungsoo selesai menandatangani, mereka menolak untuk pergi dan mulai berkicau dengan ribut. Myungsoo merasakan kepalanya sakit.

"Kalian lanjutkan, aku akan pergi bernyanyi." Sooji memutuskan untuk pergi dari situ.

Seketika, Myungsoo menggenggam pergelangan tangannya. "Jangan berani-beraninya kau meninggalkanku sendirian di sini."

Sooji hanya bisa duduk santai. "Baiklah kalau begitu. Mari mulai mengobrol. DATANGLAH SEMUANYA KESINI."

Setelah membuat keributan seperti itu, gadis-gadis lain merasa sedikit canggung. Mereka diam-diam saling memandang dengan cemas, tidak tahu harus berkata apa.

Melihat suasana yang tiba-tiba hening, Naeun bertanya pada Myungsoo,"Sunbae, aku dengar kau memainkan cello dengan sangat baik?"

"Lumayan. Aku tidak sering berlatih." Myungsoo memainkan cello satu kali selama pertunjukan seni dan budaya tahun lalu. Hingga saat ini, orang-orang masih terus membicarakannya.

    people are reading<LOVENEMIES [END]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click