《LOVENEMIES [END]》15 - Membuat Masalah
Advertisement
Bae Sooji menatap ketiga orang yang duduk di depannya tanpa ekspresi. "Maaf sudah mengganggu waktu kalian. Selamat tinggal." Setelah berkata demikian, dia berbalik.
Namun, baru beberapa langkah, gadis itu kembali lagi. Dengan ekspresi tak suka di wajahnya, Sooji menarik Jongin dari kursinya. "Aku tahu kau sudah bosan hidup!" Ketika gadis itu berbicara, dia terus menarik Jongin, tanpa tahu hukuman apa yang akan diberikannya pada pria itu.
Jongin merasa bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun. Seolah-olah hidupnya tergantung pada Sooji, dia buru-buru menjelaskan"Bukan aku, bukan aku, bukan aku!"
Soojung merasa bersalah dan dengan cepat meninggalkan kursinya untuk menghampiri mereka. "Itu aku! Aku yang salah! Aku!"
Kim Myungsoo hanya bisa tersenyum miring melihat tiga kawanan tersebut. Sooji dan para pesuruhnya yang aneh, benar-benar kombinasi yang menarik.
Dalam suasana hati yang baik yang tak terduga, makan siangnya terasa lebih baik dari biasanya.
Myungsoo memiliki pelatihan di malam hari yang berakhir sebelum jam 9 malam. Pria itu mandi, mengambil tasnya dan langsung menuju perpustakaan untuk belajar.
Sooji tentu saja juga mau tidak mau dipanggil untuk menungguinya selesai belajar.
Namun, Sooji tidak percaya bahwa pria itu benar-benar meneleponnya dan memaksanya untuk menemaninya belajar. "Kim Myungsoo, kau terlalu pandai membuat masalah. Lihatlah baik-baik situasinya. Sekarang, saat orang lain sedang kembali dari ruang belajar mereka, kau baru ingin mulai belajar?" Sooji mendengus kesal, tak percaya dengan sikap Myungsoo. "Kau hanya ingin mengambil foto dan mengunggahnya ke KakaoTalk untuk dilihat semua orang, 'kan? Jangan repot-repot menyangkal, aku tahu apa yang kau pikirkan."
"Aku menunggumu."
Tut. Panggilan terputus. Sooji sangat kesal hingga dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
Gadis itu awalnya berencana untuk makan malam bersama Jongin dan Soojung. Sekarang, dia tidak punya pilihan lain selain menuju perpustakaan.
Ada banyak siswa yang masih berada di perpustakaan. Sepertinya para siswa UNK sedikit rajin belajar.
Sooji menemukan Myungsoo di ruang belajar di lantai dua. Bajingan itu ternyata benar-benar belajar. Dia berkonsentrasi pada buku-bukunya dan tampaknya tidak merasakan kedatangan Sooji. Tidak jauh dari situ, Sooji berhenti untuk mengambil foto Myungsoo dengan kamera ponselnya sebelum mengedit kata-kata di dalam foto: Orang ini benar-benar terlihat seperti anjing.
Myungsoo mengangkat kepalanya dan menemukan Sooji berdiri di sana.
Sooji menjatuhkan diri di kursi di seberang Myungsoo dan menekuk satu jari padanya. "Ayo kita saling menambahkan satu sama lain di KakaoTalk."
Setelah menambahkan Myungsoo ke KakaoTalk, dia mengirimi pria itu foto yang baru diedit.
Myungsoo sama sekali tidak marah. Dia menggerakkan jari-jarinya untuk menghapus foto dan menundukkan kepalanya untuk terus membaca bukunya.
Melihat Myungsoo tidak bergeming, Sooji sejenak merasa bahwa ini sangat tidak berguna. Dia berbalik, mengeluarkan biografi acak dari rak buku dan mulai dengan santai membolik-balik buku itu. Biografi itu tentang seorang putri dari Dinasti Joseon. Sepertinya penulis sangat melebih-lebihkan isi buku itu. Penulis tampaknya sangat termotivasi dalam memasukkan adegan seks di setiap adegan. Adegan itu sangat menarik dan tepat ketika Sooji sedang membaca salah satu adegan yang menarik itu, termos berwarna abu-abu terang didorong di depannya.
Advertisement
Dia mengangkat matanya dari halaman buku dan melihat termos tersebut.
Suara Myungsoo yang dalam dan provokatif terdengar dari kursi di seberangnya. "Isi termosku dengan air."
"Myungsoo." Sooji melemparkan buku yang dipegangnya itu ke atas meja dan memandang Myunggsoo dengan pandangan yang tajam. "Apa kau juga membutuhkan aku untuk mengangkatmu ketika kau akan pergi ke kamar kecil?"
"Jangan berbicara kasar."
Otak Sooji penuh dengan tanda tanya. Dia hanya menggumamkan "orang gila", bangkit, lalu pergi dengan membawa termos. Saat berjalan, dia bertanya-tanya mengapa Myungsoo menuduhnya berbicara kasar. Bagaimana bisa dia tiba-tiba dituduh berbicara kasar? Meskipun dia benar-benar membenci pria itu, dia masih penasaran untuk mengetahui jawabannya.
Sooji awalnya masih sangat bingung. Namun, begitu dia mencapai pintu masuk kamar mandi dan melihat beberapa orang masuk dan keluar dari kamar mandi, seolah-olah sambaran kilat melintas di benaknya dan dia langsung mengerti alasannya.
Myungsoo, mungkinkah, ketika dia berkata untuk membantu "mengangkatnya", pria itu berpikir bahwa dia mengatakan itu untuk membantunya memegang... Eh?
"Sialan!" Sooji berdiri di luar kamar mandi dan mengutuk dengan keras.
Selesai dengan kutukannya, dia dengan keras mengetuk termos yang dia pegang di kusen pintu masuk kamar kecil dengan "dentang" yang keras. "Kau ingin air? Aku bahkan tidak akan memberimu air kencing! "
Kedua siswa yang hendak keluar dari kamar mandi melompat ketakutan dan berhenti, takut untuk keluar dari pintu.
Pada awalnya, Sooji ingin langsung membuang termos itu. Namun, dia khawatir Myungsoo akan mengambil kesempatan untuk menghancurkannya sambil meminta kompensasi. Setelah banyak pertimbangan, dia dengan enggan memegang termos dan meninggalkan tempat itu dengan langkah besar dan tangannya tergenggam di belakang punggungnya.
Tidak mungkin pria itu akan mencarinya. Akan lebih baik jika pria itu mati kehausan!
Sooji mengambil termos keluar dari perpustakaan bersamanya. Dia kemudian menelepon Jongin dan mengetahui bahwa pria manis itu masih makan malam dengan Soojung.
Jongin mengirim lokasi mereka kepadanya. Mereka berada di sebuah restoran kecil yang terletak di tempat orang-orang menjual makanan jalanan dekat gerbang timur UNK. Mengendarai sepeda, Sooji membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk sampai di tempat itu.
Restoran itu penuh dengan aktivitas. Hampir semua meja telah ditempati dan bisnis restoran sedang heboh. Sooji bisa melihat sosok Jongin segera setelah melangkah masuk. Punggungnya menghadapinya sementara Soojung tidak terlihat. Soojung pasti pergi ke sebelah untuk membeli makanan.
Sooji secara licik menyelinap dan menepuk punggung Jongin dengan keras. "Orang dungu!"
Tepukan ini menyebabkan bahu pria itu tenggelam ke depan. Dia berbalik untuk melihat Sooji.
Mata Sooji bertemu sepasang mata yang tidak dikenalnya. Senyumnya langsung membeku. "Eh..."
Dia memiliki sepasang mata seperti rusa betina dengan pupil hitam khas yang lembut dan jernih. Dia menatapnya dengan kepala sedikit dimiringkan ke samping, wajahnya penuh kepolosan.
Dipandang oleh sepasang mata seperti itu, Sooji merasa sepertinya dia telah sangat berdosa. Dia dengan cepat mengangkat tangan, jari-jarinya dengan ringan menyentuh pelipisnya dan meminta maaf,"Maafkan aku. Aku tidak sengaja. Aku kira kau adalah orang lain. Tolong lanjutkan makan malammu. "Saat Sooji berkata demikian, penglihatannya turun. Dari balik pundaknya, dia melihat semangkuk sup di depannya.
Advertisement
Ada bercak-bercak air di atas meja yang kemungkinan besar adalah sup yang diludahi pria itu ketika Sooji menepuk punggungnya.
Sooji mengeluarkan beberapa serbet kertas dan membersihkan meja sebagai bentuk rasa bersalahnya. Setelah gadis itu selesai, dia dengan cepat mengucapkan "nikmati makan malammu" sebelum menghilang dari TKP.
Gerakan Sooji terlalu cepat. Kedatangan dan kepergian Sooji seperti embusan angin yang hilang sebelum pria itu punya waktu untuk bereaksi. Dia tanpa kata-kata melihat ke kiri dan ke kanan sebelum melanjutkan untuk memakan sup.
Sooji menemukan Jongin dan Soojung di salah satu sudut restoran.
Kim Jongin menarik bajunya dan menghibur Sooji, "Bos, kau tidak bisa disalahkan. Lihat, kami mengenakan baju yang sama persis!"
"Sialan. Aku tahu. Jika tidak, bagaimana aku bisa mengenali orang yang salah?"
Jung Soojung mengedipkan sebelah matanya sambil berkata,"Sepertinya kau menggodanya."
Jongin mengangguk. "Itulah bosku. Kau pasti akan mengalami lebih banyak hal ini di masa depan— Aduh!" Dia berteriak kesakitan karena Sooji memukul kepalanya.
Kim Jongin menggosok kepalanya dan bertanya,"Kabur seperti ini, apa orang itu akan membuat masalah untukmu?"
Sooji merengut. "Apa dia punya nyali untuk melakukan itu?"
Jongin tahu bahwa Sooji sebenarnya tidak sekuat kelakuannya. Namun, sebagai antek yang hebat, pria itu tidak mau menyinggungnya. Mendengar kata-kata Sooji, dia hanya menjawab,"Bos, yakinlah bahwa kami tidak akan membiarkanmu untuk bertempur sendirian."
Sooji mengingat kejadian sore itu dan dengan serius menatapnya. "Aku pikir sebaiknya kalian meninggalkanku sendirian. Biarkan aku sendiri untuk bertarung dan berjuang untuk diriku sendiri. "
Soojung dengan lembut membelai lengan Sooji dan berbicara dengan lembut,"Rajaku, aku punya sesuatu yang penting untuk dilaporkan."
Sooji bersemangat saat ini. Mengunyah daging dari piring Jongin, dia berkata, "Ya? Lanjutkan."
"Aku menemukan klub penggemar Myungsoo. Klub itu bertempat di kampus kita dan aku berhasil menyusup. "
Sooji menemukan hal yang membingungkan. "Bajingan itu bahkan punya klub penggemar? Apa ada banyak orang buta di sekolah kita?"
"Aku juga tidak yakin. Aku akan mengundangmu ke grup. Ini adalah klub penggemar tidak resmi sehingga tidak diawasi dengan ketat." Saat gadis ituberbicara, jari-jari Soojung bergerak di atas layar ponselnya untuk mengundang Sooji.
Sooji menghentikan Soojung. "Aku tidak bergabung dengan klub penggemarnya. Aku bahkan bukan penggemarnya."
"Bos, hanya dengan mengetahui dirimu dan musuhmu, kau bisa menang dalam setiap pertarungan. Kau harus bergabung dengan klub penggemar ini," ujar Jongin.
"Hmm, itu masuk akal."
Jongin memanggil pelayan untuk memesan lebih banyak makanan. Dia bertanya pada Bae Sooji apa dia ingin minum dan gadis itu memesan susu pisang. Memikirkan "kejahatan" yang ia lakukan sebelumnya, Sooji memberi tahu pelayan,"Aku ingin sebotol susu pisang. Tolong antarkan ke pemuda di sana." Dia menunjuk ke sebuah meja di depan yang berada di sebelah kanannya.
Di sana, pria itu duduk, masih memakan supnya.
Setelah beberapa saat, pelayan kembali dengan botol susu pisang. Wanita itu terlebih dahulu menyerahkan satu susu pisang itu pada Sooji sebelum akhirnya menyerahkan susu yang lain kepada pria itu. Pria itu mendengarkan penjelasan pelayan dan melirik meja Sooji.
Sooji tersenyum padanya.
Jongin mendekat dan berbisik ke telinga Bae Sooji,"Bos, ini pertama kalinya aku melihat seseorang menggunakan susu pisang untuk membuat umpan untuk menggoda seorang pria. Kau benar-benar bosku. Aku sangat salu padamu."
"Enyahlah kau!" Sooji memukul pelan kepala Jongin. "Itu hanyalah tanda permintaan maafku. Apa yang kau tahu?"
"Aku tahu tipe pria yang disukai bosku," ujarnya bangga.
Mendengar itu, Sooji hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak lama setelah itu, Sooji bisa melihat pria yang Sooji berikan susu pisang itu tidak langsung meminum susunya, namun membawa susu itu pergi bersamanya.
Myungsoo menelepon ponsel Sooji sebanyak dua kali namun kedua panggilan itu langsung ditolak oleh gadis itu. Gadis itu sedang tidak bisa diganggu.
Myungsoo akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan padanya.
Kau tidak menginginkan tasmu lagi?
Sooji menepuk kepalanya. Dia benar-benar melupakan tasnya. Sooji melirik jam tangan yang tersemat dipergelangan tangannya, sudah jam 10.30 malam.
"Saatnya bubar. Ayo pergi."
Mereka bertiga bersepeda kembali ke sekolah. Sooji mengambil jalan memutar untuk mengambil tasnya. Ketika dia mendekati perpustakaan, dia melihat Myungsoo berdiri di bawah lampu jalan di luar pintu masuk perpustakaan. Sosoknya yang tinggi dan tegap membuatnya tampak menonjol dari kerumunan. Di antara banyak orang yang lewat disekitarnya, pria itu yang paling mencolok.
Sooji menginjak rem pada menit terakhir dan berhenti di depan Myungsoo.
Seolah-olah mereka sedang bertukar hadiah, Myungsoo menyerahkan tas Sooji sementara gadis itu menyerahkan termos Myungsoo.
"Jangan minta aku untuk mengisi ulang airmu di lain waktu — aku mungkin akan meracunimu." Sooji dengan geram mengatakan kalimat itu, lalu mulai mengendarai sepedanya.
Myungsoo mengangkat termos di tangannya. Termosnya terasa berat dan kemungkinan setengah dari termos itu diisi dengan air. Myungsoo berpikir bahwa Sooji masih memiliki hati nurani.
Myungsoo kembali ke asramanya. Teman sekamarnya, Nam Woohyun sedang bermain game sementara dua teman sekamar lainnya belum kembali ke kamar mereka.
Myungsoo meletakkan barang-barangnya dan berencana untuk mandi. Woohyun melihat termos Myungsoo dan bertanya,"Apa kau punya air?"
"Mm," gumamnya.
"Berikan padaku. Aku sangat kehausan. "
"Ambil saja sendiri."
Woohyun melepaskan keyboard dan mouse kesayangannya dan bergegas mengambil termos. Myungsoo melepas jaketnya dan mendengar teman sekamarnya itu menjerit aneh.
"Myungsoo, apa yang salah dengan kepalamu yang terkutuk itu?"
Myungsoo tampak bingung, lalu meliriknya. "Kau yang punya masalah."
"Jelaskan padaku, apa yang kau lakukan?" Sambil mengatakan itu, Woohyun memegang termos dan berjalan ke arah Myungsoo.
Myungsoo melirik ke mulut termos. Tidak ada setetes air pun di dalamnya. Yang ada malah sebatang tulang yang besar. Sepertinya tulang itu berasal dari sisa makanan. Myungsoo menghembuskan nafasnya perlahan. Dia sudah tau siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Sooji?
Advertisement
The Isekai Will be Livestreamed
When Jake was offered the chance to become a hero in another world, to escape his dull life, he only asked one thing, “Can it be livestreamed?” only for a Mom-entuous mistake to cause him to Ms his journey. An Audience-Interactive Quest! [Participant in the Royal Road Writathon challenge!]
8 116Marriage And Monsters - An Eschatological Romance
A healthy marriage is an ongoing conversation. So what happens when one partner is speaking English and the other is speaking the Celestial Language of Creation? Also the world seems to be ending, so maybe that should be a priority. Civilization is collapsing, magic and horror are rising, and suddenly all those lazy day conversations about heroism and fantasy are becoming very, very real. Can Sean and Haley's oddball partnership save the day? Can it even survive? Updates Tuesdays/Thursdays, will always be posted to /r/rational when a new chapter goes up.
8 55Senses Reposed
Grant, twenty years old, was tired of being a prisoner to his job, parents, and city. He had been fed to believe all of it was deserved. The thought of breaking free from his current life felt undeserved. But his ability to tolerate everything was wearing thin; he was about to crack. He began to wonder that maybe all the blame put on him wasn't entirely his fault. A coworker told him about a small village, Lyros, where he could move. The price seemed too good to be true. Despite that foreboding feeling, he decided to leave his previous life behind. Could Lyros bring him the freedom he pursued? Or was it just another place that would take hold of him, refusing to let go? Cover art by DaisukeSenpai1
8 80Endless Lands
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------No Summary for now--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
8 84Mindshifter: The Mind War
Most of the Malkene world is shrouded in fog which transforms everything. Remaining humans are forced to live in a few isolated areas. War against mind-snatchers on the east will affect peaceful west. Time for changes has come, the decision is in thehands of the group of volunteers. On their path they will interact with many forces including Gods. To reach the truth and victory they will have to lose everything and battle utter hopelessness. From this different kind of mind war strongest one will emerge as a mindshifter. All mysteries will be revealed to him. Only one question is left without answer: when mankind's everlasting hunger for power is finally saturated, is there any humanity left?
8 101Contrasting Similarities
How can people be so similar yet so different?How can situations be strange yet so familiar?Twins Amira and Aurora were put under the custody of their mother when they were five. So much has happened since then. But what was the worst was the loss they've experienced. The sadness one of them has felt and the pain she has endured.They live for each other. They have their contrasts and their similarities. But one thing for sure is common.Priorities. The first priority is their other half. Their twin.But what happens when the situation leads them back to their brothers who were left in their biological father's custody? What happens when they finally receive the sibling love they couldn't give each other yet they both craved? What happens when they are forced to escape their own bubbles and experience what true care and affection is?And along the way, they discover the contrasting similarities, that help them heal and discover a different kind of love yet so similar.TW: Mentions of Abuse, Death and Schizophrenia.
8 177