《LOVENEMIES [END]》2 - Pembalasan
Advertisement
Bae Sooji mengambil pena berwarna merah miliknya. Dia berkeliling dan bermain-main dengan pena merah tersebut, memberikan nilai 100 pada buku latihannya, sambil menulis nol besar untuk Kim Myungsoo.
Tak lama setelah itu, bencana menimpa buku pelajaran sastra Myungsoo. Setiap ilustrasi binatang dalam buku sastra itu mendapatkan coretan berwarna merah, solah-olah itu adalah darah dari binatang tersebut. Bahkan gambar katak yang juga ada di dalam buku sastra Myungsoo juga tidak selamat. Pada pandangan pertama, buku itu lebih mirip seperti ensiklopedia monster karena coretan yang ada didalamnya.
Hal itu tidak berakhir sampai disitu saja. Sooji kemudian menggambar arloji di pergelangan tangan Myungsoo dengan pena merah tersebut.
Dengan memegangi tangannya, Myungsoo merasa marah dan canggung. Wajahnya memerah dan kemudian berkata dengan sedikit keras,"Berhentilah bermain-main, Sooji."
"Berhentilah bergerak. Aku akan menggambar cincin untukmu." Bukannya berhenti, Sooji kini malah menggambar cincin di jari manis Myungsoo.
Kim Myungsoo sangat kesal, tapi seperti biasa, ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Guru Kang segera mengetahui bahwa Myungsoo sekali lagi diintimidasi oleh Sooji dan hal ini membuat wanita itu sedikit iba.
Akibatnya, ketika Guru Kang ditahan oleh Kepala Sekolah Bae setelah pertemuan para wali kelas, wanita itu memutuskan untuk menumpahkan semuanya setelah diselimuti keraguan.
"Putrimu, dia benar-benar jahil."
Kepala Sekolah Bae sangat marah dan hal ini membuat hidungnya memerah setelah mendengarkan laporan Guru Kang. Ketika Kepala Sekolah Bae kembali ke rumah di malam hari, dia memukuli telapak tangan Sooji. Dengan hanya satu serangan ringan yang bahkan pria itu tidak menggunakan kekuatan yang besar, Sooji mulai menangis. Air mata berkilau di mata Sooji membuatnya tampak dalam kondisi yang sangat menyedihkan.
Kepala Sekolah Bae membenci dirinya sendiri karena tidak berguna karena hatinya langsung melunak melihat putri tunggalnya tampak sangat menyedihkan.
Pria itu memandang gadis kecil itu dengan wajah tegas. "Apa kau mengerti bahwa apa yang kau lakukan itu salah?"
"Aku mengerti," ujar Sooji sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
"Apa kau masih berani menggertak teman sekelasmu lagi?"
"Tidak."
Telapak Sooji kini sudah aman tetapi dia masih dihukum berdiri sebagai hukumannya.
Baik itu makan malam atau mengerjakan pekerjaan rumahnya, Sooji tidak diizinkan untuk duduk sama sekali.
Saat dia menyelesaikan tugasnya, gadis kecil itu mengertakkan giginya dan bergumam,"Beraninya kau mengadu? Kim Myungsoo, tunggu saja!"
Hari berikutnya di sekolah, hal pertama yang dilakukan Sooji adalah mengkritik Kim Myungsoo karena menjadi seorang pengadu.
Advertisement
Myungsoo tampak sangat bingung. "Aku tidak melakukan apa-apa."
Sooji, tentu saja, tidak berharap bahwa bocah itu mengakuinya.
Karena marah, Sooji menghabiskan biskuit beruang dan susu pisang Myungsoo. Saat makan siang, ketika semua orang makan di kantin sekolah, Sooji melanjutkan tingkahnya dengan mengambil makan siang Kim Myungsoo.
Tidak sampai disitu saja. Setelah makan siang, Sooji menyeret Myungsoo ke minimarket dimana Myungsoo dipaksa untuk membeli Kinder Joy untuknya.
Kinder Joy saat itu adalah makanan terlaris di antara anak-anak sekolah dasar. Berbentuk seperti telur bebek, Kinder Joy dapat dibuka dan kau bisa mendapatkan cokelat dan mainan kejutan yang berbeda di dalamnya. Itu sangat menarik, namun, makanan itu sangat mahal untuk ukuran anak sekolah dasar..
Setelah membeli Kinder Joy, Myungsoo menyentuh dua koin yang tersisa di sakunya. Wajahnya menggelap.
Menabung adalah hal yang tidak mudah ketika kau masih duduk di bangku sekolah dasar.
Di ujung lain, Sooji merasa dalam suasana hati yang sangat baik setelah mendapatkan Kinder Joy dari uang saku Myungsoo. Gadis kecil itu memakan cokelatnya sambil bermain dengan helikopter mini yang ia dapatkan sebagai hadiah dari Kinder Joy tersebut. Setelah kembali ke kelas, Sooji memamerkan helikopter yang membuat teman-temannya iri. Sooji menikmati hal ini, seolah-olah dia adalah pemenang dalam hidup.
"Aku memutuskan untuk memaafkanmu," ujar Sooji pada akhirnya. Dia kemudian berhenti sejenak sebelum menambahkan,"Tapi kau masih harus membiarkan aku meminum susu pisangmu besok."
Kim Myungsoo berpikir, segalanya tidak bisa berjalan seperti ini.
Dia perlu membalas gadis itu.
Ada banyak permen di rumah Myungsoo. Permen itu berasal dari pemberian teman-teman orang tuanya.
Namun, orang tua Myungsoo tidak mengizinkannya makan terlalu banyak permen. Hal ini membuat sebagian besar permen tersebut sering disimpan hingga melewati tanggal kadaluwarsa.
Hari itu, melihat ibunya membuang permen yang sudah kadaluwarsa, Myungsoo tiba-tiba bertanya,"Apa yang akan terjadi jika seseorang memakan ini?"
Nyonya Kim berusaha menakutinya. "Kau akan sakit perut dan harus pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan sebelum kau bisa sembuh. Jadi jangan pernah makan makanan yang sudah kadaluwarsa."
Kim Myungsoo mengangguk dengan patuh. Dia menunjuk ke toples permen yang dibuang di tempat sampah dan berkata,"Bisakah aku mengambil beberapa permen itu?"
"Mm? Untuk apa?" Tanya Nyonya Kim sedikit bingung.
"Aku ingin memberi makan anjing-anjing liar."
Kim Myungsoo lalu membawa permen yang sudah kadaluwarsa itu ke sekolah. Seperti yang ia harapkan, ia hanya perlu mengeluarkan permen itu untuk sebentar saja dan Sooji segera berlari menghampirinya seperti anak anjing yang melihat tulang.
Advertisement
"Ini adalah permen impor," ujar Bae Sooji sambil menunjuk kata-kata asing pada bungkusnya.
"Mm," Myungsoo dengan sengaja menjawab dengan nada acuh tak acuh, seolah-olah permen itu adalah sesuatu yang sangat biasa baginya.
Bae Sooji menelan ludahnya. "Biar kubantu kau mencobanya."
"Dengarkan ini, dengarkan saja, bagaimana bisa seseorang begitu tak tahu malu?" batin Myungsoo.
Tanpa menunggu jawaban Myungsoo, Sooji dengan santai mengambil permen, membuka bungkusnya dan memasukkannya ke mulutnya secepat kilat. Dia sama sekali tidak memberi Myungsoo kesempatan untuk menolak.
Myungsoo menoleh ke samping, sudut mulutnya sedikit naik.
"Anjing liar." Dengan punggung menghadap Sooji, dia diam-diam bergumam.
"Apa katamu?" Bae Sooji tidak terlalu mendengarnya dan menanyainya sambil mengisap permen tersebut.
Kim Myungsoo tidak menjawab. Dia melemparkan dua potong permen yang tersisa di tangannya ke mejanya sebelum mengambil buku sastranya yang baru – ensiklopedia monster sebelumnya sudah ia lempar ke tempat sampah. Ini adalah buku yang baru dibeli ibunya.
Ibu Myungsoo bahkan menyebutnya bodoh karena bisa kehilangan bukunya.
Meskipun mata Myungsoo tertuju pada buku teks, perhatiannya tetap tertuju pada Sooji yang duduk di sampingnya. Bocah itu tidak sabar untuk melihat teman semejanya ini menderita sakit perut sebelum dikirim ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan. Akan sempurna jika Myungsoo secara langsung bisa mendengar tangisan Sooji saat menerima suntikan.
Krek—
Setelah Sooji menggigit permen di mulutnya, gadis kecil itu tiba-tiba merasa ada sesuatu yang salah dan segera berhenti mengunyah setelah satu gigitan itu.
Myungsoo memiringkan kepalanya ke samping dan diam-diam mengamati Sooji.
Dengan hanya satu pandangan, pikirannya langsung menjadi kosong.
Sooji berdarah.
Satu sisi pipinya kembung. Mulutnya sedikit bengkak dan darah merah segar mengalir di sudut mulutnya. Tetesan darah perlahan semakin banyak sehingga terlihat seperti air terjun merah. Itu adalah pemandangan yang mengejutkan untuk dilihat.
Myungsoo sangat linglung sehingga seluruh tubuhnya terasa dingin dan anggota tubuhnya mati rasa.
Sooji merasakan ujung mulutnya gatal dan mengangkat tangan untuk menggosoknya. Dia menatap jari-jarinya dan melihat jari-jarinya ikut berlumuran darah.
Sooji langsung ketakutan. Dia memutar kepalanya untuk menatap Myungsoo dengan pandangan kosong.
Myungsoo juga melakukan hal yang sama. Wajah mungilnya pucat pasi dan air matanya mengalir deras.
Perilaku aneh mereka dengan cepat mendapat perhatian teman-teman sekelas mereka yang lain. Pada saat itu, bel sekolah berbunyi, menandakan pelajaran akan dimulai. Guru Kang melangkah ke ruang kelas dan berkata,"Berhentilah bermain-main. Tidak bisakah kalian mendengar bahwa sudah saatnya memulai pelajaran? Duduk dengan benar!"
Kang Jiyoung yang duduk di depan Bae Sooji menangis tajam,"Guru Kang, Sooji sedang muntah darah!"
Guru Kang berbalik ke arah Bae Sooji dan melihat bahwa kulit gadis kecil itu pucat dan memang ada darah di mulutnya. Yang lebih aneh adalah bahwa satu sisi pipinya bengkak. Guru Kang segera meletakkan buku pelajaran yang dipegangnya dan dengan cepat berlari ketakutan. Dia membungkuk dan memegang wajah Bae Sooji dengan satu tangan. Dengan lembut ia menyentuh pipi yang bengkak itu dengan ibu jari. Daerah yang bengkak itu sedikit padat.
"Apa yang sedang terjadi? Apa yang kau makan?" Tanya Guru Kang.
Sooji masih dalam kondisi terkejut. Dia menatap kosong pada Guru Kang dalam diam.
Dengan suara gemetar, Myungsoo berkata,"Permennya kada- Kada-"
Guru Kang memotong ucapan Myungsoo dan berkata pada Sooji,"Muntahkan."
Sooji dengan patuh menundukkan kepalanya, membuka mulut dan memuntahkan apa yang ada di mulutnya.
Yang keluar adalah dua belahan permen.
Sooji lalu memuntahkannya lagi.
Kali ini, yang keluar adalah benda putih yang tertutup darah.
Setelah melihatnya, bahu Guru Kang langsung lega. "Sooji, gigimu copot."
Guru Kang membawa Sooji untuk berkumur. Setelah itu, pelajaran dilanjutkan seperti biasa. Sebenarnya, beberapa siswa di kelas juga pernah berganti gigi sebelumnya. Hanya saja, mereka tidak pernah sedramatis Sooji.
Baru saja pulih dari keterkejutan, Sooji berkata pada Myungsoo,"Aku pikir aku akan mati."
Myungsoo menjawab dengan suara rendah,"Aku juga."
Sooji merasa bahwa dia perlu menenangkan sarafnya dengan memakan beberapa permen. Gadis itu diam-diam meraih dua potong permen yang tersisa di meja mereka.
Myungsoo dengan cepat mengambil permen-permen itu.
"Hei," seru Sooji tidak suka.
"Berhenti memakan permen ini," balas Myungsoo.
Sooji mengabaikan kata-kata Myungsoo. Dia mengulurkan telapak tangannya yang terbuka ke arah Myungsoo. "Kau sudah memberikannya kepadaku."
"Aku menyesal melakukannya," ujar Kim Myungsoo
Di depan kelas, Guru Kang mengetuk papan tulis. "Bae Sooji! Kim Myungsoo! Apa kalian punya banyak hal yang ingin kalian bicarakan? Kalau begitu maju saja dan ceritakan di depan kelas!" perintah Guru Kang.
Sooji segera menutup mulutnya. Meskipun demikian, dia terus menatap Kim Myungsoo yang keras kepala.
"Dasar pelit!" batinnya.
Konten Bonus Penulis
Q: Bagaimana proses lamaranmu?
Komentar Teratas: Lamaran pertamaku terjadi saat aku kelas 2 SD. Dia menggambar cincin pertunangan di jariku.
Advertisement
- In Serial24 Chapters
Night Terror
Story is currently 'on hold' for an indefinite period of time - I will eventually post the whole thing when it's complete, see the news post for more details. After dying young, a man reincarnates into a new world as Abe Haruki. 'This whole world is suspicious...' Despite the fact that Haruki had never once met a god, even during his reincarnation, he couldn't help feeling that this world was just too... Intelligently designed? I mean, seriously... Levels? Classes? Stats? Items? You can even level up your abilities! 'Definitely suspicious...' Unfortunately, the Church have been keeping close tabs on him from the shadows. They've heard rumours of a boy, born with a golden ring. With magical affinities that defy logic. Darkness and light energies destroy each other, violently, so how does he have the affinity for both? Can Haruki live his peaceful life along side childhood friend Suzu? Or will they fall to the coming darkness? ::Author's note:: While there are stats and exp etc, it's not LitRPG. They are there, but not the focus in any way. The world is more hardcore - A human is soft, so a pierced lung should eventually kill them. Even though they have a small pool of HP, a single deadly blow can end it all. If you ever want to say G'day, I'm in the discord chat every now and then, so feel free to join the madness ;) Thanks for reading
8 100 - In Serial6 Chapters
Jeanbleau the Evil Adventurer
After being stripped of his lordship, his lands and his honor for his evil deeds, Jeanbleau de Parise has the choice of either execution or exile to the nation of Ōkina Basho, where he must become an adventurer and give the majority of his loot and earning to the government of his homeland. Of course, he chooses the option that allows him to keep his head. As a green adventurer at lvl 3 and trash equipment in his possession, he goes against the strong warning of his guild attendant and sets out to rescue the Pumpkin Princess of Ilth. Being a lower level than the quest ticket suggests should be no matter when the life of a princess is at stake, surely? “It is the honorable thing to do!” “But honor alone doesn’t win battles, you fool!”
8 105 - In Serial7 Chapters
Triblade: Maximum Atomic Fury
In Edo Japan there lives Rengo, a shogun fueled by blind loyalty, Jiyu, a rouge and assassin on the run, Hando, a Native American swordsman in search of his father and the civil war of the Yan and Yin Dynasties. What else could go wong?
8 78 - In Serial351 Chapters
The Paths of Magick
Credits: Story by Xcaliburnt. Cover Art by @Bervolart. Magick, the power to bend the laws of reality. All because of a mystical substance known as mana. Mages follow the Paths to achieve power, for there is no more addictive chase. Each Path winds and twists, forcing mages through the flames of adversity and challenge. Though the operative word is "path", the reality is far less straightforward. Instead of a road, Paths are like the branches of world trees, erupting into the heavens, intertwining, and ending in sharp snaps. Only the strongest reach the sky. There are several Paths, and many Ways to walk them—variations of the same Path, and like the stars, they are endless. Magick is the sacred flame that scours the fat, rendering the truest self. Superfluous flesh melting away to show the skeleton of one's being. A chance for ascension—apotheosis. Though not every mage works to godhood, if they survive long enough, It is inescapable. Witness the lives of those that tread the knife's edge of self-destruction. Each one intertwined in their search for answers, revenge, and, most of all: power. These individuals have all lost something precious—irreplaceable—and In search of filling the void left behind, they have taken up the mantle of a mage. Per aspera ad astra. Ad mortem vel divinitatis. (Through adversity to the stars. To death or divinity.) There is no consistent release schedule except my consistent inconsistency. Besides, there’s like a thousand pages worth of content, how can—you already read it? Goddamn. Oh, and there is a very long hiatus between volumes as I intend to edit and rewrite a lot. What to Expect: This story is progression fantasy, so expect a healthy dose of training. It's also heavy on slice of life, and it isn't entirely overarching-plot-driven. Expect characters to live their lives, and not always be on some quest to save the world. There's a lot of magic theory and discussion about it in the story. So, if you don't like impromptu lessons on sorcerous theory by traveling monster slayers, this might not be for you. But if you do like it, rejoice! For there is a lot of it. This is also heavy on prose, purple as a bruised eye. I use outdated, uneccesarily collegiate-level terms and play around with the writing style just for the heck of it. I find it fun to wax and wane poetic, and that might grate on you—I don’t plan to change this aspect of the Paths much if at all. Onto the viewer discretion is advised parts: This is grim-dark/ grim-heart. Take the tags seriously. There will be combat scenes that are brutal and horrifying. Fights to the death tend to be. This is a tale about medieval mercenaries (quite literal killers for hire), man-eating monsters, and eldritch gods beyond the material plane. Beside that, there will be traumatic events that are best left unread. I do not detail certain acts I find heinous enough, instead leaving some parts unwritten but still alludded to if not outright stated; there is simply no graphic narration thereof. This is not for the faint of heart.
8 282 - In Serial18 Chapters
Re:Stoat
This story is utterly brutal, sick, twisted, and vile. Rape, Murder, Gore, Nature. Elephants rape and murder rhinos... I want to make this story twisted from the start. The world is a viscous and cruel place. My story is going to push limits. Abandon all hope, ye who enter here.
8 101 - In Serial8 Chapters
Yungi Oneshots
mainly Yungi centric oneshots. angsty, fluffy, smutty 😏😏 enjoy. if anyone doesn't like the way I write too bad. You can request stuff and I'll try to do it.
8 195

