《LOVENEMIES [END]》1 - Teman Semejaku
Advertisement
《Teman Semejaku》
Penulis : Bae Sooji (8 Tahun, Kelas 2 SD)
Teman semejaku bernama Kim Myungsoo. Aku sangat membencinya. Kenapa aku membencinya? Aku membencinya karena kakek berjanji kepadaku bahwa jika aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas, kakek akan membawaku ke Disneyland. Aku benar-benar ingin pergi ke Disneyland! Tapi bukan aku yang mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Tapi Kim Myungsoo. Guru Kang memuji Myungsoo saat ia melakukan pertemuan antara orang tua dan guru. Ayah bahkan menyuruhku untuk mencontoh Kim Myungsoo. Aku berharap Guru Kang tidak akan memuji Kim Myungsoo. Maka dari itu aku membencinya.
Bae Sooji menyadari bahwa umpan balik yang diterimanya untuk esainya adalah ceramah dari Guru Kang. Dia tidak mengerti apa yang ingin diungkapkan oleh Guru Kang.
Bagaimanapun juga, Sooji sudah dengan jelas mengungkapkan apa yang ingin dia katakan.
Guru Kang memanggil Sooji ke kantor selama istirahat dan mulai bercerita panjang lebar. Inti dari ceramah Guru Kang adalah bahwa seseorang harus menyayangi teman sekolahnya dan seseorang harus berusaha lebih keras jika ingin mendapatkan juara di kelas.
Bae Sooji mengangguk kecil, bertingkah seolah mengerti dengan apa yang dikatakan Guru Kang.
Setelah Sooji menyerahkan kembali esainya yang telah ia perbaiki, Guru Kang memujinya. "Kali ini, esaimu tidak memiliki ejaan yang salah atau kata-kata yang tidak cocok digunakan. Penggunaan tanda bacanya juga benar. Kau melakukannya dengan baik. Pertahankan kerja kerasmu."
Bae Sooji tersenyum senang. "Terima kasih, Guru Kang. Aku menyuruh Kim Myungsoo untuk memperbaiki esaiku. Aku akan memintanya untuk memperbaikinya lagi lain kali!"
Rasanya ada batu besar yang kini menimpa kepala Guru Kang. "Bukan itu maksudku." Guru Kang terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka suara kembali. " Sooji, dengar, saat Myungsoo menyerahkan esainya padaku, dia hanya menulis hal-hal yang baik tentangmu. Dia bahkan mengatakan bahwa dia sangat suka memiliki teman semeja sepertimu."
Mendengar perkataan Guru Kang, otak kecil Sooji dipenuhi kegembiraan. "Memangnya dia berani menjelekkanku?!"
Guru Kang dengan tak berdaya memegang dahinya. Wanita yang usianya hampir menginjak 30 tahun tahun ini diam-diam merenungkan sampai sejauh mana Kim Myungsoo, anak malang itu, diganggu oleh teman semejanya, Bae Sooji.
Guru Kang hanya bisa mengulangi ceramahnya dan sekali lagi mencoba mendidik Sooji tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan terhadap teman sekelas.
Setelah selesai dengan ceramah Guru Kang, Sooji kembali ke kelas untuk melihat teman semejanya yang baik – Myungsoo – dikelilingi oleh beberapa teman sekelasnya yang lain.
Kim Myungsoo selalu memperoleh nilai sempurna pada ujiannya tanpa terkecuali, tidak peduli seberapa sulit atau seberapa mudah ujiannya. Ditambah dengan ketampanannya, hal ini membuat para guru sangat menyukainya. Teman sekelas mereka – kecuali Sooji – juga sangat menyukai Myungsoo. Setelah kelas dibubarkan, selalu saja ada seseorang yang datang untuk berbicara dengan Myungsoo. Dia seolah-olah menjadi bintang di kelas mereka.
Advertisement
"Kim Myungsoo, bantu aku meraut pensil." Sooji mulai memerintahnya bahkan sebelum lelaki kecil itu mulai duduk dikursinya.
Myungsoo hanya menggumam kecil lalu mengeluarkan rautan mekaniknya untuk meraut pensil. Ia juga mengeluarkan dua buah pensil miliknya dan mulai meraut pensilnya sendiri.
Sementara Myungsoo mengobrak-abrik kotak pensil bergambar ultraman miliknya, mata tajam Sooji melihat sekotak stiker di dalamnya. Gadis kecil itu bertanya meski dia sudah tahu jawabannya,"Apa itu?"
"Stiker."
"Dasar! Aku tahu itu stiker. Stiker apa?"
"Stiker Pororo."
Sooji kemudian memberi isyarat kepada Myungsoo dengan jarinya. "Biar kulihat."
Myungsoo berpura-pura tidak mendengarnya dan terus mengasah pensilnya. Serutan pensil muncul dari rautan mekaniknya. Dia dengan hati-hati mengumpulkan serutan tersebut menjadi satu tumpukan.
Melihat ketidakpedulian Myungsoo, Sooji tanpa malu – memangnya ia pernah memiliki malu? – mengulurkan tangannya untuk mengambil stiker tersebut. Sooji dengan hati-hati memeriksa stiker tersebut dan merasa bahwa stiker tersebut cukup lucu. Gadis kecil itu lalu bertanya,"Aku akan melekatkannya untukmu."
"Terserah," jawab Myungsoo tak peduli.
Tanpa ragu, Sooji merobek bungkus stiker dan menempelkannya di kotak pensil dan tasnya sendiri. KOTAK PENSIL DAN TAS MILIK SOOJI.
Kim Myungsoo memutar bola matanya tak suka. Ia memang menyetujui Sooji untuk melekatkan stikernya, tapi bukan berarti gadis itu bebas melekatkannya di barang miliknya sendiri.
Sepulang sekolah, sebagai wali kelas II A, Guru Kang perlu memastikan bahwa setiap siswa dan siswi kelasnya dijemput dengan aman oleh orang tua mereka sebelum wanita itu bisa pulang ke rumahnya.
Kim Myungsoo adalah anak terakhir yang belum dijemput oleh orang tuanya. Guru Kang sedang berdiri disebelahnya di depan gerbang sekolah untuk menunggu orang tua Myungsoo.
Saat itu bulan September dan cuaca sudah menjadi lebih sejuk. Myungsoo mengenakan seragam sekolah lengan panjang biru dan putih. Berjemur di bawah cahaya malam yang hangat dari matahari yang terbenam, bocah kecil itu dengan penuh rasa ingin tahu menatap pejalan kaki yang lewat. Wajah mungilnya tampak putih dan halus, dengan penampilan yang bersih dan bentuk wajah yang sangat indah. Melihat wajahnya, Guru Kang bertanya-tanya berapa banyak anak gadis yang akan tergila-gila padanya di masa depan. Semoga Tuhan memberkati mereka semua.
Merasakan tatapan Guru Kang, Kim Myungsoo mengangkat kepalanya untuk melihat wali kelasnya tersebut.
Guru Kang terbatuk ringan sebelum mengingat masalah Kim Myungsoo dengan teman semejanya – Sooji. Ia merasa iba dengan bocah tampan itu. "Kim Myungsoo," panggil Guru Kang lembut.
"Ya, Guru Kang?"
"Bae Sooji, dia..." Guru Kang tampak ragu, sebelum akhirnya melanjutkan,"Jika dia menggertakmu, kau bisa memberitahuku. Jangan takut. "
Advertisement
Kim Myungsoo memiringkan kepalanya yang mungil, menatap Guru Kang dan bertanya,"Guru Kang, mengapa aku duduk semeja dengan Sooji?"
Guru Kang sedikit bingung dengar pertanyaan yang keluar dari bibir mungilnya. "Eh?"
Ditatap oleh sepasang mata yang tajam dan tampak jernih, Guru Kang merasa sedikit bersalah.
Wanita itu diam tapi Kim Myungsoo sudah menjawab pertanyaan itu untuknya. "Aku duduk semeja dengannya karena ayah Sooji adalah kepala sekolah, 'kan?"
Guru Kang sedikit melenguh. Anak-anak zaman sekarang memang tidak berpikiran sederhana. Dengan pikiran mereka yang lihai, bagaimana bisa semua guru terus melaksanakan tugas mereka untuk menipu para siswa-siswi mereka?
Myungsoo sudah menebak dengan benar. Dalam satu kelas, akan selalu ada siswa dengan nilai yang bagus. Kim Myungsoo adalah siswa yang cerdas dan taat. Kepala Sekolah Bae berharap putrinya akan dipengaruhi secara positif oleh anak yang luar biasa ini setelah mereka menghabiskan waktu bersama.
Dengan satu pertanyaan Kim Myungsoo, mata Guru Kang berkedip. Dia meletakkan satu tangan di pundak Myungsoo dan mengajukan pertanyaan yang selama ini membuatnya khawatir,"Myungsoo, katakan padaku dengan jujur, apa Sooji pernah memukulmu?"
Kim Myungsoo menggelengkan kepalanya. "Tidak."
"Apa dia pernah memarahimu? Berkata sesuatu yang jahat? "
"Tidak."
Guru Kang diam-diam menghela napas lega dan menghiburnya,"Aku sudah menegur Sooji. Jika ada orang yang menggertakmu di masa depan, jangan lupa untuk memberi tahuku."
Myungsoo tidak ingin membuat Sooji tersinggung. Tepatnya, seluruh siswa dan siswi di kelas mereka tidak ingin menyinggung perasaan Sooji.
Siswa sekolah dasar memiliki pikiran yang tidak rumit namun tepat: kepala sekolah melobi guru sementara guru melobi para siswa. Dengan kata lain, sebagai siswa, mereka tidak pernah dapat mengabaikan kekuatan kepala sekolah.
Ini secara tidak langsung berarti bahwa mereka juga tidak dapat mengabaikan kekuatan putri kepala sekolah – Sooji.
Nyonya Kim mengendarai mini van berwarna champagne. Wanita itu menghentikan mobil di depan gerbang sekolah. Dari eksterior hingga warnanya, mobil itu tampak cukup menarik.
Dengan riasan yang tipis, pakaian bak wanita pebisnis dan sepatu hak tinggi, Nyonya Kim tampak cukup muda. Dia memegang tangan mungil Myungsoo dan meminta maaf kepada Guru Kang,"Maaf. Aku terlambat karena beberapa hal. Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu."
"Tidak masalah." Guru Kang melambaikan tangannya. Dia tersenyum dan bertanya,"Kelas tambahan apa yang diambil Kim Myungsoo hari ini?"
"Atas saranmu, aku sudah menariknya dari semua pelajaran akademik. Dia saat ini sedang mempelajari cello dan dia mempelajarinya dengan sangat baik." Nyonya Kim tersenyum lembut. Ketika membicarakan tentang anak-anak mereka, orang tua akan selalu memiliki perasaan bangga tersendiri.
"Dia tidak mengambil hal-hal yang berkaitan olahraga? Ada beberapa anak lelaki di kelas kami yang belajar berenang, taekwondo dan bahkan masih banyak lagi."
Nyonya Kim sedikit putus asa. "Dia tidak suka berolahraga. Setelah menghadiri kelas renang sekali, dia menolak untuk pergi lagi. Olahraga lain juga tidak membuatnya tertarik."
Kedua orang dewasa itu tidak berbicara terlalu lama karena Myungsoo harus bergegas ke kelas cello-nya.
Di dalam mobil, Nyonya Kim bertanya kepada putranya,"Bagaimana harimu hari ini?"
Myungsoo merenung sejenak dan memberikan jawaban yang tidak pasti,"Masih baik-baik saja."
Nyonya Kim menoleh untuk melihat alis putranya berkerut ringan, seolah-olah ada sesuatu yang membebani pikirannya. Wanita itu tertawa kecil dan bertanya,"Ada apa denganmu?"
Myungsoo malu mengatakan kepada ibunya bahwa dia telah ditindas oleh seorang gadis di sekolahnya. Dia terdiam beberapa saat sebelum menjawab dengan lembut,"Teman semejaku terlalu bodoh."
"Kau tidak boleh mengatakan itu kepada teman sekelasmu," Nyonya Kim mengoreksinya. "Rendah hati adalah sifat manusia yang paling penting. Mengeluh tentang teman sekelas karena mereka bodoh sangatlah tidak baik, mengerti?"
Meskipun Myungsoo merasa dianiaya, tetapi ia masih harus setuju bahwa dia telah melakukan kesalahan,"Aku mengerti."
"Apa Sooji masih menjadi teman semejamu untuk semester ini?"
"Mm," jawabnya malas.
Nyonya Kim tertawa,"Sooji sangat menggemaskan!"
Wajah Kim Myungsoo menegang mendengar perkataan ibunya. "Dia tidak menggemaskan sama sekali."
Nyonya Kim berpikir bahwa putranya sangat konyol. Dia tidak ingin melanjutkan percakapan dengan putranya dan kemudian memutuskan untuk menyalakan siaran radio di mobilnya.
Radio itu kini sedang menyiarkan lagu-lagu. Dengan suara seraknya, DJ radio membaca pesan yang masuk,"Pendengar dengan nama "Bunga" dengan nomor ponsel akhiran 4591 ingin mempersembahkan lagu untuk kekasih masa kecilnya.
Kim Myungsoo bertanya kepada ibunya,"Apa itu kekasih masa kecil?"
"Kekasih masa kecil adalah orang yang tumbuh bersama. Sama sepertimu dan Sooji. "
"Oh. Berarti itu bukan ungkapan yang bagus."
Mendengar jawaban putra tunggalnya, wanita itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Q: Apa yang terjadi dengan orang yang menindasmu ketika kau masih kecil?
Komentar Teratas: Dia sekarang sudah menjadi istriku.
Advertisement
- In Serial158 Chapters
My Dungeons Are Popular
This is a strange world where everyone can build Dream Dungeons.
8 1956 - In Serial121 Chapters
I Didn't Even Want to Live, But God Forced Me to Reincarnate!
A duke’s daughter wanted nothing in her life but the sweet nothingness of death, as she felt like her life served no purpose. Her wish was granted when she was killed in an unfortunate accident, yet in a sudden turn of events, she was forced to reincarnate. As fate has it, she was reborn in her original world, but not directly after her death. As she is living her new life, she tries to forget the pain of her old life. But, what exactly is behind her reincarnation? Will she be able to live her new life to the fullest? This is a slow-paced life journey of a reincarnated girl who's trying to find the meaning behind her past life and reincarnation. This novel is heavily influenced with Japanese LN/WNs, so there will be the use of Japanese suffix (-sama, -san) and terms! Note : - This novel is originally posted in my site, and can also be accessed in CreativeNovels. If you're not sure you're reading the most up-to-date chapter, feel free to check there. If you want to support this series, gain access to rewards such as advanced chapters, and help in increasing this series' update rate, please check my Patreon page~. - Thanks for reading! Please don't hesitate to leave a comment and review, especially if you enjoy it, as it will boost my motivation ^^
8 330 - In Serial30 Chapters
World Shatter
Henry Miller always dreamt of being teleported to a fantasy world but he never expected that a fantasy world would be brought to him. On that day, the earth cracked open letting loose monsters and magical beasts onto the surface. A stroke of misfortune causes Henry to be incapable of leveling, and in turn, he is forced to become stronger through the power of exercise mixed with a fiery resolve and unparalleled regenerative powers. This isn't a story of candy and roses, but one of pain, struggling, and a strong reliance on community to work together in order to survive. Out of the ruins of shattered earth, many will rise to the top and many will fall at the feet of others, but there are very few truly strong enough to protect others, and of those few even less will willingly choose to do so. Therefore it is Henry's duty to carry that torch and be someone who can bear that responsibility. Through light and darkness, Henry will remain as the pin that holds together the World Shatter.
8 131 - In Serial62 Chapters
Midnight
A bet. A call. And maybe something more."Wow. Someone's excited.""Of course I am, you picked up!""Yeah, like isn't that what you're supposed to do when the phone rings?""At midnight? On new year's?""Yes, some people have better things to do than shoving their tongues down a random strangers throat.""Like what? Attending a random stranger's call?"•-•-•-•-•-•-•Started 20/05/2022
8 107 - In Serial59 Chapters
A Dangerous Woman (A Fay Cunningham Mystery-Book 1)
Fay Cunningham, publisher of a small-town Pennsylvania newspaper, is having a well deserved midlife crisis. Both nicotine-and calorie-deprived, she stays busy delivering the paper she publishes in order to get closer to her customer base, craving inspiration, a smoke, and a cheeseburger. But she discovers something odd going on behind the closed doors of her trusted friend Joe Wise. Like, where is he and who is the mysterious blonde rudely blocking Fay's entry to his house?Adding to the puzzle, Fay learns that Joe's brother and biggest rival, Thomas, has just died under strange circumstances. Joe was Fay's professional benefactor and her journalistic instincts kick into overdrive. But first, she has to get past Angel, Joe's hostile and secretive new companion. And when Fay's questions get too personal, a killer makes lethal plans to send Fay into permanent retirement....
8 177 - In Serial25 Chapters
What If Bowser Died?
•• COMPLETE ••How seriously do you think Bowser's death would affect Mario and the rest of the denizens of the video game world?
8 198

