《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》61

Advertisement

Haechan hanya menghela nafasnya panjang, menatap Dokter itu penuh arti. Haechan tau Dokter bukanlah tuhan, yang dapat menentukan hidup dan mati seseorang.

" Lalu bagaimana keputusan mu?"

Haechan tidak tau apapun keputusan yang ia ambil pada akhirnya penyakit ini tidak akan pernah bisa sembuh. Haechan hanya akan bermain dengan waktu dan cepat atau lambat penyakit itupasti akan membawa Haechan kembali pada orang tuanya.

Pilihannya hanya dua, Haechan bisa melakukan operasi untuk mengangkat tumor itu, tapi hanya 0.2 % kemungkinan keberhasilannya dan jika gagal Haechan akan tertidur selamanya atau koma selamanya.

Pilihan kedua, Haechan hanya akan menunggu, melakukan pengobatan yang sedikit sia-sia berharap tumor itu dapat sedikit memperpanjang hidupnya. Hanya saja ini akan sangat menyiksa batin dan kepalanya.

Jika boleh jujur Haechan tidak ingin melakukan kedua hal itu, itu bukanlah sebuah pilihan bagi Haechan.

" Aku... tidak akan melakukan operasi..." Cicit Haechan pelan

Haechan mengadahkan kepalanya, sedikit mengusapa air matanya

" Aku tau dokter sangat khawatir denganku, aku juga tau dokter tidak ingin menyiksa tubuhku lebih lama lagi, tapi.... aku hanya ingin menikmati sisa hidupku dengan tenang...." Tambah Haechan

" Aku tau kepala ku akan sakit, aku akan sering pingsan.... tapi aku hanya ingin sedikit berjuang dengan diriku... walaupun terkesan sia sia"

Haechan benar benar tak kuasa menahan air matanya, ia tidak tau bagaimana harus mengatakannya pada Mark. Jika Haechan mengatakan kondisinya pada Mark, anak itu pasti membatalkan studinya dan fokus dengan pengobatan Haecchan dan tentu saja Haechan tidak ingin hal itu terjadi.

.

.

.

3 Hari lagi Mark akan pergi ke Amerika, Haechan sudah memberi tau Jaehyun tentang keputusannya. Awalnya Jaehyun menolak, ia masih ingin Haechan ikut bersamanya, tapi Haechan itu benar benar keras kepala.

Sepintar apapun dokter di Amerika sana... jika tuhan sudah menulis takdirku... tidak ada yang bisa mereka lakukan ayah....

Begitulah kata Haechan saat Jaehyun memaksa dirinya untuk tetap ikut kesana. Haechan hanya tidak ingin Mark tau tentang kondisinya. Ia ingin pergi dengan tenang, tanpa kesedihan dan air mata dari Mark.

Haechan tidak ingin lagi menarik Mark ke masa lalunya. Haechan sudah cukup berjuang menarik Mark dari lubang kelam itu, karena itu ia tidak ingin perjuangannya sia sia dan Haechan harus mengakhiri ini dengan segera.

Advertisement

" Mark...."

Haechan sedikit hati hati memanggil nama pujaan hatinya itu yang tengah menyantap makan malamnya.

" Hmm?"

" Aku.... tidak akan ikut"

Mark menghentikan kegiatannya menatap Haechan sedikit tidak percaya.

" Babe...c'mon... aku sedang tidak ingin bercanda.... lawakan mu tidak lucu"

Mark tertawa canggung, sedangkan Haechan masih menatapnya dengan serius.

" Aku tidak bercanda Mark.... Aku juga punya hal yang ingin ku kejar... hidup ku... dan hidup mu... itu dua hal yang berbeda.... tidak selamanya tentang kita berdua"

Jelas Haechan susah payah tidak menatap Mark, karena jika ia menatap mata pria itu, Haechan hanya akan menangis.

" A- Ayah... tau hal ini?" Tanya Mark pada Jaehyun yang juga duduk disana.

Jaehyun hanya mengangguk pasrah, ia sudah berjanji pada Haechan untuk tidak ikut campur dengan hal ini.

" Terjadi sesuatu kan?"

" Tidak"

" Seo Haechan tatap aku!" Bentak Mark

Haechan menghela nafasnya, berusaha mengatur emosinya menatap Mark agar air matanya tidak keluar.

" Katakan padaku sejujurnya! Terjadi sesuatu kan?!"

Haechan benci.... sangat benci. Mata pria itu berkaca kaca. Beberapa kali Haechan menghela nafasnya masih menatap Mark teduh, walaupun dalam hatinya ingin rasanya ia menangis.

" Tidak Mark.... aku hanya ingin memilih jalan hidup ku sendiri...."

" Egois!"

Bentak Mark dan pergi meninggalkan rumah.

" Mark tung-"

Jaehyun memicingkan matanya kala Mark menutup pintu dengan cara dibanting. Sedangkan Haechan sudah tidak bisa lagi menahan isak tangisnya.

.

.

.

Mark sedikit terkejut melihat Haechan yang menunggunya di ruang tamu. Seolah tidak melihat Haechan, Mark lalu begitu saja. Ia benar benar sakit hati dengan Haechan. Jika memang Haechan tidak ingin ikut dengannya, Mark juga tidak akan memaksa. Tapi karena Haechan yang memberi taunya mendadak dan tanpa alasan yang jelas, Mark sakit hati karena hal itu.

" Aku ingin bicara...."

Cicit Haechan kala Mark melewati ruang tamu. Saat ini sudah tengah malam dan Haechan setengah mati menahan kantuknya hanya untuk menunggu pria itu pulang.

" Jung Mark kemari ! Aku ingin bicara dengan mu!"

Bentak Haechan lagi pasalnya Mark benar benar mengabaikan Haechan. Mendengar suara Haechan yang penuh amarah, Mark mengalah dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Haechan.

Advertisement

" Hah.... dewasa sedikit bisa tidak?!" Kesal Haechan tepat setelah Mark mendudukkan dirinya, sedangkan Mark membuang mukunya, ia benar benar kesal dengan Haechan

" Maaf... aku mendadak memberi taumu, karena banyak hal juga yang harus ku urus sehingga aku lupa...." Bohong Haechan. Mark masih memalingkan pandangannya seolah tidak peduli dengan ucapan Haechan

" Aku tau... kau kesal, seolah aku tidak berterimakasih pada kalian karena sudah menjaga dan merawat ku selama ini... aku hanya ingin mengabulkan mimpi ayah dan papiku"

" Mereka bilang... mereka ingin mendirikan sebuah panti... hidup didesa...jauh dari perkotaan dan mengurus anak anak itu dengan baik... jika aku ikut bersama mu... aku tidak bisa mengabulkan hal itu... lagi pula... mereka akan kesepian jika aku pergi ke Amerika."

Cerita Haechan tidak sepenuhnya bohong, Johnny dan Ten memang bercita-cita membangun sebuah panti.

" Kuharap kau menghargai keputusan ku...."

Mark masih menundukkan kepalanya, Mark paham sangat paham dengan pilihan yang Haechan pilih. Jika Mark menjadi Haechan pasti juga akan sedih rasanya meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja. Tapi tidak bisakah Mark sedikit egois dan mengamil Haechan dari kedua orang tuanya? Mark sangat mencintai pria itu, dan Mark juga sudah berjanji untuk terus menjaganya.

" Baiklah... tak apa.... aku masih marah padamu...kalau itu pilihan mu aku menghargainya...tapi..." Mark menggantung kalimatnya

Mark kemudian menggelangkan kepalanya pelan, mengusap kasar kedua matanya dan menatap Haechan dengan tersenyum

" Tak apa... aku akan mendukung pilihanmu, aku bisa berkunjung saat liburan semester nanti, kita masih bisa berkirim pesan... aku juga bisa menelfon mu la-"

Mark menghentikan kalimatnya melihat Haechan yang menggeleng pelan

" Aku ingin kita putus..."

Senyuman dari Mark luntur seketika, matanya memerah dan dadanya sesak.

" Hah.... Ka- Kau bercanda kan? Putus?" Tanya Mark dengan air mata yang sudah mengalir

Haechan menundukkan wajahnya, melihat Mark menangis benar benar membuat hatinya sakit.

" Ya... aku ingin kita mengakhiri hubungan ini..."

" Kenapa?"

" Mark... aku bukan orang yang bisa melakukan hubunga jarak jauh seperti ini, kita hanya akan bertengkar kedepannya dan aku merusak studi mu...."

" Ta-"

" Please hanya kali ini.... tolong hargai keputusan ku! Mark kita masih 19 tahun....hidup mu dan hidupku masih panjang... aku tidak ingin membuang-buang waktu pada hal yang tidak pasti...Jika memang tuhan mentakdirkan kita untuk bersama ... kita pasti akan bertemu lagi"

Mark menggelengkan kepalanya pelan, air matanya pun tak henti hentinya mengalir.Mark menundukkan wajahnya, tidak peduli jika tangisannya didengar oleh Haechan, karena saat ini hatinya benar benar sakit.

" Aku tidak ingin sakit di kemudian hari... aku tidak ingin menangis nanti... aku tidak ingin kita bertengkar nanti karena hal kecil... karena itu aku ingin mengakhirinya sekarang... sebelum aku ataupun dirimu saling menyakiti satu sama lain."

Mark masih menundukkan kepalanya, memengeleng pelan disetiap kalimat yang keluar dari dari mulut Haechan menolak semua kalimat itu.

" Aku tau kau sakit hati.... maaf karena aku berlaku seenaknya, tapi lebih baik kau menangis sekarang hanya satu kali ini.... daripada kita memaksakan hubungan ini nantinya.... dan aku menyakiti mu lebih lama lagi"

" Kenapa.... kenapa kau tega melakukan ini padaku? Apa salah ku hm? Apa aku menyakiti hatimu? Apa aku terlalu egois dengan keputusan ku?" Tanya Mark menatap Haechan dengan air mata yang berlinang

" Kenapa? Kenapa kau tidak membahasnya dengan ku? Kau berbohong kan! Kau tidak ingin kan mengakhiri hubungan ini! Lalu kenapa kau lakukan ini!"

Haechan hanya diam menatap Mark lurus, berusaha menahan air matanya. Jika Haechan menangis, Mark akan tau bahwa Haechan sebenarnya juga tidak ingin melakukan hal ini.

" Maaf... aku yang egois disini... aku hanya ingin memilih jalan hidupku.... Selama ini kita selalu bersama... berbagi kesibukan yang sama... dan kurasa... memang inilah waktunya...saat kau dan diriku memiliki jalan hidup yang berbeda..." Jelas Haechan

" Aku akan pergi besok, ayah menemukan panti yang cocok... aku sengaja pergi lebih awal... karena aku tau kau membutuhkan waktu..... untuk melupakan ku. Aku besok harus pergi pagi, selamat malam... aku akan tidur di kamar ku malam ini..."

Haechan berdiri dari duduknya, meninggalkan Mark yang menangis terisak di ruang tamu. Sambil menaiki tangga, Haechan mengigit lidahnya dengan air mata yang tidak kalah derasnya mengalir di pipinya. Haechan mengigit lidahnya dengan kuat, berusaha agar suara isak tangisnya tidak terdengar.

Maafkan aku Mark..... maafkan aku..........

    people are reading<[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click