《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》60
Advertisement
Haechan sedikit memanyunkan bibirnya menatap Mark yang sudah dari pagi tidak beranjak dari meja belajarnya. Haechan tau sebentar lagi Mark akan mengikuti ujian masuk universitas dan Mark tengah mempersiapkan untuk ujian mengambil beasiswa di Hardvard University. Jangan lupakan anak itu sangat tergila-gila untuk berkuliah disana.
Tapi tetap saja Haechan merasa kesepian walaupun Mark terkadang menghampiri Haechan, mengecup pelan pipinya atau mengelus pelan kepalanya, kemudian kembali berkutat dengan bukunya.
" Aku masak dulu ya...."
Haechan beranjak dari kasur , kemudian tiba tiba saja Mark memeluknya dari belakang.
" Maaf ya...." Mark menenggelamkan wajahnya pada bahu Haechan.
" Hahaha iya ngga papa aku ngerti kok... kamu belajar aja nanti selesai kamu ujian kita bisa main lagi"
Mark sebenarnya sadar Haechan yang terkadang kesal ataupun kesepian semenjak Mark mempersiapkan ujiannya. Ia tidak tega membiarkan Haechan merasa seperti itu, tapi pendidikan tetap menjadi nomor satu bagi Mark. Setelah mengecup pelan kening Haechan Mark pun kembali dengan buku-bukunya .
PRANK!!
Mark dengan cepat berlari menuju dapur ketika mendengar suara pecahan kaca.
" Haechan! Kau tak apa?"
Tanya Mark panik mendekati Haechan yang tengah terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya
" Arghh.... Mark hati hati ... kaca..." Pinta Haechan susah payah melihat Mark yang tergesa-gesa menghampirinya.
" Kepalamu sakit lagi?"
Haechan mengangguk pelan, masih mengerang memagang kepalanya.
" Aku gendong ke kamar ya?"
Haechan hanya bisa mengangguk pasrah. Mark menggendong Haechan ala bridal style dan membawa Haechan ke kamar. Mark menidurkan Haechan kekasur kemudian mengambilkan Obat Haechan.
" Ini sayang minum dulu"
Mark membantu Haechan menahan tubuhnya ketika Haechan meminum obat. Setelah itu Haechan kembali merebahkan badannya dan berusaha untuk menidurkan dirinya.
Mark menggenggam tangan Haechan sambil mengelusnya pelan. Haechan beberapa kali menggenggam tangan Mark kuat sambil menyeringitkan keningnya menahan rasa sakit dikepalanya.
" Sakit banget ya ....?" Tanya Mark khawatir sambil mengelus pelan kepala Haechan. Haechan hanya bisa mengangguk pelan, kepalanya benar benar rasanya ingin pecah.
Advertisement
Mark hanya bisa menenangkan Haechan mengecup pelan keningnya dan meniup-niup pelan kening Haechan. Semenjak kejadian dengan Jihoon, Mark membawa Haechan rutin check up ke psikiater dan mendapatkan terapi serta meminum obat rutin. Sejak Haechan meminum obat beberapa kali Haechan mengalami efek akit kepala karena obat yang diminum dan dokter mengatakan itu hal wajar.
" Chan... kamu tidur?" Haechan menggelengkan pelan kepalanya
" Besok kita kedokter ya? Abisnya kelapa kamu sakit terus"
Haechan berusaha membuka matanya, dan tersenyum pelan
" Bodoh! Kamu kan bentar lagi ujian... jangan bolos sekolah" Cicit Haechan pelan
" Tap-"
" Aku ngga papa... lagian lusa ayah pulang... nanti aku pergi sama ayah aja..."
" Janji?"
" Iya... janji udah kamu belajar lagi sana...."
Mark tersenyum tipis dan kembali mengecup pelan kening Haechan.
.
.
.
Glioblastoma
Haechan sedikit tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut dokter. Sebuah tumor ganas bersarang di otaknya. Haechan hanya tersenyum miris mendengar penjelasan dari dokter
Tak apa... tumornya tidak begitu ganas, dengan kemoterapi kita bisa mengurangi tumornya untuk menyebar.
Haechan berusaha untuk mempercayai kalimat dari dokter itu, tapi percuma saja, kata hatinya mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah kebohongan untuk menyemangatinya. Karena penyakit ini hampir tidak ada yang bisa sembuh
" Ayah....."
Haechan mengelus pelan tangan Jaehyun yang tertunduk lemah di ruang tunggu. Haechan tau tumor ganas ini bersarang di kepalanya bukan kepala Jaehyun, tapi Jaehyun sangat amat terpuruk, karena mengingatkannya dengan asalan kematian Istrinya. Membawa luka lama yang hampir menjerumuskan hidupnya.
" Jangan bilang Mark dulu ya...." Senyum Haechan
" Tapi Nak.... Mark sangat khawatir dengan mu"
Haechan menggeleng pelan, kemudian kembali tersenyum
" Tadi ayah juga denger sendiri kan, aku bisa sembuh, tumornya belum terlalu besar. Bulan depan Mark akan ujian dan dia pasti akan sedih jika tau... terlebih lagi..."
Haechan menggantung kalimatnya
" Ini hanya mengingatkannya dengan papinya..." Sambung Jaehyun yang dibalas anggukan oleh Haechan
Advertisement
" Aku pasti sembuh kok aku yakin....Paman Jaehyun harus semangat dong jangan sedih gini... aku aja semangat"
Jaehyun mengelus pelan kepalanya Haechan, sebagai orang tua, Jaehyun bisa melihat kekhawatiran dan ketakutan dalam mata Haechan. Ia tau anak ini berusaha menyembunyikan kesedihannya.
" Haechan-ah...."
" Hmmm?"
" Paman yakin kamu baik baik saja.... jangan khawatir ya..."
Jaehyun memeluk Haechan dan membawanya kepelukannya dan mengelus pelan punggung Haechan. Perlahan Jaehyun bisa merasakan punggung Haechan yang bergetar dan isakan tangisnya yang mulai keluar.
" Ayah... hiks... hiks... aku takut...."
Isak tangis Haechan memeluk Jaehyun erat.
.
.
.
Haechan menghela pelan nafasnya sudah satu bulan Haechan diagnosa, ia masih menyembunyikannya dari Mark, dan tadi Haechan merasakan kepalanya semakin sakit. Haechan ingin mengatakan kondisinya pada Mark, tapi sepertinya tuhan tidak mengizinkannya pasalnya Mark baru saja mendapatkan email bahwa ia mendapat beasiswa untuk berkuliah di Harvard University dan Mark sangat bahagia karena hal itu.
" Kamu lagi ngapain Mark?"
Tanya Haechan melihat Mark sedari tadi sibuk dengan laptopnya.
" Hmm? Ini aku lagi cari sekolah yang bagus di sekitar sana...." Jawab Mark santai
Haechan hanya bisa menghela nafasnya pasrah, ia tau Mark sangat senang ia diterima berkuliah di Harvard dan Mark sangat bersemangat untuk membawa Haechan ikut bersamanya dan yang membuat Haechan sangat sedih adalah ia tau ia tidak akan bisa mewujudkan keinginan Mark itu.
" Mark.... ini hanya jika... aku tidak ikut bersama mu bagaimana?"
Mark yang mendapat pertanyaan itu langsung menatap Haechan khawatir dan menghampiri Haechan
" Hey... terjadi sesuatu? Kau baik baik saja? Aku melakukan kesalahan?"
"Auch! Sakit tau!"
Mark mengelus pelan kelapanya pasalnya setelah ia melontarkan pertanyaan itu, satu geplakan ia dapatkan.
" Kenapa melebih lebihkan sih! Aku hanya bertanya"
" Lagian pertanyaan mu aneh begitu...." Mark memanyunkan bibirnya
" Aneh darimana... Mark aku tau kau sangaaat.... sayang padaku...tapi aku juga punya hidup dan karirku sendiri kan? Benar bukan?" Senyum Haechan
" Benar sih...."
" Makanya aku tanya padamu..... "
Mark sedikit kesal mendapat pertanyaan dari Haechan, Ayolah dia sangat bahagia untuk tinggal bersama Haechan di America sana.
" Aku....."
" Hmm?"
" Tak masalah..." Senyum Mark
" Kenapa?"
" Ya... terserah kau mau dimana... aku akan tetap mengejarmu... tidak bisa pakai mobil... aku bisa mengejarmu dengan pesawat... tidak bisa naik pesawat... aku masih punya kaki... sampai kapan pun... selagi kedua kaki ku masih ada aku akan mengejarmu"
Haechan terkekeh pelan dan memeluk Mark, dengan begini Haechan semakin tidak tega untuk memberi tau Mark.
" Jadi...kau ikut kan dengan ku?"
" Hmm..... tapi aku masih ingin bersekolah di NEO...bagaimana aku ikut dengan mu jika aku lulus nanti?"
Mark mengerucutkan mulutnya dan menggelengkan kepalanya
" Loh... tadi katanya tidak masalah bagaimana sih!"
Mark kembali memeluk Haechan, membawanya kepelukannya
" Aku belum siap berpisah dengan mu...."
Haechan membalas pelukan Mark dan mengelus kepalanya pelan
Aku juga tidak siap berpisah dengan mu
Cicitnya dalam hati sambil menahan air matanya.
Advertisement
Finding Home: The Quest for Knowledge
Angela was quite surprised to wake up one day in the middle of a forest, transformed into a character from her favorite MMO game. Now she's wandering around, lost, trying to get back to her own world and her own comfy bed. But things aren't going quite as she planned. She's aquiring traveling companions instead of the know-how to get home. At this rate, she's going to lose her job and break her rental contract and end up being something totally useless like a Hero!
8 204Netherwyrm god
A human slave plots against his owners and steals the power of God for himself. In his newfound freedom, he finds himself filled with ignorance in the workings of the world he never knew when he stood above all. The power he stole becomes shackles that curse him to overcome himself and gain true eternal freedom.
8 418The Black Fleet
What if you discovered something that answers the questions: "Where do we come from? Is there a grand design? Are there other sentient races in the universe?" Would you want to know? This is what Robert Reel needs to decide for himself.
8 61Essentia Animus
Second Book of the Soul - Celesi Veil Trilogy When the living essence of three girls are put at risk, giving room for a second essence within themselves, even their hyper developed fantasy world might not be enough to contain their new found ambitions. Another story of another world, these three girls must adapt to their new essence, all while each is left to question if they are truly still even alive. While this story is a sequel of the previous story in the trillogy, it is also fully capable of standing alone in its own light, taking place in a distant corner of a Celese returning readers will be otherwise incapable of recognizing. However, the events of the story are a spoiler for the previous book, in case that matters to anyone. This story takes place over two centuries after the events of Vitae Memorandum, when Celese had developed into an advanced world, improved to a point that it is much like modern-day Earth while still using the gift instead of technology. The Aethyx languages are still present in this book, and even English still exists in the world after the events of the previous book, but are much less of a focus after the same closing events of the previous book. What is instead important is how the ending events of the previous book had resulted in the start of the Instrumentation Era, and exactly how the gift translates in a modern-day sense. While this book is still effectively a fantasy world of its own kind of magic, it isn’t the classical medieval scene that would be typical for such a story. The laws of science still do not exist in Celese, but that didn’t stop it from developing into something that looks similar enough. Earth itself still remains present on the other side of the veil, and its previous exposure continues to shape and advance Celese into the world it has become. This story contains scenes exibiting mania and similar dark themes, as it goes to great length to explore concepts of life and death. While the degree of such themes should not be considered to be as serious compared to matters such as actual horror, the psychological depth is still siginifcant enough to be potentially concerning for people sensitive to matters of this nature, such as any individuals with concerns questioning matters of suicide, mental harm, or a variety of emotional injuries. While none of these subjects actually occur in the story, readers who are currently troubled by such matters may find themselves considering old wounds if they are especially capable of empathy while reading, which could lead to furthered emotional or mental stress. Readers with a high capacity for empathy may find themselves troubled by concerns regarding any potential lack of mental/emotional control as well as considerations regarding the meaning of death. Readers who appreciate subtle dark themes in a story may instead find this to be an interesting twist of the same idea.
8 116Doctor Who : The Emerging Robots
WARNING : CUSTOM SHORT STORYDO NOT TAKE THIS SERIOUSLY ALTHOUGH CRITICISM IS WELCOME After the Doctor has newly regenerated, he crashes the TARDIS into a 1950s diner. Little to his knowledge, the diner is frozen in time. Only the Doctor, the TARDIS and two killer robots who are currently responsible for the freeze are able to move. The robots have timers set to freeze time permanently on Earth. The Doctor must stop the robots without attracting too much attention to prevent exposure alongside a time crash.
8 180Trolls: Trollstopia The Adventures of Season 1
When Poppy learns there are five other Troll Tribes scattered throughout the world, She and Ruby decide to bring one delegate from the Country Western, Classical, Funk, Techno and Hard Rock tribes to live together in their village. Also with our newest characters Amber and Becky they will also get the sweet taste life of adventure like Ruby has. What kind of adventures awaits them and maybe Amber and Becky will also find their own love interest.Read the story to find out...( I Don't Own The Trollstopia Series Or The Characters. Only My Oc Characters Ruby, Becky, and Amber )
8 131