《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》39
Advertisement
" Ayaah... Papiii... aku berangkat yaa"
Teriak Haechan dengan tergesa memakai sepatunya di depan pintu
" Haechan hati-hati ya nak, nanti kalo udah sampai ditempatnya telfon papi, terus nanti mau dijemput jam berapa?" Ten menghampiri Haechan
" Ngga tau pi... Jihoon bilang si acaranya sampai jam 10 malam... tapi itu kelamaan..hmmm apa sekitaran jam 9 Haechan telfon? Udah satu jam juga Haechan disana gimana?" Tawar Haechan
" Yaudah hati hati ya... yakin nih ngga mau dianter?" Tanya Johhny
" Iya ayah... kan nanti ayah juga jemput, kasian bolak balik, dah yaa Echan pergi dulu..." Haechan mengecup pelan pipi kedua orang tuanya
" Byee Have Fun ya...." Ten melambaikan tangannya dan Haechan sudah berlari keluar rumah
" Pi, ngga papa itu Haechan dilepas...." Tanya Johnny khawatir menatap Haechan yang sudah berjalan menjauh dari rumahnya
" Ngga papa yah... kan udah gede... lagian papi yakin Haechan bisa jaga diri kok"
" Bukan itu.... kasian teman temannya, anak mu kan gila" Canda Johnny
" Astaga ayah mulut!" Ten mencubit pelan perut Johnny dan Johnny pun hanya bisa terkekeh pelan
Haechan menggotong pelan Jihoon, membantu Jihoon berjalan yang tengah menahan sakit. Pesta itu diadakan di sebuah tempat kaorke, tiba-tiba Jihoon meminta Haechan untuk mengantarkannya pulang karena kepala pusing dan perutnya mual akibat salah makan.
" Heol.. bodoh sekali kau! Kan kau bilang kau itu tidak bisa meminum susu, kenapa tadi diminum!" Sebal Haechan sambil memapahJihoon berjalan
" Ahahah... Maaf... habisnya tadi minumanmu terlihat sangat enak, makanya aku jadi tergiur"
" Tetap saja lain kali tidak boleh! Beruntung rumah kau tidak jauh dari sana, jadi aku tidak kesusahaan membawa pulang"
" Ah.. benar kau nanti kembali kesana?" Tanya Jihoon mengalihkan topik
" Iya...kan ayahku sudah janji menjemputku disana"
" Memangnya kau dijemput jam berapa?"
" Hmm 9, masih 10 menit lagi sih, tak apa nanti aku bisa berlari kok"
" Suruh saja ayahmu menjemput dirumahku, kenapa harus repot repot"
" Benar juga... ternyata kau pintar juga"
" Memangnya kau bodoh!"
Mereka pun tertawa bersama sambil berjalan pulang.
" Whoa.... kamar mu besar sekali..." Titah Haechan kala masuk dan membantu Jihoon berbaring di kasurnya
" Hahaha... ini pertama kalinya kau main kerumah ku ya?"
" Eung... selama ini kan kau yang sering main kerumahku..."
Haechan pun menatap sekitar, memperhatikan main serta buku buku Jihoon yang terpajang dari di rak lemarinya. Tanpa Haechan sadari, saat ia tengah asik melihat sekitar, Jihoon keluar kamarnya mengambil sesuatu, kemudian menyambar ponsel Haechan di atas meja dan mematikannya.
Click
Haechan berbalik kala mendengar suara pintu yang dikunci, Ia bisa melihat Jihoon baik baik saja di depan pintu, tidak menahan sakit saat ia membantunya tadi berbaring di kasur dan tersenyum miring padanya membuat Haechan tiba tiba merinding.
" Kenapa? Masih banyak kok buku-buku ku di lemari, buka saja" Senyumnya melihat Haechan yang diam membeku
" Ka- Kau.. sudah sembuh? A- Apa yang ka-kau lakukan?" Tanya Haechan gugup melihat Jihoon yang membuka Tripod dan memasang kamera.
Advertisement
" Hmmm? Bermain dengan mu, kan tadi kau bilang mau menemani ku bermain sampai ayah mu menjemput mu"
Haechan merinding, suara Jihoon benar benar dingin. Senyumannya pun penuh arti dan Haechan tau pasti akan ada hal buruk yang terjadi.
Haechan menggelengkan pelan kepalanya ketakutan, berjalan mundur menjauh kala Jihoon membuka bajunya dan berjalan kearah Haechan.
Duk
Haechan membentur dinding dan membuatnya merosot jatuh kelantai.
" Kau tidak bisa lari sayang.... hanya ada kita berdua dirumah ini...ayahku tidak akan pulang malam ini" Jihoon membelai pelan pipi Haechan
Haechan menutup matanya ketakutan, tubuhnya benar benar bergetar dengan hebat
" Kenapa kau jahat padaku.... kenapa? Padahal kita teman?" Tanya Haechan dengan mata memohon agar Jihoon tidak menjahatinya
" HAHAHAHAHAH! Teman katamu? Sejak kapan kau menjadi teman ku? aku hanya memancing mu sayang... untuk membayar apa yang kau lakukan pada kakiku"
" Tidak....kumohon maafkan aku... " Haechan memohon ampun sambil menggelengkan kepalanya
PLAK!
" Kau tau hidupku menderita karna mu ha!" Jihoon menampar Haechan dengan kuat
PLAK
" Karna kau ayahku mengutukku dasar menjijikan!" Lagi Jihoon menampar pipi Haechan dengan kuat
PLAK
" Kau harus mebayarnya sayang... enak saja kau bisa hidup tenang sedangkan aku??"
Haechan hanya bisa menangis ketakutan, ia bahkan tidak bisa merasakan sakit di pipinya, kepalanya benar benar pusing kala Jihoon menamparnya dengan sangat kuat.
Haechan berteriak histeris kala Jihoon menggotongnya dan melempar tubuhnnya keatas kasur. Jihoon menghimpit tubuhnya, memegang kuat wajahnya memaksa Haechan untuk membuka mulutnya.
" HMMPPHHHH! PWAH"
Haechan berusaha memuntahkan minuman yang disodorkan dengan paska oleh Jihoon kedalam mulutnya.
" Minum bodoh! Kau harus menderita sialan!"
Haechan menggelengkan kasar kepalanya, menutup mulutnya rapat rapat berusaha agar air itu tidak masuk kedalam mulutnya.
" Ck... menyebalkan!"
" Aghhkk...ohook khh.." Haechan susah payah bernafas pasalnya Jihoon mencekikknya, membuat mulutnya reflek terbuka dan Haechan bisa merasakan cairan pahit itu masuk ke tenggorokannya.
Hanya beberapa saat setelah itu, Haechan merasakan tubuhnya panas, kepalanya pusing, nafasnnya tersenggal dan pandangannya mulai rabun.
" Bagus... obatnya bekerja..." Titah Jihoon bangga
Kemudian ia bisa merasakan Jihoon yang menciumi bibirnya kasar, Haechan ingin memberontak dan berteriak tapi tubuhnya tidak bisa bergerak, lama kelamaan, kepala Haechan benar benar sakit, ia pun menutup matanya perlahan dan tidak sadarkan diri setelahnya.
Ten menatap gusar jam dinding kamarnya, Haechan bilang akan menghubunginya saat pukul sembilan malam, tapi sekarang sudah hampir jam setengah sepuluh Haechan belum juga menghubunginya.
" Lihat kan! Anak itu sekalinya dikasih izin melunjak! Apa ayah bilang!" Kesal Jonny
" Udah ayah jangan marah marah dulu... Haechan bilang kan acara aslinya emang selesai jam 10, siapa tau Haechan ngga enak sama temen temennya" Ten menenangkan suaminya yang emosinya akan meledak
" Ya tetap aja! Janji ya janji! Liat besok dia minta apa lagi coba! Abis ini ngga ada lagi cerita main main!" Johnny sedikit meninggikan suaranya
" Iya ayah... iyaa kita tunggu sampe jam 10 dulu... tenang.. sabar..." Ten mengurut pelan dada Johnny yang sedari tadi naik turun dengan cepat pasalnya ia benar benar marah.
Advertisement
Waktu pun berlalu, dan sekarang sudah pukul sepulu lewat, tapi Haechan belum juga menghubungi Johnny
" Coba telfon!" Bentak Johnny, Ten pun pasrah dengan sedikit gemetar mencoba menghubungi Haechan, tapi setelah beberapa kali dicoba panggilannya tidak tersambung
" Ngga kesabung yah... apa hpnya mati ya... duh nak... kamu kemana sih"
" Tunggu disini! Biar ku liat kesana" Johnny dengan cepat menyambar kunci motornya
" Ayah...sabar... hati ha-" Ten tidak melanjutkan kalimatnya pasalnya Johnny membanting pintu saat keluar rumah
" Duh.. nak... kamu kamana sih..." Cicit Ten kembali sambil terus berusaha menguhubungi nomor Haechan.
Sekitar 15 menit lamanya, Johnny kembali pulang dengan wajah yang benar benar marah.
" Gimana yah?" Tanya Ten khawatir
" Penjaga tokoknya bilang anak itu sudah keluar sejak jam 9 tadi! Benar benar ya itu anak! bisa bisa bohong! Lihat saja sampai rumah kurung dia di kamar selamanya!" Bentak Johnny marah marah
" Ayah tenang dulu... jangan marah marah gitu..."
" Tenang gimana! Udah jam 11 loh! Dia masih diluar pi! MASIH DILUAR!" Bentak Johnny
Ten hanya bisa mengurut pelan dada Johnny sambil menenangkannya, Johnny jika sudah marah, Ten tidak berani membantah. Kala mereka berdua pusing memikirkan dimana Haechan, ponsel Ten berbunyi dan ternyata itu panggilan dari Jihoon. Ten pun dengan segera mengangkat panggilan telfon itu
" Malam nak Jihoon, Haechannya ada? Kok belum pulang ya?" Tanya Ten kala mengangkat panggilan itu
"Hiks....hiks....papi... tolong aku... aku takut...hiks....hiks..."
Ten membeku, itu suara Haechan, ia bisa mendengar dengan jelas suara Haechan yang menangis ketakutan. Melihat istrinya hanya diam, Johnny dengan cepat merebut ponsel itu
" DIMANA KALIAN?! MANA ANAK KU?!" Bentak Johnny
" Hiks....Ayah... maafkan aku.... ampuni aku ayah...aku takut...hiks...tolong...."
Wajah Johnny melunak kala mendengar suara anaknya yang tengah menangis dari seberang telfon
" Nak? Haechan...? kamu dimana nak? kamu kenapa sayang?" Tanya Johnny khawatir
"Aku takut ayah...hiks...aku takut... tolong aku ayah .... sakit ... ayah ... hiks.. sakit..."
" Iya nak... tenang..Haechan tenang nak...kamu dimana? ayah jemput kamu sekarang hm?"
" A...aku dirumah Jihoon... tolong aku ayah... aku takut ... hiks... ayah....hiks..."
" Iya nak ayah kesana sekarang.... Haechan tunggu disana"
Tuut
Johnny pun dengan cepat mematikan panggilan itu, sedangkan Ten sudah menangis dengan air mata yang berderai
" Ayah...Haechan...hiks...Haechan..." Ten menggelengkan kepalanya
" Kamu tenang ... Haechan pasti baik baik saja" Johnny memeluk Istrinya yang menangis terisak
" Aku jemput Haechan dulu, kamu tunggu disini" Johnny melepas pelukannya dan bergegas keluar dari kamar
" Aku ikut! Aku ingin ikut...." Ten menahan tangan Johnny melihat wajah Ten yang benar benar khawatir Johnny pun terpaksa membawanya ikut.
Nyawa Ten benar benar seperti dicabut, melihat anaknya menangis ketakutan sambil memeluk lututnya di atas kasur tanpa sehalai benang pun.
" Haechan!" Ten pun berlari menghampiri Haechan, memeluk anaknya erat dan menutup tubuh Haechan yang sudah sedingin es
" Hiks...maafkan aku...hiks.. aku salah...hiks...ampuni aku..." Haechan menangis sejadi jadinya membuat Ten ikut menangis meraung mendekap anaknya.
Johhny pun tak kuasa menahan amarahnya, melihat Jihoon yang tertidur di sebelah Haechan, langsunglah ia menghantam dan meninju Jihoon habis habisan
Bugh
" BAJINGAN KAU! KAU APAKAN ANAK KU HAH! BANGUN KAU BANGSAT!"
Johnny benar benar kalut dalam emosinya, tidak peduli darah segar sudah mengalir dari hidung Jihoon
" Ayah! berhenti! Sudah ayah! Jangan bunuh dia!" Teriak Ten panik pasalnya Johnny benar benar membabi buta menghajar wajah Jihoon
" MATI KAU! MATI KAU! MATI KAU SIALAN!"
" Ayaaah! Sudaaah! Haechan ketakutan!" Ten berteriak histeris menyadarkan suaminya pasalnya Haechan benar benar ketakutan.
"AAAAAAAAK.....HUAA... BERHENTI...TIDAK.." Haechan dengan panik menutup kedua telinganya menggelengkan kepalanya cepat sambil menatap horor ayahnya seolah melihat hantu.
Mendengar suara teriakan anaknya, Johnny pun menghentikan pukulnya, menatap Haechan yang menatap dirinya ketakutan.
" Haechan-ah...." Johhny merangkak perlahan mendekati Haechan
Haechan menarik jauh tubuhnya, menggeleng gusar sambil terus menatap ngeri ayahnya itu, Ia pun menyembunyikan wajahnya pada Ten
" Tidak...jangan...jangan... takut...sakit...ampun...tidak..." Tangis Haechan
Haechan mengangis ketakutan dalam dekapan Ten. Melihat Haechan yang ketakutan padanya membuat Johnny tersadar, ia pun menitikkan air matanya. Ten masih menangis terisak memeluk dan mengelus pelan kapala Haechan. Sedangkan Jihoon sudah tidak sadarkan diri.
" Haechan belum keluar kamar mandi?" Tanya Johhny sedikit khawatir pasalnya sudah hampir satu jam Haechan di dalam sana
" Belum ayah... tadi papi ketok ketok ngga nyaut...tapi kedengeran dia lagi mandi"
" Nak... udah selesai belum? Keluar yok... nanti kamu demam lama lama di dalam" Johnny mengetuk pelan pintu kamar mandi Haechan, tapi Haechan tidak merespon
BRUK
Tiba tiba ada suara barang jatuh yang membuat Ten dan Johhny semakin takut
" Nak! buka pintunya! Kamu jatuh? Haechan-ah! jawab ayah! " Johnny menggedor gedor pintu kamar mandi panik sambil memutar memutar ganggang pintu gusar
" Dobrak aja ayah" Suruh Ten pasalnya ia benar benar takut Haechan kenapa napa didalam
BUGH
Johnny menghantam pintu itu dengan kuat. Johhny kembali menghantam pintu dengan kuat dan kemudian setelah empat kali hantaman, pintu itu terbuka.
Johnny dan Ten pun hanya bisa mematung melihat Haechan yang dengan gusar menekan-nekan botol sabun memaksa agar isi dari botol itu keluar. Di lantai sudah tergeletak botol-botol sabun yang sudah kosong, bahkan di lemari , stok sabun juga sudah habis. Melihat Haechan yang dengan kesal memaksa agar isi botol itu keluar, Ten langsung menahan tangan Haechan, pasalnya telapak tangan Haechan sudah mememerah.
" Sudah nak... berhenti... nak...sudah" Tangis Ten menahan tangan Haechan
Haechan pun terdiam, kemudian menatap kedua lengannya. Dengan cepat Haechan menepis tangan Ten , dan langusung menggosok cepat lengannya layaknya menghapus noda disana.
Ten yang melihat itu benar benar teriris hatinya, kedua lengan Haechan sudah memerah bahkan luka karena gesekan yang terlalu lama dan keras. Tubuh nya sudah mendingin dan putih pucat karena telalu lama terkana air, kulitnya mengkerut dan telapak tangan Haechan pun sudah mengelupas. Sambil terisak Ten menahan tangan Haechan.
" Masih kotor papi! lepas! masih kotor! tidak mau hilang! lepas! masih kotor! papi lepas! disana masih hitam! lepas! lepas!" Teriak Haechan memberontak
Ten yang mendengar itu tak kuasa menahan tangsinya, memeluk Haechan dengan kuat dan berteriak menangis sambil mengelus kepala Haechan
" Anakku.... tidak... kau apakan anak ku tuhan... hiks... anak ku...hu..hu..hu anakku...kenapa harus anak tuhan... huaa...tidak...anakku ....kasihani anakku tuhan....anakku...hiks"
Ten meraung sejadi jadinya, sambil terus mendekap dan mengelus kepala Haechan. Haechan hanya diam, menatap kosong langit kamar mandi seolah tidak ada jiwa di dalam dirinya.
Johhny yang melihat itu benar benar terdiam, nyawa seolah tercabut. Melihat Haechan yang tatapanya liar seperti orang gila dan istrinya meraung raung menangis meratap memuluk Haechan.
Advertisement
Stranded [harry styles] ✓
Sarah boards a flight to Malaysia blissfully unaware of two things:1. Heartthrob Harry Styles is seated up ahead in first class2. Their plane is about to go down in the Indian Ocean
8 92Adventure Home
Seeking is what defines adventurers. Some seek glory, some treasure and levels, others a place where they belong. When they cannot find it elsewhere, they journey south to the frontier. To the towns that keep the relentless shifting wilderness of the high-magic zone at bay. In one particular destination, an uncannily familiar elf behind the reception counter may greet new arrivals. She’s got a [Reassuring Smile], but will kindly ask you to leave if you misbehave. And the local adventurers will help you outside lest she employ her other Skills. LGBTQ themes in a fantasy-ish low litRPG setting. That means yes levels, classes, and skills; no experience, health, or status screens.
8 100The Adventurer's Academy
Rin Asahiro, a twenty-year-old sex worker, decides to turn her life around and become an adventurer. Only, she has a vague idea of what the actual occupation of being an adventurer entails. In an effort to lead a life she could be proud of, Rin will learn exactly what encompasses the dichotomy of adventuring: Glory and devastation, all while she tries to maneuver around obstacles in a strange world. ---------- A slow-burn high fantasy story about a young peasant trying to make it as an adventurer.
8 334The Mystery Fighter II
With her deadly secret out in the open, Cassie must fight even harder to protect not only her sister but her own heart. *****Cassie has never been in a tighter spot. In an unexpectedly grim fight, Julian, her annoying yet charming tutee, uncovers her deadly secret! With the threat of homelessness pressing down on her, she has no choice but to move in with him to keep her and her sister safe. But when the past continues to catch up with her, rival gangs ramp up their challenges, out for her head. And as Julian's family's dark past comes to haunt Cassie, a mysterious stranger's return could challenge everything she has built to protect.*Sequel to The Mystery Fighter*Content and/or trigger warning: scenes depicting violence[[word count: 60,000-70,000 words]]
8 86Broken- A Larry Stylinson AU
"He's a delicate thing. Like a rose. He's gorgeous but he has his thorns. Fresh as dew. I just want to bundle him up in warmth and keep him happy, always."Cover credits to @harryonmen on Twitter© larryslittlest 2015. All rights reserved
8 232A Study In Marriage (Johnlock) - Sequel to A Study in Love
Once the rings have been exchanged and the vows have been said, Sherlock and John are ready to settle down and get their fill of the domestic bliss that so often comes with marriage. Unfortunately, nothing is ever that simple for them... and they know the honeymoon period can't last forever. They'd promised each other "for better or for worse", but John had no idea just how bad 'worse' could be.
8 210